Sukses

Pak Jokowi, Pedagang Warteg Masih Susah Cari Minyak Goreng Curah Rp 14.000

Pedagang warteg mengaku kesulitan untuk menemukan minyak goreng curah dengan harga Rp14.000 per liter.

Liputan6.com, Jakarta Pelaku Usaha Warung Tegal (Warteg) mengaku kesulitan untuk menemukan minyak goreng curah dengan harga Rp14.000 per liter, meski pemerintah mencabut larangan ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan minyak goreng.

Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan, minyak goreng curah Rp14.000 per liter masih belum tersedia di pasaran. Adapun, penerapan kebijakan larangan ekspor CPO dan produk turunannya tersebut efektif berlaku Senin ini, 23 Mei 2022.

"Masih belum ada Mas, di pasar minyak goreng curah masih 18 ribu per liter," kata Mukroni kepada Merdeka.com, Senin (23/5).

Untuk itu, Mukroni berharap pemerintah segera dapat merealisasikan kebijakan minyak goreng curah dengan harga Rp14.000 per liter. Mengingat, dirinya telah dibebani atas kenaikan sejumlah bahan pangan lainnya.

Mukroni mencatat, kenaikan harga secara drastis terjadi pada komoditas bawang merah yang sekarang dijual Rp50.000 per kilogram (Kg). Padahal, saat situasi normal, bawang merah hanya dibanderol Rp25.000 per kilogram.

Selain bawang merah, komoditas cabai juga turut mengalami kenaikan. Misalnya, cabai merah yang saat ini dijual Rp50.000 per kg atau naik sebesar Rp20.000 dari sebelumnya hanya Rp 30.000 per kg.

Mukroni menambahkan, harga telur ayam juga terus mengalami kenaikan sejak bulan Ramadhan hingga saat ini. Bahan pangan tinggi protein tersebut sekarang dihargai Rp29.000 per kg dari sebelumnya Rp22-000 sampai 23.000 per kg.

"Biasanya harga-harga sembako setelah lebaran harga melandai, tapi ini kok malah naik. Dan naiknya drastis, di pasar sudah sampai lebih dari Rp 50 ribu untuk cabai dan bawang," jelasnya.

Untuk itu, Mukroni mendesak pemerintah untuk segera menstabilkan harga pangan dalam waktu dekat ini. Mengingat, kenaikan harga pangan sudah terlampau tinggi dari situasi normal dan telah membebani pelaku usaha makanan termasuk konsumen dengan mengeluarkan biaya lebih untuk mencukupi kebutuhan perut.

"Harapan kami pedagang warteg ke pemerintah bisa mengontrol harga pasar. Jangan sampai pasar jalan bebas sendiri, dan pemerintah tak berdaya dengan kenaikan harga-harga, itu harapan kami Mas," tutupnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jokowi Cabut Larangan Ekspor CPO dan Minyak Goreng Mulai Hari Ini

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan membuka keran ekspor minyak goreng pada Senin (23/5) pekan depan. Sebelumnya Jokowi melarang sementara ekspor produk minyak kelapa sawit secara resmi berlaku mulai Kamis (28/4) pukul 00.00.

"Saya memutuskan bahwa ekspor minyak goreng akan dibuka kembali pada senin 23 Mei 2022," kata Jokowi dalam saluran YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (19/5).

Keputusan itu diambil saat ini pasokan minyak goreng bertambah. Serta didukung adanya 17.000 juta orang tenaga di industri sawit baik petani, pekerja.

Dia menuturkan kebutuhan nasional untuk minyak goreng curah kurang lebih 194.000 ton per bulannya. Lalu pada Maret sebelum dilakukan pelarangan ekspor pasokan hanya mencapai 64,5 ribu ton.

"Namun setelah dilakukan pelarangan ekspor di bulan April pasokan kita mencapai 211.000 ton per bulannya melebihi kebutuhan nasional bulanan kita," bebernya.

Kemudian terdapat penurunan harga rata-rata minyak goreng secara nasional. Terlihat pada April sebelum pelarangan ekspor, harga rata-rata nasional minyak goreng curah berkisar kurang lebih Rp 19.800 dan setelah adanya pelarangan ekspor harga rata-rata nasional turun menjadi Rp 17.200 - Rp 17.600.

"Penambahan pasokan dan penurunan harga tersebut merupakan usaha bersama-sama kita baik dari pemerintah, dari BUMN dan juga dari swasta," ungkapnya.

3 dari 4 halaman

Harga Pangan Meroket Pasca Lebaran, Pedagang Warteg Kelimpungan

Sebelumnya, sejumlah harga pangan di pasar tradisional mengalami kenaikan drastis setelah hari raya Idulfitri 2022. Kondisi itu membuat pelaku usaha Warung Tegal (Warteg) kelimpungan lantaran terpaksa mengeluarkan biaya belanja sembako lebih besar dari sebelumnya.

"Menghadapi harga-harga naik pedagang juga bisa kelimpungan karena mau naikan harga menu, sementara daya beli masyarakat juga belum pulih," kataKetua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni saat dihubungi Merdeka.com, Senin (23/5).

Mukroni mencatat, kenaikan harga secara drastis terjadi pada komoditas bawang merah yang sekarang dijual Rp50.000 per kilogram (Kg). Padahal, saat situasi normal, bawang merah hanya dibanderol Rp25.000 per kilogram.

Selain bawang merah, komoditas cabai juga turut mengalami kenaikan. Misalnya, cabai merah yang saat ini dijual Rp50.000 per kg atau naik sebesar Rp20.000 dari sebelumnya hanya Rp 30.000 per kg.

Mukroni menambahkan, harga telur ayam juga terus mengalami kenaikan sejak bulan Ramadhan hingga saat ini. Bahan pangan tinggi protein tersebut sekarang dihargai Rp29.000 per kg dari sebelumnya Rp22-000 sampai 23.000 per kg.

"Biasanya harga-harga sembako setelah lebaran harga melandai, tapi ini kok malah naik. Dan naiknya drastis, di pasar sudah sampai lebih dari Rp 50 ribu untuk cabai dan bawang," jelasnya.

Untuk itu, Mukroni mendesak pemerintah untuk segera menstabilkan harga bahan kebutuhan pokok dalam waktu dekat ini. Mengingat, kenaikan harga pangan sudah terlampau tinggi dari situasi normal dan telah membebani pelaku usaha makanan termasuk konsumen dengan mengeluarkan biaya lebih untuk mencukupi kebutuhan perut.

"Harapan kami pedagang warteg ke pemerintah bisa mengontrol harga pasar. Jangan sampai pasar jalan bebas sendiri, dan pemerintah tak berdaya dengan kenaikan harga-harga, itu harapan kami Mas," tutupnya.

4 dari 4 halaman

Penjelasan Peternak terkait Kenaikan Harga Telur Ayam

Diketahui, Harga telur ayam ras khususnya di wilayah Kota Malang, Jawa Timur, mengalami kenaikan menjadi Rp27.000 per kilogram. Kenaikan dipicu tingginya harga pakan, sehingga para peternak ayam petelur harus melakukan penyesuaian harga.

Pemilik Bina Ternak Farm Sunardi (52) di Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengatakan, sejak delapan bulan terakhir harga pakan ayam berupa konsentrat mengalami kenaikan cukup tinggi, sehingga para peternak harus melakukan penyesuaian harga agar tidak merugi.

"Kenaikan dari harga normal Rp380 ribu per 50 kilogram, sekarang menjadi Rp480 ribu hingga Rp500 ribu," kata Sunardi seperti dikutip dari Antara, Jumat (20/5).

Menurut dia, harga telur ayam ras pada tingkat peternak saat ini disesuaikan menjadi Rp24.500 per kilogram. Dengan kenaikan tersebut, harga telur ayam ras di pasar rakyat saat ini mencapai Rp27.000 per kilogram.

"Kenaikan konsentrat memang tidak langsung melonjak hingga Rp500 ribu per 50 kilogram. Itu secara bertahap selama kurang lebih delapan bulan dan saat ini harga berada di puncaknya," ujarnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.