Traveling ke Daerah Beda Budaya, Ajarkan Anak Pahami Perbedaan

Mengajak anak traveling juga bisa menjadi sarana edukasi anak untuk memahami nilai-nilai perbedaan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 18 Jan 2019, 09:00 WIB
Umat Hindu Bali melakukan upacara Melasti di pantai Petitenget, Bali, Rabu (14/3). Sebelum Hari Raya Nyepi, masyarakat Bali yang beragama Hindu melakukan upacara Melasti ke laut. (AFP Photo/Sonny Tumbelaka)

Liputan6.com, Jakarta Traveling selain sebagai sarana jalan-jalan dan melepas penat bersama keluarga juga bisa menjadi cara untuk mengedukasi anak. Salah satunya adalah memperkenalkan budaya yang berbeda pada anak.

Psikolog keluarga Nadya Pramesrani mengatakan, dengan liburan ke lokasi yang berbeda budaya dan kebiasaan, anak dapat terlatih kemampuan sosial dan adaptasinya. Hal ini diungkap Nadya dalam talkshow dan konferensi pers HiLo School Drawing Competition bertajuk "Mendukung Tumbuh Kembang Anak Lewat Traveling" di kawasan Menteng, Jakarta pada Kamis (17/1/2019).

"Di usia 5 tahun anak berada di tahap perkembangan di mana mereka harus mengembangkan kemampuannya di mana mereka harus melakukan sesuatu dan memiliki pemahaman terhadap sesuatu," kata psikolog dari Rumah Dandelion ini.

"Ini adalah masa di mana dia belajar bagaimana hidupnya bekerja, " imbuh Nadya.

Nadya mengatakan, cara paling efektif untuk belajar adalah dengan pengalaman langsung. Bukan dengan teori atau pun ceramah di sekolah.

"Tujuan traveling (salah satunya melihat) ada perbedaan budaya, perbedaan kebiasaan, itu melatih kemampuan sosial dan adaptasi anak. Sekecil apa pun perbedaannya, " ujar Nadya menambahkan. 

 

Simak juga video menarik berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Belajar budaya yang berbeda

Ketika orangtua sulit memenuhi keinginan anak untuk liburan, apa yang harus dikatakan? (Ilustrasi/iStockphoto)

Nadya mencontohkan saat dia mengajak anaknya ke dua lokasi di Indonesia yang berbeda provinsi beberapa waktu lalu. Bali dan Surabaya.

"Anak saya tanya kok orang Bali dan orang Surabaya cara ngomongnya berbeda ya. Surabaya dengan medoknya dan Bali dengan "T"-nya. Itu mereka belajar untuk lebih aware ada perbedaan apa di lingkungannya yang sekarang, dengan lingkungan yang biasa dia tinggal, " jelas Nadya.

Selain itu, dengan traveling perkembangan otak anak juga semakin terstimulasi dengan adanya kegiatan bermain interaktif yang melibatkan seluruh anggota keluarga, serta meningkatkan ikatan emosional antara orang tua dan anak.

Nadya mengatakan, seringkali liburan hanya sekadar membiarkan anak untuk bermain sendiri. Sementara, orangtua terfokus dengan kegiatannya masing-masing, atau terpaku pada layar gawai. Selain itu, travelling juga berarti membawa anak untuk terpapar kegiatan yang berada di luar ruangan.

"Kegiatan di luar ruangan dan di alam dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi, kemampuan fisik, serta daya tahan tubuh anak," tambah Nadya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya