Sukses

Antisipasi Stok Pangan Jelang Puasa Picu Defisit Perdagangan

Ekonom menilai, sebagian besar bahan pangan untuk persiapan Ramadhan dan Lebaran membuat impor melonjak.

Liputan6.com, Jakarta - Persiapan menjelang Puasa dan Lebaran sehingga mendorong peningkatan impor bahan pangan memicu neraca perdagangan mengalami defisit pada April. Akan tetapi, defisit perdagangan itu tidak akan terlalu besar.

Bank Indonesia (BI) pun memperingatkan pemerintah untuk terus mewaspadai kondisi ekspor dna impor nasional yang diperkirakan mengalami defisit pada April. Gubernur BI Agus Martowardojo menuturkan, prediksi defisit itu seiring lonjakan impor akibat pola musiman yang berlangsung tiap tahunnya.

"Mungkin yang perlu kami khawatirkan itu neraca perdagangan, tapi kami harapkan tetap terjaga baik. Walau terlihat tekanan musiman persiapan Lebaran, jadi neraca perdagangan perlu perhatian," ujar Agus.

Prediksi defisit perdagangan pada April itu pun sesuai dengan proyeksi ekonom. Lana Soelistianingsih, Ekonom PT Samuel Sekuritas menuturkan, defisit perdagangan akan terjadi pada April seiring impor meningkat.

"Impor naik untuk persiapan puasa dan Lebaran, sedangkan sisi lain ekspor turun. Lalu harga komoditas seperti batu bara dan crude palm oil pun turun. Apalagi ekspor non migas Indonesia cukup besar sekitar 40%," ujar Lana, saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Minggu (2/6/2014).

Hal senada dikatakan Ekonom M. Dody. Ia mengatakan, defisit perdagangan pada April 2014 dipicu dari persiapan menjelang puasa dan Lebaran. "Banyak bahan pangan kita yang masih diimpor. Hal itu membuat impor naik," ujar Dody.

Dody memperkirakan, defisit perdagangan pada April 2014 sekitar US$ 200 juta-US$ 300 juta. Ia menambahkan, kemungkinan defisit neraca perdagangan ini akan terus berlanjut hingga kuartal III 2014.

"April, Mei, Juni, Juli dan Agustus itu rentan defisit karena dipicu konsumsi domestik meningkat," kata Dody.

Sedangkan Analis PT Trust Securities, Reza Priyambada mengatakan, masih variatifnya laju harga komoditas selama Mei kemungkinan kurang dapat membuat nilai volume ekspor dari komoditas dapat menguat signifikan sehingga akan berpengaruh pada belum akan signifikannya nilai ekspor.

Sementara di sisi lain, masih tingginya permintaan membuat nilai impor dapat mengalami peningkatan. Beberapa golongan barang yang berpotensi terjadi kenaikan antara lain mesin dan peralatan listrik, plastik dan barang dari plastik.

Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus US$ 673,2 juta pada Maret 2014. Selama kuartal I 2014, total neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 1,07 miliar. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini