Sukses

Trump Izinkan Perusahaan AS Kembali Berbisnis dengan Huawei

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan, perusahaan-perusahaan AS diizinkan melanjutkan perdagangan dengan Huawei.

Liputan6.com, Osaka - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan, perusahaan-perusahaan AS diizinkan melanjutkan perdagangan dengan Huawei dalam konsesi yang jelas setelah diskusi awal dengan Presiden China Xi Jinping.

Departeman Perdagangan AS memasukkan Huawei dalam daftar hitam pada Mei sehingga membuat perusahaan AS tidak diizinkan untuk menjual ke perusahaan China tanpa lisensi. Pernyataan Trump tersebut dikemukakan ketika ia dan Xi Jinping menyetujui gencatan senjata perang dagang saat KTT G20 di Osaka, Jepang.

"Saya setuju untuk mengizinkan perusahaan kami, Anda tahu, pekerjaan, saya suka perusahaan kami menjual barang kepada orang lain. Jadi saya membiarkan itu terjadi. Hal yang sangat kompleks. Tidak mudah. Ini bukan hal yang mudah dibuat," ujar Trump saat konfrensi pers saat KTT G20 di Osaka, Jepang, seperti dikutip dari laman Business Insider, Sabtu (29/6/2019).

"Sangat sedikit perusahaan yang mampu melakukannya, tetapi menghasilkan banyak uang. Perusahaan kami sangat kesal. Perusahaan-perusahaan ini adalah perusahaan hebat yang Anda kenal semuanya. Tapi mereka tidak benar-benar senang dengan itu. Tapi kami mengizinkan itu, karena itu bukan keamanan nasional,” tutur dia.

"Kami mengizinkan mereka untuk menjual," ia menambahkan.

Pernyataan Trump tampaknya bertentangan dengan larangan Departemen Perdagangan. Ia menolak untuk konfirmasi kalau Huawei akan secara resmi dihapus dari daftar hitam.

Ia menuturkan, Huawei akan muncul sebagai subjek tepat di akhir pembicaraan perdagangan baru dengan China.

"Huawei adalah situasi yang rumit, kami meninggalkan Huawei menjelang akhir. Kami akan melihat kemana perginya dengan perjanjian perdagangan," ujar dia.

Saat dikonfirmasi apakah Huawei akan dikeluarkan dari daftar hitam, Donald Trump belum dapat menjelaskan detil.

"Saya tidak ingin membicarakannya sekarang kami melihatnya dengan sangat hati-hati. Huawei sangat berperan dalam hal negara kita dan kecerdasan, serta intelijen, dan kita tahu banyak tentang Huawei, tapi saya tidak ingin menyebutkan itu sekarang. Saya pikir itu tidak pantas. Kami tidak membuatnya selain dari apa yang saya katakana. Kami akan menyimpannya untuk nanti," ujar dia.

Pemerintahan AS telah melarang Huawei lantaran dasar kekhawatiran keamanan nasional dan membahayakan konsumen. Akan tetapi, Huawei menyangkalnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bukan Cuma Huawei, 5 Perusahaan China Masuk Daftar Hitam AS

Sebelumnya, Huawei masuk ke daftar hitam perdagangan Amerika Serikat (AS). Perusahaan asal Tiongkok ini dilarang membeli peralatan dan komponen dari perusahaan AS. Perusahaan asal AS juga dilarang menjalin hubungan bisnis dengan Huawei.

Selain Huawei, lima perusahaan asal China lain juga masuk daftar hitam AS. Kelima perusahaan tersebut terlibat dalam superkomputer yang berkaitan dengan militer.

Pemerintah AS mengklaim langkah ini dilakukan atas dasar keamanan nasional, sebagai pembenaran untuk menolak akses geopolitik Asia ke teknologi AS. Padahal, kedua pemimpin negara, Donald Trump dan Xi Jinping, dilaporkan akan bertemu untuk mengurangi perselisihan di bidang perdagangan.

Dilansir Indian Express, Minggu, 23 Juni 2019, lima perusahaan itu termasuk pembuat superkomputer Sugon, yang sangat bergantung pada pemasok AS seperti pembuat chip Intel, Nvidia, dan Advanced Micro Devices.

Empat lainnya adalah Institut Teknologi Komputasi Wuxi Jiangnan dan tiga lainnya terafiliasi dengan Sugon. Departemen Perdagangan AS menyebut kegiatan mereka 'bertentangan dengan keamanan nasional dan kepentingan kebijakan luar negeri AS.

 

3 dari 4 halaman

Komputasi Kinerja Tinggi

Sebelumnya, Sugon dan Wuxi Jiangnan Institute, menurut AS dimiliki oleh lembaga penelitian militer China, di mana mereka mengembangkan komputasi kinerja tinggi "exascale" generasi berikutnya untuk membantu modernisasi militer.

Paul Triolo, Analis Teknologi Eurasia Group mengatakan teknologi itu menjalankan simulasi nuklir, menghitung lintasan rudal, dan algoritma hipersonik.

"Ini semua tentang pertarungan exascale computing, yang telah ditetapkan China sebagai prioritas utama," katanya, seraya menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan seperti Sugon telah menerima dukungan besar dari pemerintah.

Sugon sendiri telah mengembangkan prosesor generasi berikutnya. Ini melisensikan satu generasi teknologi AMD sebagai bagian dari usaha patungan, di mana anak perusahaan Sugon memiliki kepemilikan saham.

 

4 dari 4 halaman

Tekanan AS

Seorang juru bicara AMD mengatakan perusahaan sedang meninjau masalah ini untuk menentukan langkah selanjutnya terkait dengan usaha patungan tersebut.

Untuk diketahui, ini bukan kali pertama AS menempatkan perusahaan China dalam daftar hitam. Pada 2015, National University of Defense Technology, China masuk dalam daftar tersebut.

"AS secara bertahap menekan akses ke teknologi besutannya untuk elemen-elemen utama superkomputer China generasi  berikutnya," ucap Triolo.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.