PBNU: Politiknya NU Bukan untuk Partai Politik Tertentu

Ketua PBNU Ishfah Abidal Aziz menegaskan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) bukanlah alat politik partai tertentu.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Mei 2022, 11:04 WIB
Gedung Pusat PBNU (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua PBNU Ishfah Abidal Aziz menegaskan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) bukanlah alat politik partai tertentu. 

"Seharusnya politik NU itu politik kebangsaan, politik NU itu politik umat kesejahteraan kemaslahatan umat. Bukan untuk partai politik tertentu," tegasnya saat dihubungi, Kamis (26/5/2022).

Ishfah pun menjelaskan, NU berpolitik untuk kepentingan yang lebih luas, seperti dalam kebijakan pemerintah agar memberikan dampak positif kepada umat, bangsa dan negara.

NU tidak bicara soal politik jabatan. "Kalau kemudian diasumsikan bahwa politik lama ini bersifat parsial, soal siapa menjabat posisi apa, itu menjadi sangat kurang tepat," ujar Ishfah.

Maka itu pula, menjadi kebijakan PBNU agar tidak masuk ranah politik praktis. Sebagai organisasi ulama dan keagamaan, NU tidak dibenarkan untuk masuk politik praktis.

"Dalam hal organisasi perkumpulan ulama tidak boleh masuk ranah politik, itu tidak boleh, tidak dibenarkan dalam berNU, dalam berorganisasi, di NU tidak diperbolehkan, tidak dibenarkan masuk ranah politik," kata Ishfah.

 

2 dari 2 halaman

Waketum: PKB dan NU Ibarat Dua Sisi Mata Uang yang Tak Bisa Dipisahkan

Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid menanggapi pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang menyebutkan bahwa NU tidak boleh dijadikan sebagai alat politik menjelang Pemilu 2024.

"Tentu kami setuju karena memang NU bukan alat politik, tapi PKB lah alat politik NU. Jadi apa yang disampaikan beliau (Gus Yahya) itu adalah untuk partai-partai yang lain, bukan PKB karena PKB dengan NU itu ibarat dua sisi mata uang yang tidak akan bisa dipisahkan," ujar Jazilul Fawaid dalam keterangannya, Selasa (24/5/2022).

Pria yang kerap disapa Gus Jazil ini menegaskan, PKB adalah parpol yang dilahirkan oleh Nahdlatul Ulama (NU) untuk kepentingan bangsa.

"Dan alhamdulillah akhirnya PKB menjadi satu-satunya partai politik yang berhaluan ahlussunnah wal jamaah yang ada di parlemen. Parpol yang menjalan misi jalan politik rahmatan lil alamin ya PKB," ungkap dia.

Menurut Wakil Ketua MPR RI ini, dengan platform yang dimilikinya, PKB saat ini menjadi partai politik berbasis Islam terbesar di Indonesia. "Ini karena platform yang digunakan adalah platform Islam ahlussunnah, platform Islam Nusantara," kata dia.

Atas alasan itulah, ia mengklaim PKB menjadi kekuatan politik yang mewadahi dan menjadi saluran aspirasi politik warga Nahdliyin.

"Saya ini lahir dari NU, nggak bakalan bisa dipisahkan dari NU meskipun saya PKB. Tapi kalau ada orang yang bilang Golkar itu NU, nggak mungkin, dari mana sejarahnya. PDIP itu NU, nggak mungkin dari mana sejarahnya. Kalau PKB itu lahir dari NU, semua menyaksikan. Mulai deklarasinya, tokoh-tokohnya, pendirinya, pemimpin-pemimpinnya. Meskipun akhirnya PKB menjadi partai yang terbuka untuk semua golongan, semua kelompok," kata dia.

Gus Jazil mengatakan, NU akan tetap menjadi visi politik PKB. "Jadi semua visi yang ada di NU ini diperjuangkan PKB lewat jalur politik. Jadi PKB bagian dari yang menjalankan visi dan misi NU. Apa itu? soal moderasi. toleransi dan lainnya. Itulah yang dilakukan oleh PKB," tandas Jazilul Fawaid.

Reporter: Ahda Bayhaqi/Merdeka

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya