Akom Tak Ingin Disebut Kalah Dalam Perebutan Ketum Golkar

Meski begitu, Akom mengaku sudah ada kesepakatan dengan Setya Novanto sebelum memutuskan untuk mengalah dalam Munaslub Golkar.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 21 Mei 2016, 01:27 WIB
Ade Komarudin dan Setya Novanto berpelukan di Munaslub Golkar, Bali, Selasa (17/5). Setya Novanto (Setnov) terpilih menjadi Ketum Partai Golkar periode 2016-2019 setelah dirinya melakukan musyawarah mufakat dengan Ade Komarudin. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ade Komarudin enggan disebut kalah dalam pemilihan Ketua Umum Partai Golkar saat Musyawarah Luar Biasa (Munaslub) Golkar beberapa waktu lalu.

Dalam pemilihan calon Ketua Umum Golkar, Ade mendapat 177 suara ‎dan calon lainnya Setya Novanto mendapat 277 suara. Sejatinya, Ade dan Novanto memasuki putaran kedua namun Ade malah memilih tak melanjutkan pemilihan dan mendukung Novanto menjadi Ketum Golkar. 

‎"Saat Munaslub saya mengalah, bukan kalah lho yah," kata Ade Komarudin di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumt (20/5/2016).

 

Ketua DPR ini berujar, dirinya mengalah karena ingin tensi persaingan di tubuh partai beringin mencair. Menurut dia, tujuan digelarnya Munaslub agar rekonsiliasi kader Partai Golkar terwujud setelah sempat mengalami dualisme kepengurusan.

"Saya pikir demi rekonsiliasi partai dan persatuan partai yang merupakan stabilitas partai dan politik, saya mengalah. Saya lakukan karena kita harus dahulukan kepentingan partai dan kepentingan negara dan cintai partai. Itu yang saya lakukan," ujar dia.

Saat disinggung apakah ada 'deal' antara dirinya dengan Novanto, pria yang akrab disapa Akom itu tak menampiknya.

"Yang jelas dealnya gini, saya fokus urus DPR, Novanto urus DPP.‎ Fraksi itu perpanjangan partai. Dalam peraturan organisasi, kewenangan untuk fraksi itu punya Novanto selaku ketum. Sebelum saya mengalah, saya bilang tolong tim saya diakomodir untuk rekonsiliasi partai, Novanto sudah oke," Akom menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya