Sukses

Sentimen Eksternal Picu Rupiah Tembus 13.200 per Dolar AS

Sentimen eksternal terutama ketidakpastian utang Yunani dan data ekonomi Amerika Serikat telah menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Ketidakpastian utang Yunani dan data ekonomi Amerika Serikat (AS) mendorong nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tertekan pada perdagangan Selasa (12/5/2015).

Berdasarkan data valuta asing Bloomberg, rupiah dibuka melemah 18 poin menjadi Rp 13.173 per dolar AS dari penutupan perdagangan Senin 11 Mei 2015 di level 13.155 per dolar AS. Gerak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung melemah. Bahkan gerak rupiah berada di kisaran 13.154-13.220.

Pelemahan rupiah ini juga terjadi pada Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia. Rupiah melemah 87 poin ke level Rp 13.203 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin di kisaran 13.116 per dolar AS.

Ekonom BCA, David Sumual mengatakan, sentimen eksternal mendominasi pelemahan rupiah terhadap dolar AS pada hari ini. Pertama, dolar AS cenderung menguat terhadap sejumlah mata uang utama termasuk emerging market. Hal itu dipicu dari spekulasi kenaikan suku bunga AS setelah data nonfarm payrolls pada April 2015 yang membaik.

"Selain itu ketidakpastian utang Yunani di Eropa karena mendekati deadline juga. Apakah pelunasan utangnya akan diperpanjang. Hal ini membuat euro melemah terhadap dolar AS, termasuk mata uang emerging market," kata David saat dihubungi Liputan6.com.

Sedangkan dari sentimen domestik, David mengatakan, pelaku pasar sedang menunggu rilis neraca perdagangan pada akhir pekan ini.

Sementara itu, Analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova mengatakan, faktor eksternal mempengaruhi gerak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pertama, data nonfarm payrolls AS meningkat menjadi 223 ribu pekerja pada April 2015 memberikan sentimen terhadap penguatan ekonomi AS semakin jelas.

Kedua, China memangkas suku bunga juga membuat mata uang emerging market melemah terhadap dolar AS. China memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 5,1 persen. Kebijakan pemangkasan suku bunga ini untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. China mencatatkan pertumbuhan ekonomi hanya 7 persen pada kuartal I 2015.

Selain itu, menurut Rully, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya 4,7 persen di kuartal I 2015 juga masih mempengaruhi sentimen di pasar uang. Meski demikian, Rully yakin, realisasi belanja pemerintah di infrastruktur dapat menunjang pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2015.

Meski begitu, Rully melihat nilai tukar rupiah memang masih akan tertekan didorong sentimen eksternal. Namun, Bank Indonesia (BI) diperkirakan tetap menjaga rupiah sehingga tidak terus tertekan pada hari ini. "Bank Indonesia akan stand by di pasar sehingga rupiah tidak tembus ke level 13.200. Gerak rupiah berada di kisaran 13.180-13.200 per dolar AS," ujar Rully. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.