Sukses

Protes Harga Pangan Mahal, Pedagang Warteg Ancam Mogok Jualan

Pelaku Usaha Warung Tegal (Warteg) di wilayah DKI Jakarta mengancam akan melakukan aksi mogok berjualan usai mahalnya harga sejumlah bahan pangan seperti cabai.

Liputan6.com, Jakarta Pelaku Usaha Warung Tegal (Warteg) di wilayah DKI Jakarta mengancam akan melakukan aksi mogok berjualan. Hal ini sebagai bentuk protes terhadap pemerintah akibat mahalnya berbagai harga pangan. Seperti cabai rawit yang kini di jual di atas Rp100 ribu per kilogram.

"Kami akan melakukan aksi menghentikan jualan ya, dan ini pilihan terakhir kami jika harga-harga semakin liar," kata Mukroni saat dihubungi Merdeka.com di Jakarta, Senin (20/6).

Mukroni mencontohkan, saat ini, harga cabai rawit merah di sejumlah pasar wilayah DKI sudah di atas Rp 100 ribu per kilogram. "Selain cabai, minyak curah juga mahal. Rata-rata Rp18.000 per liter. Sulit untuk menjumpai yang sesuai harga eceran tertinggi (HET)," imbuh Mukroni.

Mukroni menambahkan, harga telur ayam juga ikut melambung tinggi menjadi Rp30.000 per kilogram. Padahal, saat normal harga pangan kaya protein tersebut hanya dibanderol Rp 23 per kilogram.

Selain itu, harga daging ayam juga sudah mendekati Rp40.000 ribu per kilogram dari harga normal Rp 28 ribu per kilogram. Kemudian, harga gula pasir juga naik menjadi Rp17.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 14.000 per kilogram.

Tak hanya itu, harga daging sapi juga meroket menjadi Rp140.000 per kilogram. Saat normal, harga daging sapi berkisar Rp100.000 per kilogram. "Sayur-sayuran juga naik," tambahnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tak Wajar

Menurut Mukroni, kenaikan berbagai bahan pangan tersebut telah melebihi batas kewajaran dan amat memberatkan keuangan pelaku usaha warteg. Di sisi lain, pelaku usaha warteg masih enggan menaikkan harga makanan lantaran takut ditinggalkan pelanggan.

"Kami pedagang warteg memilih mengurangi porsi ketimbang menaikan harga menu di tengah daya beli rakyat bawah belum pulih sepenuhnya," jelasnya.

Maka dari itu, Mukroni mendesak pemerintah untuk segera turun tangan mengatasi gejolak pangan. Apalagi, dalam waktu dekat umat muslim di Indonesia akan menyambut perayaan Idul Adha 2022.

"Kami menunggu turun tangan dari pemerintah untuk meredam gejolak harga yang sedang berlangsung minggu-minggu ini," tutupnya.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Ini Sebab Harga Pangan Tengah Mahal Versi Mendag Zulkifli Hasan  

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan buka suara terkait penyebab utama mahalnya harga bahan pangan di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Mendag Zulkifli menyebut, lonjakan harga pangan disebabkan oleh tingginya ketergantungan impor.

"Masalah utama kita ini adalah tingginya ketergantungan impor pangan. Hampir semua impor, itu problem utama kita," kata Mendag Zulkifli kepada wartawan di Pasar Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (16/6).

Mendag Zulkifli mencontohkan, kenaikan harga daging ayam menjadi Rp26.000 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp21.000-Rp22.000 per kg disebabkan oleh lonjakan pakan ternak. Mengingat, harga jagung impor sebagai salah satu komposisi pakan ternak mengalami kenaikan drastis.

"Nah, saya tadi kenapa ayam naik sih? Itu rupanya pakannya, campuran pakannya jagung, ada impor juga," jelasnya.

 

4 dari 4 halaman

Harga Tempe

Selain komoditas ayam, Mendag Zulkifli mendapati harga tempe mengalami kenaikan harga menjadi Rp 12.000 dari sebelumnya Rp7.000. Hal ini dipengaruhi oleh mahalnya harga kedelai impor sebagai bahan baku kedua bahan pangan favorit masyarakat tersebut.

"Kedelai naik dulu 1 ton nya dibawah Rp 1 juta. sekarang hampir Rp 1,3 juta per ton," bebernya.

Kemudian, harga daging sapi di Pasar Cibubur juga masih tinggi rata-rata di jual Rp140.000 per kg. Mendag Zulkifli menggolongkan komoditas daging sapi sendiri ke dalam bahan pangan impor.

"Daging itu impor," ujarnya.

Mendag Zulkifli pun mengakui bukan persoalan mudah bagi Kementerian Perdagangan untuk mengatasi persoalan harga pangan tersebut. Mengingat, diperlukannya sinergi yang melibatkan kementerian/lembaga terkait guna mengurangi ketergantungan impor.

"Kita akan selesaikan bareng-bareng dengan kementerian terkait," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.