Sukses

Ketua OJK Wimboh Santoso Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Membaik

Ketua OJK Wimboh Santoso menyebut, penjualan semen, kendaraan bermotor, dan konsumsi sudah mulai ada tanda-tanda perbaikan.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2020 akan membaik. Namun memang pertumbuhan ekonomi tersebut tidak akan langsung positif.

“Indonesia sendiri kemarin di kuartal II minus 5,32 persen dari berbagai prediksi dan indikator yang kita punyai ini akan membaik di kuartal III, meskipun tidak langsung positif. Agar berat jika langsung positif, nanti ada indikator-indikator yang bisa kita tunjukkan bahwa kondisinya akan membaik,” kata Wimboh dalam sambutannya dalam acara Kagama Inkubasi Bisnis XIV “Pemulihan Ekonomi Indonesia di Masa Pandemi”, Minggu (27/9/2020).

Indikator-indikator itu diantaranya, Wimboh menyebut penjualan semen, kendaraan bermotor, dan konsumsi sudah mulai ada tanda-tanda perbaikan. Ia pun yakin akan terefleksi pada pertumbuhan ekonomi di kuartal III tidak akan serendah pada saat kuartal II.

“Kami yakin akan terefleksi pada pertumbuhan ekonomi yang tidak rendah di kuartal II di bulan Juni berbagai prediksi diantaranya minus 2,9 hingga minus 1 persen. Namun demikian itu hanya indikasi tapi yang penting adalah apa yang harus kita lakukan agar kita berupaya keras covid-19 bisa teratasi dengan lebih baik,” jelasnya.

Lanjutnya, jika dibandingkan dengan perkembangan pandemi covid-19 di berbagai negara. Wimboh Santoso mengatakan di negara seperti Australia, Singapura, Korea Selatan dan Taiwan sudah menandakan perbaikan perekonomian.

Sementara untuk Indonesia sendiri berada di tanda merah yang artinya kasus covid-19 masih meningkat. Kendati begitu, Wimboh optimis Indonesia bisa menyusul negara-negara yang sudah mengalami perbaikan. Jika penanganan covid-19 di Indonesia dilakukan secara ketat.

“Kita harus lakukan bersama-sama bagaimana cara mengisolasi (pasien covid-19) harus belajar dari beberapa negara. Memang agak terlalu sulit jika kita coba test hingga ke kampung atau desa karena penduduknya banyak, dibandingkan dengan Singapura yang penduduknya hanya 3 juta orang, sehingga lebih gampang melakukan pemantauan,” jelasnya.

Kata Wimboh Santoso, yang harus dilakukan dalam penanganan covid-19 di Indonesia harus lakukan secara preventif dan extra ordinary. Kalau tidak, maka akan berat dan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia kedepannya.

“Untuk itu kita semua Lembaga, pemerintah, stakeholder, kementerian dan juga lembaga-lembaga lain dan masyarakat termasuk pebisnis harus bekerja sama agar mengarah pada bagaimana ini kita lakukan perbaikan ekonomi kita dan juga bagaimana kita bisa bersama-sama kita sinergi agar penyebaran wabah ini tidak berlanjut,” pungkas dia.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menko Airlangga Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pulih di 2021

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 akan kembali turun. Dia memperkirakan perekonomian tumbuh negatif 3 persen sampai negatif 1 persen.

"Kuartal III kira-kira 1 minggu lagi diperkirakan outlook pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga adalah minus 3 sampai minus 1," kata Airlangga dalam Konferensi Pers tentang Rapat Koordinasi Pimpinan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (Rakorpim PC-PEN) di Bintan, Kepulauan Riau, Jumat (25/9/2020).

 

Sehingga, outlook pada akhir tahun diperkirakan pertumbuhan ekonomi minus 1,7 persen sampai positif 0,6 persen.Meski begitu, Airlangga optimis pada tahun 2021 pertumbuhan ekonomi nasional akan kembali pulih di kisaran 4,5 persen sampai 5,5 persen.

"Outlook akhir tahun minus 1,7 sampai positif 0,6 persen," sambungnya.

Hanya saja, kondisi ini bergantung pada kesediaan vaksin dari Covid-19. Sebab Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk 270 juta orang. Sehingga vaksin yang disediakan juga harus setara dengan jumlah penduduknya.

"Tentu ini tergantung hasil ketersediaan vaksin seperti yang direncanakan oleh pemerintah," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.