Sukses

Begini Cara Ajarkan Anak Kelola Duit dan Berhemat

Liputan6.com, Jakarta Generasi milenial mungkin sudah banyak belajar untuk mengelola keuangan seperti apa yang dilakukan orang tuanya. Di samping itu, tak sedikit para milenial yang ditemui saat ini pun sudah menyandang status sebagai orang tua.

Oleh sebab itu, apa yang mereka pelajari sebelumnya mengenai pengelolaan keuangan sudah seharusnya diajarkan kembali kepada anak-anaknya.

Namun, pengelolaan keuangan saat ini sudah tak lagi sama dengan zaman sebelumnya. Karena itu sebagai orang tua, Anda seharusnya lebih memahami dahulu sebelum mengajarkannya kepada anak. Melihat pengelolaan uang tahun 90-an bisa dibilang sudah tidak zamannya lagi untuk sekarang ini.

Seiring berkembangnya zaman, pengelolaan uang pun telah berubah secara dramatis, terlebih pandemi pun berperan dalam perubahan itu. Lalu, bagaimanakah Anda bisa memberi pelajaran tentang mengelola keuangan untuk anak-anak Anda?

Melansir laman The Street, Selasa (19/1/2021), berikut ini empat langkah efektif untuk Anda ajarkan kepada anak-anak tentang pengelolaan dan penghematan uang.

1. Mulai ajarkan kartu kredit di usia muda

Menurut Gregg Murset, pendiri sekaligus CEO aplikasi BusyKid mengatakan, ajarkanlah anak tentang pengelolaan uang.

“Saya pikir anak-anak sangat pintar dan mereka bisa belajar bahwa seperempat sama dengan 0,25 dalam waktu lima menit,” ujarnya.

Saat ini uang sudah bisa keluar atau masuk, oleh karena itu kenalkanlah anak Anda dengan kartu kredit dan debit sesegera mungkin. Beralihlah dari yang sebelumnya mengajarkan tentang buku cek atau pemantauan rekening bank dan kredit online. Kenalkan apa itu kartu kredit kepada anak-anak.

Mungkin sebagai contoh, Anda dapat menunjukkan kepada anak-anak bagaimana laporan kredit Anda agar mereka mengetahuinya.

2. Ajarkan anak tentang pengeluaran, pendapatan, dan tagihan

Rosanna Agado, orang yang baru-baru ini pindah dari daerah Seattle ke Glasgow, Skotlandia, mengelola spreadsheet untuk ketiga anaknya. Hal itu ia lakukan disamping memberi uang saku mingguan untuk anak-anaknya dalam bentuk uang tunai.

Ketika anak-anaknya memutuskan untuk membeli sesuatu, orang tuanya yang membayar. Karena sudah membeli sesuatu, Agado akhirnya memotong uang saku untuk anaknya tersebut.

Anak-anak diperbolehkan berutang dan tidak dikenakan bunga, tetapi anak-anaknya harus rela tidak mendapatkan uang jatah untuk melunasi tagihannya.

Kini, putra tertua mereka yang berusia 14 tahun memiliki rekening bank dengan kartu debit. Sebagai orang tua, Agado sering memeriksanya.

“Memiliki kartu kredit berarti juga memiliki kebebasan untuk dibelanjakan sendiri,” ujarnya. Namun, tetap harus ada batasannya saat anak-anaknya berbelanja.

Saat kartu debitnya terasa ada yang mengganjal, Agado mendiskusikan dengan anaknya tersebut. Bukan untuk menilai keputusan anaknya, melainkan untuk mengajarkan pentingnya memantau akun dari aktivitas yang mencurigakan.

 

Saksikan Video Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

3. Mengenalkan apa nilai tambah dan kurang dari penggunaan kartu kredit

Kartu kredit bisa menjadi produk keuangan yang sangat ditakutkan karena risiko terjerat tagihan berbunga tinggi. Namun di samping itu, kartu kredit juga bisa menjadi alat yang berguna.

Sebagai orang tua yang sudah memiliki pengalaman dengan kartu kredit, Anda bisa mengajarkan dan berbagi cerita tentang apa saja keuntungan serta kesalahan yang didapatkan untuk membantu anak-anak Anda membuat keputusan secara percaya diri sebagai orang dewasa.

Seperti Agado beserta suaminya yang membahas topik-topik tentang kartu kredit, seperti hadiah dari kartu kredit, kartu mana yang digunakan untuk pembelian sesuatu, dan apa yang terjadi ketika melewatkan pembayaran kartu kredit.

“Salah satu pendorong utama adalah kenyataan bahwa saya dan suami sama-sama menghancurkan kredit saat masih muda,” ujarnya.

4. Percayakan pada anak

Pembicaran mengenai finansial itu penting, tetapi anak-anak akan lebih mengerti ketika mereka menerapkan segalanya sendiri.

Biarkanlah anak-anak memilih sendiri apa yang diinginkan karena mereka pasti memiliki alasan. Meskipun menurut Anda anak-anak membuat pilihannya sendiri itu terkadang secara sembrono yang kemudian justru akan menghabiskan uang saku selama sebulan.

“Saya pikir terlalu mendorong anak-anak mereka dalam hal uang itu merupakan kesalahan besar bagi orang tua. Saya lebih suka anak-anak membeli sesuatu dengan uang mereka sendiri dan mereka akan mengerti penyesalan juga dengan sendirinya,” kata Murset.

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.