Sukses

Psikolog Beberkan 3 Dampak Screen Time pada Tumbuh Kembang Anak yang Lahir Era Pandemi COVID-19

Screen Time Berpengaruh pada Tumbuh Kembang Anak yang Lahir pada Panmdei COVID-19

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia sejak awal 2020 memberikan banyak dampak pada seluruh aspek kehidupan, termasuk juga dalam hal tumbuh kembang anak.

Kisaran usia anak-anak yang lahir pada saat pandemi saat ini, berumur di bawah lima tahun. Menurut laman resmi Kemenkes RI, antara umur 1 hingga 2 tahun merupakan usia krusial dalam tumbuh kembang anak.

Terjadi perkembangan pesat pada sensorik dan motorik pada usia ini. Anak mulai belajar berjalan, mengeksplorasi lingkungan dengan sensorisnya atau semua inderanya.

Namun, pada saat pandemi COVID-19, aktivitas menjadi terbatas karena adanya aturan dari pemerintah untuk di rumah saja dan mengurangi mobilitas, sehingga banyak pekerja yang dirumahkan / WFH (work from home).

Hal ini membuat anak-anak yang tumbuh pada masa pandemi menjadi terbatas untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengeksplorasi lingkungan sekitarnya.

"Sebenarnya, yang sangat dibutuhkan itu adalah interaksi dengan orang lain dan juga dengan lingkungan di mana anak bisa bergerak dan bermain, tapi pandemi menyebabkan anak-anak menjadi kurang bergerak dan bermain," kata pemerhati tumbuh kembang anak, Tante Mobi.

Karena kondisi pandemi COVID-19 tersebut menyebabkan kurangnya stimulasi yang berdampak pada pola asuh anak pada saat itu.

Aturan WFH membuat para orang tua melakukan pekerjaan dari rumah yang tidak sedikit membuat mereka memberikan screen time anak agar memudahkan pengasuhan dan bisa tetap fokus bekerja.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Terlalu Banyak Screen Time Bisa Sebabkan Gangguan Berbicara

Salah satu dampak yang terlihat dari anak yang teralalu banyak terpapar screen time saat pandemi adalah kemampuan berbicaranya.

Mengutip dari laman yankes.kemenkes.go.id pada Rabu, 8 Mei 2024, pada usia dua tahun kemampuan bahasa/wicara anak belum muncul atau masih mengoceh seperti anak usia satu tahun.

Psikologis klinis Rosdiana Setyaningrum mengatakan bahwa gangguan bicara secara psikologis itu rentetannya sangat panjang.

"Bayangkan kita ingin mengatakan sesuatu tapi tidak bisa, pasti akan frustasi dan merasa tidak dimengerti," kata Rosdiana dalam acara Diskusi Media MS School & Wellbeing Center dalam Membantu Atasi Masalah Tumbuh Kembang Anak yang dilaksanakan di Jakarta pada Rabu, (8/5/2024).

3 dari 3 halaman

Gangguan Bicara Akibat Screen Time Kerap Disangka Autisme

Ada sebagian orang tua yang mengunjungi terapis karena anaknya yang memiliki gangguan berbicara disangka mengidap autisme.

"Jadi memang banyak yang mengira anaknya itu autis, padahal tidak, melainkan anak tersebut memiliki gangguan reflek dan sensorik," kata Rosdiana.

Begitu anak yang disangka autisme karena memiliki gangguan bicara ini mulai menjalani pengobatan terapi dengan mengurangi screen time, perlahan-lahan anak menjadi mulai berbicara.

"Begitu kita mengurangi paparan dari screen time pada anak itu, baru muncul suara anaknya, dia juga mulai berbicara, karena memang screen time itu sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak," jelas Mobi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.