Sukses

Kondisi Ekonomi Penuh Tantangan, Bos OJK: Jangan Gentar

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan kalau kondisi ekonomi global menghadapi tantangan tahun depan. Namun, dia meminta Indonesia tak perlu gentar menghadapi hal itu.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan kalau kondisi ekonomi global menghadapi tantangan tahun depan. Namun, dia meminta Indonesia tak perlu gentar menghadapi hal itu.

Bukan tanpa alasan, Mahendra menyebut, dunia dan Indonesia telah menghadapi kenyataan penuh tantangan dalam 2 tahun terakhir. Hal itu, merujuk pada kondisi ekonomi akibat dari pandemi covid-19.

"Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak optimis. Kita telah melewati masa-nasa yang jauh lebih sulit dan penuh tantangan pada 2 tahun terakhir ini," ujarnya dalam Launching Aplikasi Otomasi Informasi BPR/BPRS, Senin (5/12/2022).

Merujuk pada prediksi banyak pihak, dia mengamini kalau kondisi ekonomi tak akan mudah pada 2023. Ini dilihat dari berbagai krisis yang terjadi, mulai dari krisis pangan hingga energi. Imbasnya, pada perlambatan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara, baik negara maju maupun berkembang.

"Tapi jangan membuat kita gentar terhadap hal itu, tapi lihat sebelumnya dalam 2 tahun terakhir ini gimana kita bisa keluar dengan menavigasi (tantangan itu) hingga bisa sampai 2022 ini," tambah Mahendra.

Dia mengisahkan, kemungkinan besar resesi global akan terjadi. Setidaknya ini ditandai dengan pelambatan ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat.

"Kalau saya lihat dari berbagai upaya di otoritas terutama di negara maju, ini tak pernah terjadi," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Indonesia Berbeda

Pada kesempatan ini, Mahendra membagikan optimismenya. Menurutnya, kondisi ekonomi Indoesia akan berbeda dengan negara lain, utamanya pada bagian pertumbuhan ekonomi.

Memang, Indonesia diprediksi banyak pihak akan mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Bahkan, pemerintah tetap menargetkan pertumbuhan ekonomi secara stabil berada di posisi 5 persen.

"Tak ada yang tak setuju dengan mengatakan bahwa Indoensia dan ASEAN akan berbeda (tingkat pertumbuhan ekonomi) dibandingkan kinerja pertumbuhan ekonomi global untuk tahun depan," ujar dia.

"Artinya kita tetap dan harus bisa tumbuh diatas 5 persen untuk Indonesia," tegas Mahendra Siregar.

 

3 dari 4 halaman

Jaga Pertumbuhan Ekonomi

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menantang para petinggi dan CEO perusahaan untuk tetap melakukan ekspansi di 2023. Keberanian dari para manajemen perusahaan ini menjadi bekal bagi ekonomi Indonesia untuk bisa terus tumbuh sesuai dengan target.

"Saya lebih akan bertanya pada CEO di sini, confidence enggak untuk tetap ekspansi sehingga growth investasi di atas 5 persen? Itu penting," kata Sri Mulyani dalam Kompas100 CEO Forum 2022, dikutip dari Belasting.id, Sabtu (3/12/2022).

Sri Mulyani menjelaskan, di tengah gejolak ekonomi dunia saat ini sangat perlu untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi dan investasi di atas 5 persen. Dan ini merupakan tantangan bagi pemerintah dan juga para pengusaha.

Dia menilai apabila investasi bisa bertahan dan tumbuh di atas 5 persen, itu membawa harapan bagi perekonomian Indonesia untuk menjadi lebih resilien atau bertahan dari dampak perekonomian global.

Seperti yang saat ini tengah terjadi, Menkeu meyakini dampak ancaman perekonomian global akan tetap dirasakan Indonesia tahun depan. Seperti kenaikan tingkat suku bunga serta pengetatan kebijakan moneter akibat tingginya inflasi dunia.

"Ini berarti dampak ekonomi di negara maju mungkin akan terasa sepanjang tahun 2023. Dampaknya kepada perekonomian kita tentu adalah satu, kalau interest rate tinggi terjadi capital outflow," ungkap Sri Mulyani.

 

4 dari 4 halaman

Penguatan

Dia menerangkan hal tersebut membuat pemegang surat berharga negara (SBN) asing non residen akan hengkang dan melepas SBN Indonesia. Itu juga yang nantinya turut membuat yield SBN naik.

Akibatnya, sambungnya, Bank Indonesia perlu melakukan pengetatan kebijakan moneter guna merespon tekanan global tersebut. Sri Mulyani menambahkan perlu juga menakar resiliensi investasi Indonesia untuk bertahan dalam kondisi suku bunga yang cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun ini.

"Teman-teman perbankan akan lihat credit growth tetap resilien atau tidak, dan perusahaan-perusahaan yang akan tetap melakukan listing supaya capital dan investment itu tetap terjadi," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.