Sukses

Geser China, Amerika Serikat Diam-Diam Jadi Mitra Dagang Utama Jerman

Total gabungan ekspor dan impor antara Jerman dan Amerika Serikat (AS) mencapai 63 miliar euro atau setara USD 68 miliar antara Januari-Maret 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah bertahun-tahun China menjadi mitra dagang utama Jerman, Amerika Serikat tampaknya diam-diam mengambil posisi teratas seiring berjalannya waktu.

Mengutip CNBC, ditulis Minggu (12/5/2024), total gabungan ekspor dan impor antara Jerman dan Amerika Serikat (AS) mencapai 63 miliar euro atau USD 68 miliar antara Januari-Maret 2024.

Sementara itu, perdagangan antara Jerman dan China berada di bawah 60 miliar euro, menurut perhitungan CNBC. Kepada CNBC, Kepala Riset ING Research, Carsten Brzeski menuturkan, ada beberapa faktor berperan dalam langkah ini.

"Pergeseran ini disebabkan pertumbuhan yang kuat di AS telah meningkatkan permintaan terhadap produk-produk Jerman. Pada saat yang sama, pemisahan dari China, melemahnya permintaan domestik di China dan kemampuan China produksi barang yang sebelumnya diimpor dari Jerman terutama mobil kurangi ekspor Jerman ke China," ujar dia.

Ekonom Berenberg Bank, Holger Shmieding menuturkan, China telah menjadi mitra dagang terbesar Jerman selama bertahun-tahun. Namun, kesenjangan antara China dan Amerika Serikat (AS) menyempit dalam beberapa tahun terakhir. AS juga telah lama menjadi pasar yang lebih besar bagi ekspor Jerman dibandingkan China.

Ia menuturkan, meskipun pangsa ekspor Jerman dari Amerika Serikat meningkat dalam beberapa tahun terakhir, pangsa pasar China menurun.

“Perekonomian China sedang terpuruk dan perusahaan-perusahaan Jerman menghadapi persaingan yang lebih ketat dari perusahaan-perusahaan China yang disubsidi,” ujar Schmieding.

Ia mengatakan, perbedaan utamanya adalah saat ini AS juga menjadi lebih penting dalam hal impor.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jerman Terapkan Strategi Baru

Jerman telah menerapkan strategi baru terhadp China dengan mendesak perusahaan-perusahaan untuk mengurangi risko dari China pada tahun lalu.

China akan tetap menjadi mitra bagi Jerman, pemerintah menekankan tidak boleh ada “decoupling” atau pemisahan antara ekonomi negara yang dahulunya memiliki ikatan kuat dengan China tetapi “persaingan sistemik” semakin menjadi ciri hubungan antara keduanya.

Ketegangan juga meningkat antara Uni Eropa dan China.Keduanya menyelidiki praktik perdagangan satu sama lain dan mengancam akan mengenakan tarif impor.

Bulan lalu, survei yang dilakukan oleh lembaga ekonomi Jerman Ifo menemukan jumlah perusahaan yang menyatakan bergantung pada China turun dari 46 persen pada Februari 2022 menjadi 37 persen pada Februari 2024.

Hal ini terkait dengan lebih sedikitnya perusahaan yang mengandalkan masukan dari produsen China. Demikian disebutkan dalam laporan itu.

“Fakta bahwa AS telah menjadi mitra dagang terbesar Jerman memang menggambarkan perubahan pola perdagangan dan pemisahan secara bertahap dari China,” ujar Brzeski.

3 dari 4 halaman

Ekonomi AS Cuma Tumbuh 1,6% di Kuartal I 2024, Ini Gara-garanya

Sebelumnya, ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh di bawah perkiraan pada kuartal I 2024 ini. Realisasi pertumbuhan ekonomi AS ini lebih kecil dibanding perkiraan pada awal tahun.

Melansir CNBC International, Jumat (26/4/2024) Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS mengungkapkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi negara itu tumbuh sebesar 1,6% di kuartal I 2024.

Angka tersebut lebih kecil dari proyeksi oleh ekonom yang disurvei Dow Jones dengan pertumbuhan sebesar 2,4%, menyusul kenaikan 3,4% pada kuartal IV 2023 dan 4,9% pada periode sebelumnya.

Belanja konsumen AS juga mencatat penurunan, tumbuh hanya 2,5% di kuartal pertama 2024, turun dari kenaikan 3,3% pada kuartal keempat dan di bawah perkiraan Wall Street sebesar 3%.

Namun, investasi tetap dan belanja pemerintah di tingkat negara bagian dan lokal membantu menjaga PDB AS tetap positif pada kuartal pertama, sementara penurunan investasi inventaris swasta dan peningkatan impor mengurangi kinerja.

Sementara inflasi, indeks harga konsumsi pribadi, yang merupakan variabel inflasi utama bagi Federal Reserve, tumbun sebesar 3,4% secara tahunan pada kuartal I, menandai kenaikan terbesar dalam satu tahun dan naik dari 1,8% pada kuartal keempat 2023.

Tidak termasuk pangan dan energi, PCE inti AS tumbuh 3,7%, keduanya jauh di atas target The Fed sebesar 2%. 

"Ini adalah laporan terburuk dari kedua dunia, pertumbuhan lebih lambat dari perkiraan, inflasi lebih tinggi dari perkiraan," kata David Donabedian, kepala investasi CIBC Private Wealth AS.

"Kami tidak jauh dari semua penurunan suku bunga tidak sesuai dengan ekspektasi investor. Hal ini memaksa (Ketua The Fed Jerome) Powell memberikan nada hawkish untuk pertemuan [(Komite Pasar Terbuka Federal) minggu depan," ungkapnya.

 

 

4 dari 4 halaman

Ekonomi AS Diramal Lanjutkan Pelemahan pada 2024

Data ekonomi AS dirilis ketika pasar sedang gelisah mengenai kebijakan moneter dan kapan Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga acuannya.

Suku bunga dana federal (federal fund rate), yang menetapkan tarif yang dibebankan bank satu sama lain untuk pinjaman semalam, berada dalam kisaran yang ditargetkan antara 5,25% hingga 5,5%, tertinggi dalam 23 tahun meskipun bank sentral AS belum menaikkan suku bunga sejak Juli 2023.

Investor kini harus menyesuaikan pandangan mereka mengenai kapan The Fed akan mulai melakukan pelonggaran kebijakan karena inflasi AS tetap tinggi. 

"Perekonomian kemungkinan akan semakin melambat pada kuartal-kuartal berikutnya karena konsumen kemungkinan besar sudah mendekati akhir pengeluaran belanja mereka" kata Jeffrey Roach, kepala ekonom di LPL Financial.

"Tingkat tabungan turun karena inflasi yang tinggi memberikan tekanan yang lebih besar pada konsumen. Kita memperkirakan inflasi akan mereda sepanjang tahun ini karena permintaan agregat melambat, meskipun jalan menuju target The Fed sebesar 2% masih terlihat masih jauh," paparnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.