Sukses

Bank Mandiri akan Terbitkan Green Bond Rp 4,2 Triliun

Bank Mandiri juga masih memiliki ruang untuk menerbitkan obligasi rupiah sebesar Rp 19 triliun sampai dengan Mei 2022.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berencana untuk menggunakan slot penerbitan global bond yang masih ada dengan merilis green bond. Obligasi ini nilainya mencapai USD 300 juta atau Rp 4,2 triliun (USD 1= Rp 14,084).

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, rencana penerbitan obligasi global kategori green bond (hijau) itu merupakan slot obligasi global senilai USD 750 juta yang belum diterbitkan.

“Terkait dengan pemanfaatan likuiditas, memang saat ini kondisi likuiditas sangat cukup untuk mendukung rencana bisnis Bank Mandiri di 2021 bahkan mungkin di 2022 sudah kita siapkan hingga triwulan I di 2020,” kata Darmawan dalam Konferensi pers kinerja Bank Mandiri kuartal IV 2020, Kamis (28/1/2021).

Namun dengan mempertimbangkan rencana bisnis jangka menengah 3 tahun dan lebih dari 5 tahun, Darmawan menegaskan Bank Mandiri masih ada tiket issue global bond sebesar USD 2 miliar. Meskipun sebelumnya sudah realisasikan USD 1,25 miliar, tapi masih ada USD 750 juta lagi dan direncanakan akan diterbitkan USD 300 juta di 2021.

"Nah USD 750 juta ini akan dimanfaatkan dalam 2021 di antaranya, lewat rencana untuk penerbitan terkait green bond dengan size-nya kurang lebih USD 300 juta di 2021 ini," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Obligasi Rupiah

Begitu juga dengan rupiah, bank Mandiri masih memiliki ruang untuk menerbitkan obligasi sebesar Rp 19 triliun sampai dengan Mei 2022. Kendati begitu, untuk yang rupiah pihaknya masih mengkaji pelaksanaan waktu untuk eksekusi penerbitan agar betul-betul tepat, dengan mempertimbangkan saat ini likuiditas rupiah dan kondisi likuiditas pasar.

Demikian dengan kondisi saat ini bank Mandiri akan lebih fokus untuk konsidasi ke dalam dan mendukung bagaimana pemulihan program-program pemulihan ekonomi nasional dalam bentuk kredit.

“Mungkin itu yang akan lebih di prioritaskan di 2021. Jadi aksi korporasi dalam bentuk akuisisi sementara masih belum menjadi prioritas saat ini,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.