Sukses

Jawab Kebutuhan Pasar, Industri Fintech Indonesia Diprediksi Tumbuh Subur

Industri teknologi finansial di tanah air diprediksi bakal terus berkembang dengan berbagai inovasi untuk menjawab kebutuhan pasar yang terus bergerak secara dinamis.

Liputan6.com, Jakarta Industri teknologi finansial atau fintech di tanah air diprediksi bakal terus berkembang dengan berbagai inovasi untuk menjawab kebutuhan pasar yang terus bergerak secara dinamis.

Berkaca dari hal tersebut, PT Tri Usaha Berkat (LinkQu) berkomitmen untuk terus melahirkan inovasi meski berumur jagung untuk memberikan yang terbaik sebagai platform penyedia transfer dana.

"LinkQu berfokus untuk menjadi penyedia transfer dana terbaik nomor satu di Indonesia, agar para pelaku usaha dan masyarakat di seluruh Nusantara dapat terbantu oleh layanan kami guna memudahkan layanan keuangan berbasis digital. Mengingat industri keuangan digital di Indonesia akan terus cepat dan tentunya memerlukan layanan komprehensif," ujar CMO (Chief Marketing Officer) LinkQu Mifta Setya Putra dikutip dari Antara, Minggu (15/1/2023).

LinkQu pun meraih penghargaan sebagai Most Rising Star BRIAPI 2022 dalam ajang BRI API AWARD sebagai salah satu perusahaan yang turut mendukung industri teknologi finansial (fintech) di Indonesia.

Mifta mengatakan pencapaian tersebut menjadi salah satu perkembangan positif bagi perusahaan.

"Penghargaan ini tentunya menjadi pelecut semangat kami untuk terus berkontribusi positif pada perkembangan industri keuangan Tanah Air," katanya.

Menurut Mifta, penghargaan yang diselenggarakan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) tersebut dilakukan untuk memberikan apresiasi kepada mitra terbaik di seluruh Indonesia, yang telah berkontribusi terhadap perkembangan teknologi Application Programming Interface (API) yang dikembangkan oleh BRI yakni BRIAPI.

"Sejak pertama diluncurkan pada tahun 2019, Bank BRI menjadi pelopor platform open API perbankan pertama yang bersertifikasi ISO 27001 di Indonesia," ucap Mifta.

Seiring dengan bertambahnya mitra yang telah bergabung, menurut pria lulusan Universitas Negeri Surabaya tersebut, tentunya hal ini akan mempercepat digitalisasi industri keuangan di Indonesia.

"Kami sangat bangga LinkQu sebagai startup pendatang baru bisa terpilih sebagai Most Rising Star BRIAPI 2022 dan bisa sejajar dengan pemain yang lebih dahulu ada," ucapnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Masih Banyak Masyarakat Tak Paham Produk Fintech

Indonesia Fintech Society (IFSOC) menyatakan indeks literasi dan inklusi keuangan Indonesia meningkat dengan gap yang mengecil yakni 36 persen. Namun, dengan gap yang masih lebar tersebut masih menimbulkan kerentanan.

Berdasarkan data OJK tahun 2022, indeks literasi keuangan meningkat menjadi 49,6 persen dari sebelumnya 38 persen tahun 2019. Kemudian, indeks inklusi keuangan 2022 meningkat menjadi 85,1 persen dibanding tahun 2019 yang hanya 76,1 persen. Gap tersebut semakin kecil yakni 36 persen.

“Namun, gap 36 persen ini relative masih lebar ini menjadi PR kita Bersama, karena gap yang lebar ini menimbulkan kerentanan dari para konsumen utamanya. Jadi, banyak konsumen masyarakat yang sudah mengakses produk-produk keuangan termasuk produk fintech ini tidak paham betul dengan apa itu produk keuangan dan produk fintech,” kata Steering Committee IFSOC, Tirta Segara, dalam acara Catatan Akhir Tahun 2022 Fintech dan Ekonomi Digital oleh Indonesia Fintech Society (IFSOC), Selasa (27/12/2022).

Oleh karena itu, edukasi keuangan ini menjadi hal yang sangat krusial di dalam perlindungan konsumen secara preventif, kemudian penanganan perlindungan konsumen, serta perlu penindakan tegas dari aktor-aktor yang menyalahgunakan kepercayaan masyarakat ini.

“Ini menjadi kunci untuk mitigasi didalam perlindungan konsumen, karena gap-nya masih sangat tinggi. Sebetulnya gap itu menurut perkiraan kami bisa mengecil,” ujarnya.

Lebih lanjut, jika dilihat dari hasil survei OJK tahun 2019 terkait literasi layanan keuangan digital atau fintech dulu masih 0,34 persen. Namun tahun 2022 meningkat menjadi 10,9 persen. Begitupun dengan indeks inklusi keuangan fintech meningkat menjadi 2,65 persen tahun 2022, dibanding tahun 2019 sebesar 0,11 persen.

“Jadi, secara sectoral peningkatannya juga tinggi. Untuk Inklusinya juga sama tahun 2019 itu inklusinya baru 0,11 persen mungkin karena perusahaan fintechnya belum banyak dan belum terlalu populer, tahun 2022 menjadi 2,65 persen, ini masyarakat yang sudah menggunakan jasa fintech,” ungkapnya.

3 dari 3 halaman

Catatan Penting Lain

Selain itu, yang menjadi catatan penting lainnya yakni sepanjang tahun 2022, kerugian akibat investasi ilegal mencapai Rp 109 triliun atau naik 44 kali dari tahun sebelumnya. Hal ini karena masih terdapat gap 36 persen antara literasi dan inklusi keuangan.

“Sepanjang 2022 ada catatan menjadi PR kita, yaitu korban investasi ilegal, saya sudah sampaikan antara literasi dan inklusi gapnya masih cukup lebar dan rentan menjadi korban dan di tahun 2022 ini angkanya naik signifikan mencapai Rp 109 triliun, ini datanya dari SWI. Tahun yang lain investasi ilegal itu hanya Rp 10 triliun,” katanya.

Maka, IFSOC menegaskan, edukasi keuangan, perlindungan konsumen, dan penindakan tegas investasi ilegal serta berbagai upaya preventif lainnya perlu didorong untuk membangun ekosistem yang kondusif.

Disamping itu, kata dia, masih banyak jenis-jenis aktivitas ilegal yang mengatasnamakan investasi atau aktivitas keuangan lainnya. Berdasarkan data Satgas Waspada Investasi, kegiatan yang paling banyak adalah di area penawaran investasi tanpa izin, entitas melakukan kegiatan manajer investasi dan perdagangan berjangka komoditi tanpa izin.

“Ini langsung lewat medsos, kami bersyukur OJK bekerjasama dengan Kominfo yang langsung menutup (aktivitas ilegal),” pungkasnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.