Sukses

Cerita Mantan Cleaning Service Jadi Miliarder Gara-gara Aplikasi Orang Plesiran

Korea Selatan kembali membawa kisah inspiratif dari seorang mantan petugas kebersihan, yang berhasil menjadi miliarder karena kesuksesan aplikasi travel buatannya.

Liputan6.com, Jakarta - Siapapun bisa menjadi miliarder. Seperti cerita seorang pria asal Korea Selatan ini, yang berhasil membangun bisnis startup travel.

Ketika sebagian besar negara di dunia mulai beraktivitas normal dari pandemi Covid-19, superapp perjalanan dari Korea Selatan bernama Yanolja membukukan pertumbuhan penjualan kuartal pertama yang kuat. 

Pertumbuhan itu diungkapkan dalam laporan kuartalan pertama Yanolja saat bersiap untuk go public.

Laporan yang dirilis pekan lalu ini juga mengungkapkan bahwa saham pendiri Yanolja, yakni Lee Su-jin menjadikannya sebagai miliarder.

Namun siapa sangka, pengusaha berusia 44 tahun itu memiliki perjalanan yang unik - awalnya merupakan seorang petugas kebersihan.

Dilansir dari Forbes, Rabu (8/6/2022) aplikasi travel Yanolja—yang artinya 'Hei, ayo bermain' dalam bahasa Korea, didirikan pada tahun 2005 telah berkembang dari hotel jangka pendek hingga transportasi. 

Yanolja melaporkan pendapatan kuartal pertamanya naik 19 persen dari tahun ke tahun menjadi 100,5 miliar won (USD 80 juta), sementara laba bersih sedikit menurun menjadi 8,8 miliar won dari 9 miliar won selama periode yang sama.

Yanolja menghasilkan sebagian besar keuntungannya dengan memotong dari pemesanan dan membebankan hotel serta perusahaan perjalanan untuk beriklan di platformnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Yanolja telah mengembangkan bisnis berbasis cloud, seperti sistem manajemen yang membantu hotel mengelola reservasi dan analitik data besar yang memprediksi perilaku pelanggan.

Pendapatan dari bisnis cloud-nya pun berkontribusi 20,5 persen terhadap total penjualan Yanolja di kuartal pertama, naik dari sekitar 8,5 persen di tahun 2021.

Sang pendiri, yakni Lee Su-jin adalah nama terbaru yang bergabung dengan daftar miliarder self-made di Korea Selatan, di mana konglomerat milik keluarga secara tradisional mendominasi ekonomi negara tersebut.

Kisah sukses Lee Su-Jin pun menjadi inspirasi karena mengawali perjalanannya dari bawah. 

Lee, yang besar sebagai seorang anak yatim-piatu, pernah bekerja sebagai petugas kebersihan di hotel sebelum memulai Yanolja.

Setelah meraih gelar sarjana teknik dari Universitas Nasional Kongju di pusat kota Gongju, Korea Selatan, ia menggunakan koneksinya dengan pemasok kertas toilet dan pemilik hotel untuk meluncurkan Yanolja, menurut artikel Bloomberg News.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengintip Kekayaan Pemilik Aplikasi Travel Yanolja

Lee Su-jin adalah CEO dan pemegang saham terbesar kedua Yanolja, dengan 16,54 persen saham.

Istri dan dua putrinya masing-masing memiliki 5,18 persen saham di Yanolja.

Pemegang saham terbesar Yanolja adalah Vision Fund 2 SoftBank, yang membeli 25,23 persen saham aplikasi tersebut pada Juli 2021 lalu seharga USD 1,7 miliar.

Forbes memperkirakan kekayaan bersih Lee dan keluarganya mencapai USD 2 miliar atau setara Rp. 28,9 triliun. (Forbes menerapkan diskon 10 persen untuk penilaian perusahaan swasta.)

Media lokal melaporkan pada bulan April bahwa Yanolja berencana untuk terdaftar di Nasdaq pada kuartal ketiga tahun ini.

Selain SoftBank, investor Yanolja lainnya termasuk GIC, raksasa perjalanan online Booking.com dan SkyLake Investment, sebuah perusahaan ekuitas swasta Korea yang dipimpin oleh mantan eksekutif Samsung Electronics Chin Dae-je.

3 dari 3 halaman

Tips Sukses dari Pengusaha Ternama Untuk Pemuda di Usia 20-an : Terus Bekerja Untuk Raih Mimpi

Jutawan mandiri sekaligus pendiri merek cocktail Skinnygirl, yakni Bethenny Frankel memiliki satu tips sukses untuk para pemudia di usia 20-an, yaitu "terus bekerja".

Dilansir dari CNBC Make it, Selasa (31/5/2022) Bethenny Frankel mengatakan dia baru-baru ini menyampaikan sentimen yang sama kepada seorang rekan, yang khawatir bahwa putri mereka yang berusia 25 tahun menghabiskan terlalu banyak waktu untuk bekerja dan tidak cukup waktu untuk menemukan seseorang yang dapat membangun kehidupan dengannya.

"Saya berkata, 'Apa yang seharusnya dia lakukan? Menikah (dan) mencarinya sampai ke China?'" ujar Frankell kepada CNBC Make It.

“Dia seharusnya bekerja keras. Dia tidak memiliki tanggung jawab. Dia tidak memiliki hipotek. Dia tidak punya anak," lanjut dia. 

Frankel menghabiskan usia 20-annya bekerja sebagai asisten di sebuah produksi di acara TV bernama Saved by the Bell, sebelum memulai bisnis perencanaan acara yang disebut In Any Event, yang sayangnya gagal.

Kemudian di usia 30-an, saat membintangi acara Reality TV "The Real Housewives of New York City," ia meluncurkan Skinnygirl Liquor, yang akhirnya ia kembangkan menjadi merek global.

"( Usia Dua puluhan adalah ) saat Anda harus bekerja (dan) meluruskan prioritas Anda," Frankel menegaskan.

Dia menjelaskan dirinya tidak bermaksud memaksakan bahwa kaum muda tidak dapat secara bersamaan maju dalam karir dan menetap dengan orang lain yang signifikan. Sebaliknya, memiliki pekerjaan yang disukai dapat membuat Anda lebih menarik bagi "orang yang tepat".

"Semua orang sangat khawatir ketika mereka masih muda (bahwa) ereka harus menikah, Anda harus menemukan seseorang," kata Frankel.

"Tetapi orang terbaik tidak akan tertarik pada seseorang yang tidak memiliki kariernya sendiri, tidak memiliki kemandiriannya sendiri," pungkasnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.