Sukses

Presiden Dewan Eropa di KTT G20: Ingin Krisis Dunia Berakhir, Akhiri Perang Rusia-Ukraina

Dalam KTT G20, Presiden Dewan Eropa, Charles Michel meminta negara anggota G20 menekan Rusia agar segera menghentikan perang di Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Dewan Eropa, Charles Michel meminta negara anggota G20 menekan Rusia agar segera menghentikan perang di Ukraina. Mengingat Rusia memiliki kekuatan posisi yang kuat di karena menjadi anggota Dewan Tetap Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan menjadi salah satu anggota negara G20.

"Rusia (merupakan) anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan anggota G20 (tetapi) menyerang negara Ukraina yang bebas dan berdaulat," kata Charles di Media Center KTT G20, Bali International Convention Center (BICC), ITDC, Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022).

Dengan posisi politik yang dimilikinya, Rusia dengan mudahnya memengaruhi semua negara. Baik itu negara-negara di Eropa , Afrika hingga ke Timur Tengah.

"Rusia sangat memengaruhi kita semua, dimanapun kita tinggal dari Eropa hingga Afrika atau Timur Tengah," ungkapnya.

Sebagaimana diketahui, serangan yang dilakukan Rusia ke Ukraina pada Februari lalu telah memperkeruh kondisi ekonomi global. Dampak pandemi yang belum selesai makin parah karena terjadi krisis pangan dan krisis energi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Satu-Satunya Cara

Maka, kata Charles satu-satunya cara mengatasi masalah ini, hanya dengan menghentikan perang di Ukraina. Kemudian menghentikan pembatasan ekspor pupuk hingga energi dari Rusia.

"Satu-satunya cara terbaik untuk mengakhiri krisis akut pangan dan energi adalah Rusia mengakhiri perang yang tidak masuk akal dan mengharapkan Piagam PBB juga akan mendidik mereka untuk mengatasi tantangan utama ketahanan pangan," tuturnya.

Dia menambahkan krisis pangan yang terjadi sekarang ini telah membuat banyak orang menghadapi kelaparan parah dan kekurangan gizi meningkat. Kremlin telah memutuskan untuk memberikan bantuan pangan demi mencegah terjadinya kelaparan, kemiskinan, dan ketidakstabilan.

"Ini juga memiliki konsekuensi global yang dramatis pada pengembangan obat-obatan, termasuk di Asia," pungkasnya.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

3 dari 4 halaman

Ekonom: Perang Rusia-Ukraina Harus Dibahas dalam KTT G20 Bali

Indonesia tengah menggelar Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 yang puncaknya akan berlangsung pada 15-16 November 2022. Dalam Presidensi G20 kali ini, Indonesia mengangkat tema Recover Together, Recover Stronger.

Terdapat tiga isu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia pada 2022, yakni arsitektur kesehatan global, transisi energi berkelanjutan, dan transformasi digital dan ekonomi.

Menanggapi, Pakar ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal, mengatakan selain tiga isu prioritas yang dibahas dalam KTT G20, juga ada isu yang seharusnya penting dibicarakan yakni terkait perang Rusia-Ukraina.

“Juga menjadi topik seharusnya dibicarakan meskipun tidak secara ekspilist karena topiknya sensitif, yaitu perang antara Rusia dan Ukraina. Bagaimana pun kalau kita bicara bisnis, inikan suatu hal yang sifatnya universal ada kepentingan ekonomi disitu,” kata Fithra Faisal kepada Liputan6.com, Selasa (14/11/2022).

Menurutnya, ketika melihat kondisi geopolitik Rusia-Ukraina, seharusnya negara-negara G20 atau pelaku bisnis yang ada di G20 turut berkontribusi untuk mendamaikan kedua negara tersebut jika memang pendekatan lewat negara atau institusi itu sulit.

“Bagaimana kalau orang-orang bisnis terlihat disitu. Mungkin pendekatan business to business di G20 ini bisa membuat tensinya mereda,” ujarnya.

 

4 dari 4 halaman

Selanjutnya

Di sisi lain, mungkin orang-orang kaya asal Rusia ada yang sudah tertekan dan bisa diajak untuk berdiskusi demi kelangsungan ekonomi jangka panjangnya. Karena jika begini terus akan berdampak luas terhadap kepentingan ekonomi bagi Rusia-Ukraina maupun ekonomi seluruh negara.

“Siapa tahu orang-orang kaya Rusia yang sudah mulai tertekan juga itu bisa diajak ngobrol secara langsung dan tidak langsung, bagaimanapun mereka punya kepentingan ekonomi,” ujarnya.

Meskipun sekarang ada yang bilang Rusia diuntungkan dengan adanya perang, karena harga energi meningkat. Namun, jika melihat jangka menengah dan jangka panjangnya partner-partner bisnis global justru akan mengalami kesulitan dan menyebabkan pelemahan permintaan kepada Rusia.

“Mereka harus pikirkan, jangan sampai kepentingan jangka pendek mempengaruhi kepentingan jangka panjang. Ini harus dibicarakan saya rasa oleh para pelaku ini,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.