Sukses

Harga Kripto Hari Ini, Bitcoin Cs Kembali Hilang Pamor dan Ini Penyebabnya

Harga bitcoin menurun dalam beberapa hari terakhir. Apa penjelasan penyebabnya?

Liputan6.com, Jakarta - Harga bitcoin menurun dalam beberapa hari terakhir. Pada pekan ketiga bulan Juni ini, harga Bitcoin dan kripto jajaran teratas terpantau mengalami pergerakan harga yang seragam pada Senin pagi, 13 Juni 2022.

Mayoritas harga kripto pada jajaran teratas yang berhasil menguat tipis kemarin kini kembali melemah.

Data Coinmarketcap per Senin (13/6/2022) pagi menunjukan kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) melemah 5,26 persen dalam 24 jam dan 8,78 persen dalam sepekan.

Saat itu, harga bitcoin berada di level USD 27.359,60 per koin atau setara Rp 399.8 juta (asumsi kurs Rp 14.614 per dolar AS). 

Berlanjut pada Selasa pagi (14/6/2022), harga Bitcoin dan kripto jajaran teratas terpantau alami pergerakan harga yang seragam. 

Dilansir dari data Coinmarketcap, Selasa pagi (14/6/2022) kripto menunjukkan Bitcoin (BTC) melemah 15,83 persen dalam 24 jam dan 26,77 persen dalam sepekan.

Kini, harga bitcoin berada di level USD 23.058,71 per koin atau setara Rp 340.8 juta (asumsi kurs Rp 14.782 per dolar AS). 

Adapun Ethereum (ETH) yang juga masih melemah hari ini. ETH ambles 16,84 persen dalam 24 jam terakhir, dan 34,37 persen dalam sepekan.

Penurunan itu membuat ETH berada di level USD 1.228,72 per koin saat ini.

Kripto lainnya adalah Binance coin yang masih melemah sejak kemarin. Dalam 24 jam terakhir BNB turun 13,94 persen dan 24,57 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol USD 224,45 per koin. 

Penurunan lainnya terjadi pada Cardano (ADA), yang dalam satu hari terakhir ADA turun 8,47 persen dan 24,29 persen sepekan - kini di level USD 0,46,72 per koin.

 

Stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC), pada hari ini sama-sama melemah 0,02 persen. Dengan begitu membuat USDT berada di level USD 0,9987. Sedangkan USDC dihargai USD 1,00.

Binance USD (BUSD) melemah 0,12 persen dalam 24 jam terakhir. Meskipun begitu, harga BUSD masih berada di level USD 1,00.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tren Pasar Kripto ke Depannya Diprediksi Masih Terjebak di Zona Merah

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengungkapkan, tren pasar kripto ke depannya secara keseluruhan masih akan terjebak di zona merah.

Sedangkan investor masih terlihat panik dan wait and see untuk menunggu kebijakan moneter the Fed, pasca data inflasi AS yang terus meninggi.

"Penurunan ekonomi yang terjadi, memicu penyusutan selera risiko pada investor. Tentu saja, hal ini akan berdampak buruk bagi pasar kripto. Data indeks harga konsumen AS untuk Mei telah dirilis yang naik 8,6 persen, melebihi ekspektasi pasar di 8,2 persen,” ujar Afid kepada Liputan6.com, dikutip Selasa (14/6/2022).

Selain itu, apa yang menjadi faktor penyebab penurunan pasar kripto?

Investor terlihat panik dan cenderung menghindari market kripto setelah AS mencetak inflasi tahunan 8,6 persen di Mei 2022. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari estimasi analis dan merupakan laju inflasi terkencang sejak 1981.

"Kepanikan investor bukan tanpa alasan. Tadinya, mereka meyakini siklus inflasi tinggi di AS sudah selesai pada Maret lalu. Sehingga, mereka tak menduga inflasi Mei malah meroket. Hal ini membuat The Fed akan mengerek suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin untuk bulan ini atau bulan depan," beber Afid.

3 dari 3 halaman

Masuk Investor Institusi

Afid juga menuturkan jika melihat jejak historis, inflasi bisa tak berkorelasi langsung dengan kinerja pasar aset kripto. Contoh kasus di masa lalu, tingginya inflasi bisa berdampak baik bagi permintaan dan laju harga Bitcoin mengingat statusnya sebagai aset penyimpan kekayaan (store of value), seperti layaknya emas.

“Saat ini teori tersebut tampaknya tidak berlaku lagi. Kondisinya sudah berbeda. Market kripto sudah banyak dimasuki oleh investor institusi yang melihat dinamika makroekonomi sebagai indikasi untuk membuat keputusan di pasar,” tutur Afid.

Investor institusi yang sudah banyak terjun ke dalam market kripto, bisa mengurangi porsi aset berisiko di dalam portofolio mereka atau derisking. Dengan banyaknya jumlah dana kelolaan mereka yang cukup besar di market, aksi jual investor institusi bisa sangat mempengaruhi performa pergerakan aset kripto.

Selain karena antisipasi data ekonomi, investor juga enggan all-out di market disebabkan harga beberapa aset kripto belum benar-benar menyentuh titik bottom-nya. Investor masih berpikir atau ragu-ragu untuk menjalankan strategi buy the dip.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.