Sukses

Kesepakatan Nuklir Iran Raih Dukungan, Harga Minyak Tertekan

Harga minyak melemah menjelang akhir pekan ini didorong sekutu AS akan pertahankan kesepakatan nuklir dengan Iran.

Liputan6.com, New York - Harga minyak bervariasi hingga akhirnya ditutup melemah menjelang akhir pekan ini. Hal itu lantaran sekutu Amerika Serikat (AS) akan mendorong untuk mempertahankan kesepakatan dengan Iran. Ada harapan itu dapat menjaga ekspor minyak mentah Iran di pasar global.

Di sisi lain, data menunjukkan kalau produsen minyak di AS menambah 10 rig selama sepekan. Harga minyak pun masih di bawah harga tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, selama sepekan, harga minyak Brent sudah naik 2,8 persen dan harga minyak AS menguat 1,2 persen.

Menjelang akhir pekan, harga minyak Brent melemah 35 sen ke posisi USD 77,12 per barel. Angka ini di bawah level tertinggi pada Kamis waktu setempat di kisaran USD 78. Sedangkan harga minyak AS merosot 66 sen ke posisi USD 70,70.

"Sejumlah faktor pengaruhi harga minyak dari Iran Venezuela. Sementara itu, Arab Saudi juga membawa lebih banyak minyak ke pasar,” ujar John Kilduff, Partner Again Capital seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (12/5/2018).

AS berencana kembali memberikan sanksi terhadap Iran usai Presiden AS Donald Trump memutuskan keluar dari kesepakatan yang disetujui 2015.

Kesepakatan yang membatasi ambisi nuklir Iran. Sejumlah analis memperkirakan harga minyak akan naik karena ekspor Iran turun. Kontribusi Iran terhadap minyak dunia sekitar empat persen.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Namun Perdana Menteri Inggris Theresa May menegaskan kembali dukungannya terhadap kesepakatan nuklir Iran dan setuju dengan Trump. Pembicaraan diperlukan untuk menetapkan bagaimana sanksi AS akan pengaruhi perusahaan yang beroperasi di Iran.

Bank investasi AS, Jefferies mengatakan, ekspor minyak mentah Iran akan mulai jatuh dalam beberapa bulan ke depan. Di sisi lain ada tanda-tanda kalau anggota dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan meningkatkan produksi untuk melawan gangguan Iran.

Jefferies mengatakan, OPEC memiliki kapasitas menggantikan kerugian Iran.  Namun bahkan jika pasokan fisik tetap konstan, pasar masih akan dihadapkan dengan cadangan yang rendah.

Di luar OPEC, produksi minyak mentah AS mencapai rekor tinggi pada pekan lalu. Tercatat produksi minyak mentah mencapai 10,7 juta barel per hari yang naik 27 persen sejak pertengahan 2016. Produksi AS lebih dekat ke produsen utama Rusia memompa minyak sekitar 11 juta barel per hari.

Adapun jumlah rig di AS menjadi 844, yang merupakan tertinggi sejak Maret 2015. Hal itu berdasarkan data perusahaan jasa energi General Baker. Lebih dari setengah total rig minya berada di cekungan Permian di Texas Barat dan Timur New Mexico.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.