Sukses

Tunda Bayar Avtur hingga Pensiun Dini, Cara Garuda Indonesia Bertahan dari Pandemi

Garuda Indonesia menjalankan efisiensi biaya dengan melakukan pemotongan anggaran yang tidak memiliki nilai tambah.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra  telah melakukan berbagai upaya untuk merespons dampak pandemi Covid-19. Strategi tersebut berupa kombinasi peningkatan pendapatan dan pengurangan biaya.

"Inisiatif yang dilakukan untuk mengelola gap antara total pendapatan dan biaya operasional perusahaan selama Covid-19, terbagi dalam jangka pendek dan perbaikan fundamental jangka panjang," ujarnya dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Selasa (14/7/2020). 

Irfan mengatakan, untuk inisiatif jangka pendek terdapat enam cara yang dijalankan oleh Garuda Indonesia. Pertama, Optimalisasi pendapatan non penumpang, yakni dengan meningkatkan pendapatan dari layanan cargo dan charter.

"Seperti untuk obat-obatan, alat bantu medis, dan alat kesehatan lainnya. Sedangkan untuk charter, yaitu penerbangan repatriasi warga negara asing ataupun Indonesia dari dan ke Indonesia," jelasnya.

Kedua, Garuda Indonesia menjalankan efisiensi biaya dengan melakukan pemotongan anggaran yang tidak memiliki nilai tambah.

Ketiga, Garuda Indonesia menjalankan kebijakan penundaan pembayaran sewa pesawat.

Keempat, Garuda Indonesia juga menunda pembayaran pemasok Avtur, Maintenance, dan Jasa Kebandarudaraan.

Strategi kelima adalah pemotongan gaji karyawan,  unpaid leave dan penawaran program pensiun dini secara sukarela.

Keenam, Garuda Indonesia menjalankan kebijakan restrukturisasi kredit dengan penjadwalan ulang yang jatuh tempo. 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Inisiatif Jangka Panjang

Sementara itu, insiatif jangka panjang yang dilakukan Garuda tercatat ada lima poin. Pertama, Hard block strategy dengan agen domestik maupun internasional.

Kedua, Code share and interline aggrement. Yakni maskapai berupaya meningkatkan market share dan destinasi tujuan ke berbagai negara.

Ketiga, Alih fungsi pesawat penumpang untuk layanan cargo dengan memanfaatkan space kabin pesawat. "Untuk barang di bawah 70 kilogram kita bisa tempatkan di kursi penumpang," imbuh dia.

Keempat, Ooptimalisasi pendapatan umrah dengan membuka penerbangan dari daerah di luar Jakarta. Seperti Palembang, Surabaya dan Ujung Pandang.

Terakhir, Restrukturisasi sewa pesawat. Dimana maskapai melakukan lease extension untuk mendapatkan penurunan sewa pesawat dan terminasi kontrak sewa pesawat yang tidak maksimal.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com, 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.