Sukses

Buka Warung, Jadi Kerjaan Sampingan Masyarakat Ekonomi Bawah

Survei Kadence Internasional di 7 kota menyebutkan 29% masyarakat perkotaan di Indonesia memiliki pekerjaan sampingan.

Liputan6.com, Jakarta - Hasil survei yang dilakukan Kadence Internasional terhadap 500 responden dari 7 kota di Indonesia menyebutkan bahwa sebanyak 29% masyarakat perkotaan di Indonesia memiliki pekerjaan sampingan.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 35% berasal dari masyarakat kelas ekonomi atas dengan penghasilan rata-rata Rp 8 juta dan 34% diantaranya berasal dari masyarakat kelas ekonomi bawah dengan penghasilan rata-rata Rp 2,2 juta.

Managing Director Kadence Internasional Vivek Thomas mengatakan, jenis pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh kelas ekonomi atas yaitu berjualan secara online dengan persentase 28% dan bisnis multi level marketing (MLM) dengan persentase 14%. Hal ini akan lebih banyak dilakukan pada saat akhir pekan.

"Pekerjaan sampingan lebih banyak dilakukan pada saat weekend, biasanya bisa sampai 8 jam, sementara saat weekday hanya sekitar 3 jam," ujarnya di Hotel Four Season, Jakarta, Selasa (28/4/2014).

Sementara itu, untuk kelas ekonomi bawah, pekerjaan sampingan berupa usaha warung kelontong atau toko sebesar 61% dan katering skala kecil 39%.

"Bagi kelas ekonomi bawah, memiliki pekerjaan sampingan sama artinya dengan mencari tambahan nafkah untuk bertahan hidup," lanjut dia.

Untuk mengatasi tuntutan kebutuhan hidup terutama bagi masyarakat kelas ekonomi bawah seperti buruh, maka peran pemerintah dan perusahaan dianggap penting guna mendorong masyarakat kelas tersebut dapat memiliki pekerjaan sampingan seperti membuat pelatihan untuk menambah keterampilan.

"Buruh ini bisa bikin small enterprise untuk dia, jadi lebih penting kasih training untuk bikin bisa pekerjaan sampingan, sebab kalau semua bikin toko, nanti siapa yang beli. Juga harus kasih training untuk para istrinya," jelas dia.

Meski demikian, Vivek juga menyatakan bahwa masyarkat sulit untuk menjadi pekerjaan sampingan sebagai pekerjaan utama karena pendapatan yang dihasilkan biasanya cenderung lebih kecil.

"Susah (untuk jadi pekerjaan utama) karena penghasilannya tidak sebesar dari pekerjaan utama, kalau lebih besar dia akan pilih berhenti dari pekerjaan utama," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.