Mahyudin Tolak Pemilihan Aklamasi untuk Hindari Perpecahan Golkar

Mahyudin mengatakan tata tertib dalam AD/ART partai berlambang beringin itu menyatakan aklamasi bukan dengan voting secara terbuka.

oleh Dewi Divianta diperbarui 15 Mei 2016, 03:16 WIB
Wakil Ketua MPR Mahyudin (kiri) saat mendaftar sebagai ‎Caketum Partai Golkar di DPP Partai Golkar, Rabu (4/5). Balon Ketua Umum Partai Golkar yang mendaftar harus memenuhi persyaratan salah satunya membayar iuran sebesar 1 M. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Nusa Dua - Calon Ketua Umum (Caketum) Partai Golkar Mahyudin mengaku menolak pemilihan secara aklamasi demi menjaga keutuhan partainya. ‎Ia mengatakan jika tata tertib dalam AD/ART partai berlambang beringin itu aklamasi bukan dengan voting secara terbuka.

"Aklamasi itu apabila ada satu calon yang dapat 30 persen. Saya menolak aklamasi karena itu bisa menimbulkan potensi perpecahan," kata Mahyudin di arena Munaslub Golkar, Nusa Dua, Bali, Sabtu (14/5/2016).

Dia berharap bisa memenangkan bursa pencalonan Ketua Umum Partai Golkar pada munaslub ini. Namun, dia juga mengaku siap dengan apa pun hasilnya nanti.

"Voting pertama semua berharap menang. Voting juga harus real, siapa yang dapat besar, yang kecil bergabung," tutur Mahyudin.

 

Sementara itu, saat disinggung tentang kabar koalisi bersama caketum lainnya Airlangga Hartarto, Mahyudin mengaku memang bertemu dengan Erlangga membicarakan satu kesepahaman visi dan m‎isi. ‎‎

"Saya belum ada kesepakatan tertulis. Tapi memang sama Pak Airlangga ketemu bicara lisan kesepahaman untuk saling mendukung. Jika saya terpilih atau beliau terpilih kita akan saling mendukung," ucap Mahyudin.

‎Dirinya berharap siapa pun yang akan menang dan memimpin Partai Golkar bisa selalu merangkul yang kecil supaya tidak ada lagi perpecahan dalam partai.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya