Sukses

Ekonomi AS Terkontraksi 3,5 Persen di 2020, Terburuk Sejak Tahun 1946

Departemen Perdagangan AS melaporkan, Negeri Paman Sam mengalami penurunan ekonomi paling tajam sejak 1946 ketika AS melakukan demobilisasi pasca Perang Dunia II.

Liputan6.com, Jakarta Ekonomi Amerika Serikat (AS) menyusut minus 3,5 persen pada 2020. Capaian tersebut masih jauh lebih baik dari banyak negara lain yang perekonomiannya merugi parah akibat pandemi Covid-19.

Namun begitu, pertumbuhan yang melambat pada tiga bulan terakhir tahun lalu karena kenaikan kasus positif virus corona Covid-19 turut mendorong kemunduran baru dalam aktivitas ekonomi.

Seperti output yang meningkat 4 persen secara tahunan (year on year/YoY) pada triwulan akhir 2020. Angka tersebut lebih lambat dari perkiraan banyak analis, dan turun tajam dari rebound yang terjadi pada kuartal sebelumnya.

Departemen Perdagangan AS  melaporkan, Negeri Paman Sam mengalami penurunan ekonomi paling tajam sejak 1946 ketika AS melakukan demobilisasi pasca Perang Dunia II. Dibandingkan dengan capaian di kuartal IV 2019, output turun 2,5 persen.

Akan tetapi, kontraksi yang terjadi di sana tidak seburuk seperti yang banyak orang pikirkan, dimana pengeluaran untuk konsumsi dan perjalanan anjlok ketika dilakukan lockdown.

Mengutip BBC, Jumat (29/1/2021), meskipun angka pengangguran dan kemiskinan melonjak tajam, Amerika Serikat rupanya tidak terpukul separah negara di belahan dunia lainnya.

IMF memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Inggris terkontraksi minus 10 persen pada 2020 lalu. Sementara negara maju lain seperti Jerman, Jepang dan Kanada pertumbuhan ekonominya juga menyusut minus 5 persen pada tahun lalu.

China merupakan satu-satunya negara ekonomi besar yang telah melaporkan adanya pertumbuhan positif, dengan produk domestik bruto (PDB) naik 2,3 persen.

"Pertumbuhan ekonomi AS turun 2,5 persen pada tahun sebelumnya. Tapi itu masih menunjukan pemulihan yang jauh lebih cepat daripada yang kami perkirakan semula, mengingat betapa suramnya keadaan di pertengahan 2020 lalu," kata Kepala Ekonom AS Paul Ashworth.

"Vaksinasi Covid-19 secara efektif akan menawarkan kemungkinan kembali normal pada akhir tahun ini, dimana pemerintah Biden juga hendak memberikan banyak stimulus fiskal. Kami pikir pertumbuhan PDB akan naik jadi 6,5 persen pada tahun ini," sambungnya.

Pemulihan di Negeri Paman Sam akan sangat terbantu oleh stimulus besar-besaran hingga triliunan dolar AS. Kendati demikian, Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengingatkan ekonomi Amerika Serikat masih rentan akibat melonjaknya kasus baru.

Beberapa perubahan yang disebabkan oleh pandemi seperti pembatasan kegiatan kerja menyebabkan beberapa pekerjaan yang hilang mungkin tidak akan pernah kembali.

"Kami masih jauh dari pemulihan ekonomi penuh. Mengendalikan pandemi jadi satu-satunya kebijakan terpenting untuk pertumbuhan ekonomi," kata Powell.

 

Saksikan Video Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Langkah AS

Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (28/1/2021) melaporkan sebanyak 847 ribu orang telah mengklaim untuk tunjangan pengangguran pekan lalu. Jumlah tersebut turun sedikit dari pekan sebelumnya, meski di atas catatan pra-pandemi.

Tercatat hingga 9 Januari 2021, lebih dari 18,2 juta orang di AS telah mengumpulkan beberapa bentuk tunjangan pengangguran.

"Kami tidak mencari pasar tenaga kerja agar jumlahnya meningkat secara berarti sampai distribusi vaksin Covid-19 benar-benar tersalurkan dan sampai penyebaran virus dapat dibatasi dengan maksimal," urai ekonom Wells Fargo, Tim Quinlan.

Joe Biden memang telah mengusulkan belanja pemerintah USD 1,9 triliun, dimana jutaan dolar dikhususkan untuk vaksinasi, serta kembali membuka sekolah dan mendukung pengangguran yang kehilangan kerja akibat pandemi Covid-19.

Namun rencana yang diharapkan mampu menjembatani perekonomian AS kembali normal itu harus menghadapi perlawanan pihak Kongres, dimana banyak anggota Partai Republik mengaku skeptis terhadap kebutuhan program tersebut dan khawatir akan pengeluaran biaya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.