Sukses

Mainan Anak Diklaim Bakal Berjaya di Dalam Negeri

Para pelaku industri mainan anak asal Indonesia meyakini pangsa pasarnya akan terus meningkat setiap tahunnya akibat adaya kewajiban SNI

Liputan6.com, Jakarta Pelaku industri mainan anak optimistis bahwa produk mainan asal Indonesia akan menjadi tuan di rumah sendiri. Hal tersebut tampak dari kecilnya produk mainan impor di pasar dalam negeri dan terus meningkatknya pasar produk dalam negeri.

Owner dan Direktur Utama PT Megah Plastik Handrick Sutjiadi mengatakan, makin merajanya produk mainan Indonesia di pasar domestik dikarenakan kebijakan SNI yang diberlakukannya Kementerian Perindustrian. SNI membuat mainan impor berkualitas rendah sulit masuk Indonesia.

"Waktu belum ada SNI, sampah pun masuk ke sini," kata dia, di Kompleks Pabriknya, Tangerang, Selasa (7/5/2019).

Dia mengatakan, saat ini 80 persen mainan yang dipasarkan di Indonesia merupakan buatan Indonesia. Sementara 20 persen memang masih dipenuhi dari impor. Produk impor ini biasanya menyasar kelompok masyarakat menengah ke atas.

"20 persen impor. Barang sekarang lebih selektif. Yang benar-benar berkualitas, benar-benar dapat bersaing. Yang coba masuk menengah ke bawah mereka akan mati dengan alam. Untuk pasar (dalam negeri) akan dikuasai produk dalam negeri. Selain harga, kebutuhan anak-anak Indonesia dapat dipenuhi," ungkapnya.

 

Saksikan video terkait di bawah ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Peluang Ekspor

Selain itu, peluang untuk menggarap pasar ekspor pun semakin terbuka lebar, terutama untuk masyarakat kelas menengah ke bawah. Sebagai contoh, dia menyebut China yang terkenal sebagai produsen mainan mulai kewalahan untuk memproduksi mainan untuk kelas menengah ke bawah, karena ongkos produksi yang tinggi. Ini merupakan peluang pasar yang bisa digarap ke depan.

"Ekspor terbuka lebar. Teman-teman di China sudah merasakan. Karena tenaga kerja mahal. Cost sudah tinggi. Mereka sudah tidak bisa lagi buat yang menengah ke bawah," tandasnya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

3 dari 3 halaman

Industri Mainan Diprediksi Tumbuh 10 Persen Tahun Ini

Industri mainan dalam negeri diprediksi tumbuh sebesar 10 persen secara di 2019. Terlebih, potensi bisnis mainan di Tanah Air cukup prospektif.

Ketua Asosiasi Mainan Anak (AMI) Sutjiadi Lukas mengatakan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di kawasan ASEAN. Hal ini menjadi pasar yang sangat menjanjikan bagi industri mainan dalam negeri.

“Dengan angka kelahiran rata-rata 4,5 juta jiwa per tahun, Indonesia dapat menjadi pasar terbesar se-Asia Tenggara,” ujar dia dikutip dari keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (23/4/2019).

Selain memenuhi kebutuhan pasar domestik, lanjut, Sutjiadi, AMI pun menggenjot industri mainan nasional agar semakin agresif mempeluas pasar ekspor. Tutupnya beberapa pabrik mainan di Vietnam membuat peluang industri mainan di Indonesia kelimpahan pesanan.

“Kemungkinan, pasar mainan akan lebih tancap gas mulai kuartal kedua setelah Pemilu,” kata dia.

Pada tahun lalu, AMI telah meneken nota kesepakatan (MoU) dengan Chaiyu Exhibition berkenaan dengan kerja sama antara pengusaha Indonesia dan China. Dengan kolaborasi ini, diharapkan perusahaan mainan asal China berinvestasi membangun pabrik di Indonesia, terutama untuk memproduksi komponen seperti gear box, baut dan keypad.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, industri mainan mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.

Ini tercermin dari capaian nilai ekspor mainan anak-anak pada 2018 yang menembus hingga USD 319,93 juta atau naik 5,79 persen dibanding perolehan periode sebelumnya sebesar USD 302,42 juta.

“Industri mainan nasional telah menunjukkan daya saingnya di kancah global. Hal ini sekaligus mampu membuktikan bahwa Indonesia termasuk dalam negara-negara produsen utama untuk beberapa produk mainan unggulan yang telah mendunia,” ungkap dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.