Sukses

Boeing Raih Pesanan Pesawat 737 dari Shandong Airlines

Boeing mendapatkan pesanan pesawat dari Shandong Airlines untuk pengadaan 50 pesawat Boeing 737 senilai US$ 4,6 miliar.

Liputan6.com, Beijing - Boeing mendapatkan pesanan pesawat dari perusahaan penerbangan China, Shandong Airlines sekitar 50 pesawat Boeing 737 senilai US$ 4,6 miliar atau sekitar Rp 53,59 triliun (kurs Rp 11.650 per dolar Amerika Serikat/AS).

Operator penerbangan China meningkatkan armada mereka untuk memenuhi permintaan domestik yang terus naik terutama menggunakan pesawat. Saat dikonfirmasi BBC, manajemen Boeing mengatakan, pihaknya telah menerima pesanan dari maskapai tetapi menolak untuk mengkonfirmasi jumlah pesawat.

Pemesanan pesawat itu masih harus disetujui oleh pemerintah China. "Boeing mengapresiasi minat dari Shandong Airlines, dan kami terus bekerja dengan mereka, dan pemerintah China menentukan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka," ujar Boeing dalam keterangan tertulis, seperti dikutip dari laman BBC, Rabu (23/4/2014).

Saat ini semakin banyak perusahaan penerbangan untuk membeli pesawat hemat bahan bakar. Hal itu memicu perdagangan di antara produsen pesawat.Pasar pesawat yang memiliki 100-200 kursi akan menghasilkan penjualan US$ 20 triliun dalam 20 tahun ke depan. Industri penerbangan kemungkinan didominasi oleh Airbus 320 dan pesawat Boeing 737.

Jika Shandong Airlines mendapatkan persetujuan untuk memesan pesawat, maka China akan menjadi kemenangan besar bagi Boeing yang tidak hanya bersaing dengan Airbus. Akan tetapi juga menghadapi persaingan dari produsen pesawat milik pemerintah China yaitu Commercial Aircraft Corporation of China (Comac).

Comac menargetkan pesawat untuk 100-200 kursi dengan pesawat C919NYA. Perusahaan ini telah mendapatkankan 400 pesanan untuk C919 yang sebagian besar dari China. Banyak analis mengharapkan Comac mendapatkan banyak pesanan terutama dari operator dalam negeri.

Kinerja Keuangan Maskapai Penerbangan

Sementara itu, AirChina mengisyaratkan keuntungan kuartal I 2014 turun 65% dibandingkan tahun lalu. Hal ini karena yuan melemah. Mata uang China yuan telah melemah 2,7% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada kuartal I 2014. Perseroan mencatatkan laba bersih sebesar 249 uan pada kuartal I 2013.

"Beban keuangan perusahaan meningkat secara substansial dibandingkan dengan periode sama tahun 2013 karena selisih kurs," kata AirChina dalam sebuah pernyataan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.