Digitalisasi SPBU Ditargetkan Rampung Agustus 2020

Pandemi Covid-19 membuat pelaksanaan digitalisasi SPBU di lapangan terhambat.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 08 Jul 2020, 19:00 WIB
Petugas melakukan pengisian bahan bakar miyak ke kendaran konsumen di SPBU, Jakarta, Kamis (18/6/2020). PT Pertamina (Persero) berencana melakukan simplifikasi produk BBM yang tidak ramah lingkungan yang mempunyai kadar Research Octane Number (RON) di bawah 91. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Implementasi digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di sejumlah tempat mengalami kendala. Akibatnya, target penyelesaian digitalisasi SPBU pun mundur. 

Ada beberapa penyebab digitaisasi SPBU terhambat. Pertama adalah pandemi Covid-19 yang membuat pelaksanaan di lapangan terhambat. Penyebab kedua adanya beberapa SPBU yang sudah tua. 

Kendala lain yang cukup serius yakni jaringan digital yang tidak merata. Sehingga ada beberapa titik yang belum bisa mengimplementasikan digitalisasi ini secara maksimal.

Senior Vice President ( SVP) Bussiness Operation Pertamina Yanuar Budi Hartanto menyebutkan, sebenarnya secara teknis semua sarana dan prasarana untuk menjalankan digitalisasi SPBU sudah ada di lapangan.

Hanya saja saat ini terkendala dengan instalasi. Selain itu ada beberapa alat yang terhambat masalah di imigrasi karena masalah covid-19. Selain itu, dispenser yang sudah tua harus juga diperbaharui terlebih dahulu.

PT Telkom (Persero) selaku pihak yang bekerjasama dengan PT Pertamina (Persero) untuk digitalisasi SPBU ini, menambahkan bahwa memang ada beberapa daerah atau SPBU yang jaringan sinyalnya belum bagus.

Namun demikian, Yanuar kembali menargetkan digitalisasi ini bisa rampung pada Agustus 2020.

"Kemudian untuk target Agustus itu selesai semua terintegrasi. Jadi semuanya terintegrasi bulan Agustus 2020," kata dia dalam konferensi pers pelaksanaan program digitalisasi SPBU di Gedung BPH Migas, Rabu (8/7/2020).

Dalam kesempatan ini, Yanuar juga memastikan tidak ada pengurangan SDM di SPBU, sebab menurutnya, digitalisasi ini hanya peralihan dari pencatatan manual ke digital.

"Pengurangan SDM, saya kira nggak ada ya. Karena ini hanya perubahan dari manual ke IT sehingga kita bisa mempertanggungjawabkan, ini tidak manual lagi, artinya kita langsung secara automatically itu tercatat di SPBU," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

BPH Migas Akui Digitalisasi SPBU Masih Jauh dari Target

Pengendara motor mengisi kendaraannya dengan BBM di salah satu SPBU, Jakarta, Selasa (15/3). Pertamina menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) umum Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, dan Pertalite Rp 200 per liter. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH migas) menyampaikan bahwa progres digitalisasi SPBU oleh PT Pertamina (persero) masih sangat jauh dari target.

Sampai dengan 30 Juni 2020, status digitalisasi SPBU dengan capaian status Berita Acara Serah Terima (BAST) sebesar 44,80 persen atau sebanyak 2.247 SPBU dari target 5.518 SPBU.

“Dari capain tersebut, sebanyak 4.819 SPBU atau 87,33 persen telah terpasang ATG (Automatic Tank Gauge). 3.060 SPBU atau 55,45 persen telah terpasang EDC LinkAja, 1.268 SPBU atau 22,98 persen telah tercatat nomor polisi melalui EDC,” rinci Kepala BPH Migas, M. Fanshurullah Asa dama konferensi Pers, Rabu (8/7/2020).

Serta, sambungnya, sebanyak 1.577 atau 28,58 persen telah terdigitalisasi dan memproduksi data yang dapat diakses melalui dashboard yang dikembangkan oleh PT Pertamina, diantaranya berupa data volume penjualan per transaksi, sata nilai transaksi penjualan, data transaksi per SPBU.

3 dari 3 halaman

Belum Penuhi Kriteria

Namun demikian, data-data tersebut belum memenuhi kriteria yang diharapkan BPH Migas, sehingga belum dapat dijadikan sebagai perangkat pengawasan yang komprehensif dalam penyaluran JBT dan JBKP.

Sebelumnya, PT pertamina bekerja sama dengan PT Telkom Indonesia membangun program digitalisasi untuk 5.518 SPBU yang tersebar di seluruh wilayah NKRI, yang dimulai pada 31 Agustus 2018 dengan target penyelesaian di akhir Desember 2018.

Namun dalam perjalanannya, Fanshurullah membeberkan bahwa proyek ini mengalami perubahan target sebanyak empat kali. Target pertama pada 31 Desember 2018, kemudian berubah menjadi 28 Juni 2019, mundur lagi ke 31 Desember 2019, dan terakhir per 30 Juni 2020 yang juga masih belum tercapai. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya