Sukses

Kenaikan Harga BBM Subsidi Hanya Dinikmati Pengusaha

Lebih dari 86 juta orang pengguna sepeda motor termasuk kaum buruh. Mereka semua menggantungkan nasib dari subsidi harga BBM.

Liputan6.com, Jakarta - Massa buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang rencananya akan dilakukan pada masa pemerintahan presiden terpilih Joko Widodo nanti.

Presiden KSPI, Said Iqbal mengatakan, saat ini ada lebih dari 86 juta orang pengguna sepeda motor termasuk kaum buruh. Mereka semua menggantungkan nasib dari subsidi harga BBM. Sehingga tidak benar kalau subsidi harga BBM hanya dinikmati oleh orang kaya saja.

"KSPI menolak tegas dan keras sikap ketua Umum Apindo Sofjan Wanandi dan para pengusaha hitam yang terus mendesak pemerintah baru untuk menaikkan harga BBM. Karena kenaikan sebesar Rp 3.000 per liter akan mengakibatkan daya beli buruh turun 50 persen," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (2/10/2014).

Kenaikan harga BBM justru membawa dua keuntungan bagi para pengusaha. Pertama, dari pengurangan subsidi BBM tersebut para pengusaha mendapatkan keuntungan infrastruktur. Dan kedua, keuntungan pengusaha tidak berkurang karena mereka menaikkan harga jual barang.

Penolakan massa KSPI tersebut direpresentasikan dalam sebuah aksi massa. Sebanyak 30 ribu buruh KSPI se-Jabodetabek melakukan aksi di depan Istana negara, DPR RI, Kemenakertrans, kantor gubernur DKI,dan kantor PT Freeport Indonesia.

Dalam aksi tersebut, para buruh membawa enam tuntutan, antara lain naikan upah minimum 30 persen dan KHL 84 item, tolak kenaikan harga BBM, manfaat jaminan pensiun buruh 75 persen dari upah terakhir, hapuskan sistem outsourcing termasuk di BUMN, Jamkes Gratis untuk seluruh rakyat dan hentikan penambangan oleh Freeport.

"Bila tuntutan ini tidak didengar, maka November 2014 jutaan buruh akan melakukan Mogok Nasional Jilid III di seluruh Indonesia," tandas Said. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.