Menko Darmin: Reaksi Pasar Berlebihan soal Brexit

Khusus ke Indonesia, Menko Darmin yakin negara ini tidak akan terpengaruh besar apabila Inggris hengkang dari Eropa.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 24 Jun 2016, 12:23 WIB
Menko Perekonomian Darmin Nasution memberi keterangan usai Rapat Terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (16/9). Presiden Jokowi meminta seluruh kementerian membuat terobosan untuk memudahkan investasi di Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemungutan suara referendum Inggris yang disebut Britain Exit (Brexit) terus berlangsung. Data sementara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Inggris menunjukkan sebanyak 52 persen penduduk Inggris memilih keluar dari Uni Eropa. Ini menguatkan dugaan bahwa Inggris akan hengkang dari Zona Eropa.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution angkat bicara dengan melihat kondisi yang terjadi, terutama di pasar mata uang.

Dia menilai pelaku pasar bereaksi terlalu berlebihan dengan hasil pemungutan suara di Inggris, sehingga berimbas pada pasar uang di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

"Market itu selalu ada histerianya. Ada reaksi berlebihan yang sebenarnya mereka tidak mengerti. Ingat waktu pertama kali suku bunga AS mau dinaikkan, muncul gonjang-ganjing, akhirnya tidak jadi dieksekusi. Tapi kita sudah babak belur. Jadi market itu tidak rasional betul dan ini (dampak Brexit) bagian dari histeria itu," ujar Darmin saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (24/6/2016).

Kalaupun terjadi pelemahan mata hasil dari hasil referendum tersebut, dia yakin ini hanya bersifat sementara.

"Ini kan bagian dari histeria yang tadi. Market bisa bereaksi terhadap yang dia tidak tahu dan dampaknya negatif. Jadi bisa saja dua atau tiga hari goyang (kurs), setelah itu balik lagi," kata mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu.

Darmin berpendapat, jika Inggris betul-betul keluar dari zona Euro, sebenarnya akan berdampak sangat buruk bagi negara tersebut. Sebab, selama ini kegiatan perdagangan Inggris lebih besar dengan Eropa, sehingga ini dapat mengganggu perekonomian kedua wilayah.

"Kalau Inggris keluar dari Eropa, mulailah Eropa menyumbat perdagangan pakai tarif barrier macam-macam. Jika demikian, ekonomi Inggris tidak akan lebih baik dari yang sekarang karena mayoritas perdagangan Inggris dengan Eropa," kata dia.

Dampak ke Indonesia

Khusus ke Indonesia, Darmin yakin negara ini tidak akan terpengaruh besar apabila Inggris hengkang dari Eropa. Indonesia dinilai tetap dapat melakukan kegiatan ekspor impor dengan Inggris.

Hanya saja, kata dia, Indonesia tengah berjuang menyelesaikan perundingan
Indonesia–EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA) dalam rangka mendorong ekspor ke negara-negara Eropa.

"Kalau Inggris keluar dan kita telah menyelesaikan perjanjian tersebut, kita harus bikin lagi perjanjian dengan Inggris. Itu saja, tidak ada masalah. Kita tetap bisa ekspor atau impor ke Inggris karena capital benefit atau potensial loss Inggris kalau keluar, ya dengan Eropa saja," kata Darmin. (Fik/Nrm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya