Sukses

Harga Telur Sentuh Rp 25 Ribu per Kg di Pasar Tomang Barat

Harga telur ayam Rp 25 ribu per kg. Apakah sudah stabil?

Liputan6.com, Jakarta - Harga telur mencapai Rp 25 ribu per kilogram (kg) di pasaran. Namun, pedagang belum satu suara mengenai harga telur yang stabil.

Salah satu pedagang telur, Martini (52), menegaskan harga Rp 25 ribu/kg termasuk harga yang stabil. Harga minggu ini terpantau naik Rp 1.000 dibandingkan sebelumnya.

"Kemarin sudah naik, sekarang stabil. Minggu lalu Rp 24 ribu/kg, sekarang Rp 25 ribu/kg sudah stabil," ujarnya. "Omzet agak sepi tapi ya stabil," tutur dia saat berbincang Liputan6.com di Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat, Jumat (12/4/2019).

Di tempatnya, telur ayam kampung seharga Rp 2.500 per butir, telur ayam kampung oranye Rp 2.800, dan telur puyuh Rp 32 ribu/kg, sementara harga satuan 400 perak, dan telur bebek Rp 3.000 per butir.

Sementara, Yuni (24) menyebut harga telur belum stabil. Menurut dia, harga stabil adalah Rp 23 ribu/kg.

"Telur sudah seminggu ini naik, dari harga Rp 23 ribu/kg, Rp 24 ribu/kg, dan ini Rp 25 ribu/kg," ucap Yuni. "Stabilnya biasanya harganya Rp 23 ribuan," ia menambahkan.

Yuni menyebut harga telur ayam kampung juga naik. Untuk yang omega naik Rp 500 menjadi Rp 3.000 per butir dan yang biasa juga naik Rp 500 menjadi Rp 2.500, sementara telur bebek stabil di Rp 3.000 per butir.

Penggemar BTS itu pun mengaku pemasukan berpotensi terpengaruh kenaikan harga telur. "Omzet bisa terganggu juga. Ini lagi sepi," ucap Yuni.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sebelumnya Rp 23 Ribu

Harga telur di pasar tradisional Pasar Rumput, Setiabudi, Jakarta Selatan masih tercatat normal sampai dengan hari ini.

Rerata harga telur ayam dijual dari harga Rp 23-24 ribu per kilogram (kg). Salah satu pedagang telur, Nia (19) mematok harga telur ayam Rp 23 ribu per kg. 

"Untuk telur ayam negeri harganya Rp 23 ribu per kg. Sudah sebulan ini. Tadinya harga telur ayam negeri sekitar Rp 26.000 per kg," ucapnya kepada Liputan6.com, Jumat (22/3/2019).

Dia menambahkan, jumlah pembeli atau konsumen pun terbilang stabil untuk membeli komoditas telur.

"Jumlah pasokan telur ayam negeri banyak. Kalau jumlah yang beli tetap," ujarnya.

Sedangkan telur ayam kampung hari ini terpantau naik sebesar Rp 500 per butir.

"Kalau telur ayam kampung naik dari Rp 2.000 per butir menjadi Rp 2.500 per butir. Naiknya sejak bulan Januari 2019 sampai sekarang. Telur puyuh standar harganya Rp 29.000 per kg," ungkap dia.

Tak berbeda jauh, pedagang sembako Ibu Meni (55) kini mematok harga telur di ayam di harga Rp 24 ribu per kg.

 

3 dari 4 halaman

Menko Darmin: Penurunan Harga Ayam dan Telur Sumbang Deflasi

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2019 terjadi deflasisebesar 0,08 persen. Dengan demikian, untuk tahun kalender inflasi sebesar 0,24 persen, sedangkan tahun ke tahun terjadi inflasi 2,57 persen.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, deflasi disumbang oleh penurunan harga bahan pangan seperti daging ayam dan telur. Di mana pada bulan sebelumnya terdapat kenaikan harga pada dua komoditas ini.

"Bulan-bulan sebelumnya, harga ayam, telur itu agak tinggi, nah bulan di awal Maret atau akhir Februari, dia harganya turun sehingga deflasi," ujar Darmin di Kantornya, Jakarta, Jumat, 1 Maret 2019.

Penurunan harga daging ayam dan telur ini tak lepas dari upaya pemerintah melalui pengendalian pasokan pembentuk harga. Salah satu yang dikendalikan adalah harga pakan ayam yaitu jagung.

"Kalau ayam dan telor ya memang ada peranannya, urusan jagung. Artinya, makanan ayamnya sudah mulai bisa tersedia dengan baik pada Januari," katanya.

Menko Darmin melanjutkan, selain harga daging ayam dan telur, panen cabai dan bawang juga turut menyumbang deflasi. Sebab, cabai dan bawang sempat mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada bulan-bulan sebelumnya.

"Kalau cabai dan bawang itu karena musimnya memang, sekarang panennya mulai keluar, yang tadinya di pacekliknya itu barangnya tidak banyak," tandasnya.

 

4 dari 4 halaman

Februari Alami Deflasi

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indonesia mengalami deflasi 0,08 persen pada Februari 2019. Ini berbeda dibandingkan Februari 2018 yang mengalami inflasi sebesar 0,17 persen (yoy) dan Januari 2019 sebesar 0,32 persen (mtm).

"Pada Februari 2019, terjadi deflasi sebesar 0,08 persen. Untuk tahun kalender sebesar 0,24 persen, sedangkan tahun ke tahun terjadi inflasi 2,57 persen," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti di Jakarta, Jumat, 1 Maret 2019.

Menurut dia, deflasi di Februari pernah terjadi pada 2016 lalu. Deflasinya bahkan lebih tingginya yaitu sebesar 0,09 persen.

"Pernah deflasi lebih tinggi dari ini, yaitu di ‎Februari 2016 yang mengalami deflasi 0,09 persen," kata dia.

Yunita menjelaskan, dari 82 kota cakupan perhitungan indeks harga konsumen (IHK), sebanyak 69 kota mengalami deflasi. Sedangkan 13 kota mengalami inflasi.

Deflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 2,11 persen dan terendah Serang sebesar 0,02 persen. Sedangkan inflasi tertinggi yaitu di Tual sebesar 2,98 persen dan terendah di Kendari sebesar 0,03 persen.

"Deflasi di Merauke ‎lebih disebabkan oleh penurunan harga sayuran, cabai, itu mengalami penurunan harga‎. Inflasi tertinggi di Tual disebabkan karena sayuran khususnya bayam dan ikan segar," tandas dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini