Sukses

Rupiah Melemah, Ini 2 Sentimen yang Mempengaruhi

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di ksiaran 14.079 per dolar AS hingga 14.092 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan hari ini.

Mengutip Bloomberg, Selasa (19/11/2019), rupiah dibuka di angka 14.079 per dolar AS, melemah tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.078 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus melemah ke 14.092 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di ksiaran 14.079 per dolar AS hingga 14.092 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 2,07 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.091 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.075 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa ini masih melanjutkan pelemahan. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, dari domestik realisasi APBN 2019 per Oktober masih jauh di bawah pagu menjadi sentimen yang membuat rupiah tertekan.

Diketahui, pendapatan negara sebesar Rp 1.508,9 triliun atau 69,7 persen dari pagu dan belanja negara tercatat sebesar Rp 1.798 triliun atau 73,1 persen dari pagu.

"Dengan sisa waktu tinggal dua bulan hingga akhir tahun 2019, tampaknya pencapaian hingga akhir tahun maksimal di bawah 85 persen dari pagu. Dengan potensi ini, APBN 2019 tampaknya tidak cukup kuat mendorong ekonomi di kuartal IV 2019 ini," ujar Lana.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Eksternal

Dari eksternal, bank sentral China, People Bank of China (PBoC), secara tak terduga menurunkan short-term funding rate atau yang dikenal sebagai 7-day reverse repo sebesar 0,05 bps menjadi 2,5 persen.

"Penurunan ini merupakan pertama kalinya sejak 2015. Kebijakan moneter ekspansi ini merupakan salah satu stimulus PBoC untuk menambah likuiditas di perbankan China, dan sebagai salah satu upaya mendorong kredit perbankan untuk menahan laju perlambatan ekonomi China," kata Lana.

Pada kuartal III 2019, ekonomi China tumbuh 6 persen (yoy). Ekonomi China diproyeksikan masih terus melambat, bahkan Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan China akan tumbuh 5,8 persen pada 2020.

Lana memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran 14.080 per dolar AS hingga 14.100 per dolar AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.