Sukses

Rupiah Ditutup Melemah Imbas Skandal Perbankan Global

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 85 point di level 14.785 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 14.700 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 85 point di level 14.785 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 14.700 per dolar AS. Sejumlah faktor eksternal dan internal mempengaruhi pergerakan rupiah pada hari ini.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dari sisi ekternal, pasar tersentak setelah munculnya skandal perbankan global mencuat setelah FinCEN Files yang berisi sekumpulan dokumen penting nan rahasia di dunia perbankan dan keuangan, bocor ke publik.

Dokumen itu berisi 2.500 lembar halaman, sebagian besar adalah file yang dikirim bank-bank ke otoritas Amerika Serikat (AS) antara tahun 1995 sampai 2017.

"Di dalam file tersebut terdapat skandal penggelapan dana hingga pengemplangan pajak dari lembaga keuangan besar dunia. Terdapat penjelasan soal bagaimana beberapa bank terbesar di dunia mengizinkan kriminal mentransaksikan 'uang kotor' ke seluruh dunia dan nilainya mencapai sekitar USD 2 triliun," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (22/9/2020).

Selain itu, Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan pada Senin bahwa ekonomi AS membaik tetapi memperingatkan bahwa ada jalan panjang yang harus ditempuh sebelum pemulihan penuh dari COVID-19.

"Investor juga menantikan komentar Powell ketika dia bersaksi di depan Sub-komite Pemilihan DPR tentang COVID-19 pada hari Rabu," ungkap Ibrahim.

Sementara dari sisi internal, rencana amandemen undang-undang Bank Indonesia (BI) masih menjadi headline diberbagai media baik nasional maupun internasional walaupun draft tersebut masih di godok di Banggar DPR.

Namun rencana amandemen tersebut menjadi sorotan bagi pelaku pasar baik domestik maupun asing karena mempertanyakan independensi bank sentral yang kemungkinan tidak lagi independen dalam memutuskan kebijakan baik suku bunga maupun stimulus, walaupun rencana amandemen ini hanya berlaku di masa covid-19 sampai 2023.

"Walaupun Pemerintah berkali-kali meyakinkan terhadap pasar bahwa apa yang dilakukan bertujuan untuk memperluas wewenang Bank Indonesia sebagai bank sentral dan ini dibentuk karena Indonesia dalam keadaan ekonomi yang tidak sehat akibat pandemi virus corona yang sampai saat ini masih terus meningkat secara masif dan Indonesia sudah pasti masuk dalam resesi sehingga perlu wadah baru berupa amandemen undang-undang Bank Indonesia untuk menanggulanginya," jelas dia.

Namun lagi-lagi, lanjut Ibrahim, dikalangan pelaku pasar terjadi pro dan kontra atas pernyataan Pemerintah tersebut , yang akhirnya pasar kembali kecewa dan berimbas terhadap aliran modal asing dilaporkan mulai keluar dari pasar valas, obligasi dan Surat Utang Negara( SUN), yang tentunya bisa memberikan efek negatif ke pasar keuangan.

"Apalagi secara bersamaan Permintaan valas korporasi meningkat jelang akhir Kuartal Ketiga tahun 2020, dimana perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa kembali untuk membayar hutang, deviden dan sebagainya. Jadi jangan heran kalau mata uang garuda di penutupan pasar sore ini mengalami penurunan," tutup Ibrahim.

Sementara untuk perdagangan besok, Rabu (22/9/2020), diprediksi rupiah akan kembali melemah antara 30-80 point di level 14.770-14.850 per dolar AS.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rupiah Tertekan Imbas Penguatan Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada Selasa pekan ini. Penguatan dolar AS mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini.

Mengutip Bloomberg, Selasa (22/9/2020), rupiah dibuka di angka 14.700 per dolar AS, sama jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya. Pada pukul 10.13 WIB, rupiah berada di 14.760 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.700 per dolar AS hingga 14.762 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 6,45 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.782 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.723 per dolar AS.

"Penguatan dolar AS yang tajam terhadap mata uang yang lebih berisiko, bisa berlanjut pagi ini di pasar Asia," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra seperti dikutip dari Antara, Selasa (22/9/2020).

Menurut Ariston, penguatan dolar AS menyusul pelemahan indeks saham global pada Senin (21/9) kemarin karena berbagai kekhawatiran seperti mengenai kemungkinan lockdown kembali karena kenaikan kasus positif COVID-19 di beberapa negara Eropa.

Kekhawatiran lainnya yaitu paket stimulus fiskal AS yang masih belum keluar untuk menopang pemulihan ekonomi di Amerika.

"Rupiah berpotensi berbalik melemah hari ini," ujar Ariston.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.