Sukses

Sri Mulyani: Rusia Alami Krisis Keuangan Berat

Invasi yang dilakukan Rusia kepada Ukraina telah membuat pasar keuangan Rusia anjlok.

Liputan6.com, Jakarta Invasi yang dilakukan Rusia kepada Ukraina telah membuat pasar keuangan Rusia anjlok. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pasar keuangan Rusia mengalami krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Pasar keuangan Rusia mengalami krisis yang ditandai dengan jatuhnya pasar saham dan depresiasi rubel ke titik terendah sepanjang masa," kata Sri Mulyani dalam acara Indonesia Conference 2022: Fitch on Indonesia - Exit Strategy after the Pandemic, Jakarta, Rabu (16/3/2022).

Berdasarkan data Bloomberg, per 11 Maret 2022, pasar keuangan Rusia turun ke level 2.470,5 dari sebelumnya di atas 3.000-an. Nilai tukar mata uangnya juga mengalami depresiasi hingga 46 persen sejak invasi ke Ukraina dimulai.

Akibatnya bank sentral setempat menaikkan suku bunga acuan dari 9,5 persen menjadi 20 persen. Langkah ini diambil dalam rangka mengantisipasi risiko melonjaknya inflasi.

"Bank sentral menaikkan suku bunga dari 9,5 persen menjadi 20 persen sebagai respons terhadap depresiasi yang tajam dan mengantisipasi risiko lonjakan inflasi," tuturnya.

Sehingga menyebabkan meningkatnya volatilitas di pasar keuangan dan turunnya harga saham global. Hal ini didorong tren kenaikan inflasi, potensi pengetatan kebijakan moneter, dan eskalasi ketegangan geopolitik.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak ke Indonesia

Konflik yang terjadi di barat tersebut tidak mengganggu pasar keuangan di Tanah Air. Sri Mulyani menyebut dampaknya sangat minim ke Indonesia.

"Dampaknya relatif sedikit tapi mengganggu volatilitas pasar keuangan dan harga komoditas," kata dia.

Meski begitu, bukan berarti Indonesia justru bersantai. Sebab konflik yang terjadi di Ukraina dalam jangka panjang juga berimbas ke Indonesia. Mengingat akan ada gangguan rantai pasok dari dan ke Indonesia yang bakal terhambat. Selain itu sejumlah negara juga memiliki ketergantungan kepada Rusia.

"Saya pikir kondisi kita saat ini masih resilien tetapi konflik ini dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang rasanya akan lebih kompleks lagi," kata dia mengakhiri.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.