Rupiah Bakal Menguat ke Level 13.000 per Dolar AS

Pada akhir tahun lalu, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuannya.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 16 Feb 2016, 18:50 WIB
Petugas menunjukkan uang pecahan US$100 di penukaran uang, Jakarta, Rabu (23/9/2015). Mata uang Rupiah sempat melemah ke level 14.655 per dolar AS pada perdagangan pukul 09.50 waktu Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat valuta asing (valas) Farial Anwar memperkirakan tren penguatan rupiah bakal berlanjut seiring meredanya sentimen negatif yang datang dari negara lain. Nilai tukar rupiah diramalkan berpeluang menguat hingga ke bawah level 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Penguatan Rupiah sangat terbuka sampai ke bawah 13.000 per dolar AS sepanjang tidak ditahan oleh Bank Indonesia (BI)," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com,Jakarta, Selasa (16/2/2016).

Menurut Farial, faktor eksternal yang semula menghantam hampir seluruh mata uang dunia, termasuk rupiah perlahan sudah berakhir, di antaranya ketidakpastian penyesuaian suku bunga The Fed dan devaluasi mata uang yuan China untuk mendorong ekspor.

"Faktor eksternal yang selama ini mengganggu pasar dunia, termasuk kurs rupiahkan ketidakpastian suku bunga AS sudah berakhir," ucap Farial.

Pada akhir tahun lalu, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuannya. Sejak itu, pasar melakukan aksi jual sehingga mengakibatkan pelemahan kurs dolar AS terhadap seluruh mata uang di dunia. Alasannya, Farial mengaku, ekonomi AS belum sepenuhnya membaik yang ditunjukkan data defisit neraca perdagangan yang membesar, tenaga kerja dan lainnya.

"Kondisi ini membuat orang pindah, tidak lagi membeli dolar, tapi investasi di saham, emas. Jadi tidak ada lagi tuh gangguan dari The Fed. Termasuk sentimen negatif yang datang dari devaluasi Yuan serta adanya perang mata uang pun mulai mereda," jelasnya.

Dari internal, kata Farial, pertumbuhan ekonomi di 2016 optimistis lebih baik dibanding tahun lalu dengan mengandalkan belanja atau pengeluaran pemerintah. Dilengkapi dengan paket kebijakan ekonomi yang diharapkan memudahkan investasi masuk ke Indonesia, seperti memangkas dan menyederhanakan perizinan serta kebijakan lainnya.

"Kita harus bersaing dengan negara lain dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kebijakan ini menjadi sinyal positif bagi pelaku pasar meskipun implementasi dari paket kebijakan belum terlihat dampaknya," tandas Farial. (Fik/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya