Harga Beras Suriah Rp 3,5 Juta per Kg, Ini Reaksi Bulog

Direktur Bulog Wahyu mengatakan salah satu penyebab harga beras mahal yaitu pasokan sulit didapat.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 13 Jan 2016, 21:40 WIB
Dua pekerja memasukkan beras ke dalam karung di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Selasa (5/1/2016). Pasokan dan harga beras di Pasar Induk Cipinang pada awal 2016 masih stabil. Stok beras di gudang saat ini sekitar 40 ribu ton. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Warga di Kota Madaya di Suriah menderita kelaparan sejak berbulan-bulan akibat harga beras melonjak tinggi US$ 250 atau sekitar Rp 3,5 juta per Kilogram (Kg).

Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) memandang, bukan saja akibat konflik, tingginya harga beras juga disebabkan karena kurangnya pasokan beras di Negara tersebut.

"Saya belum pernah ke Suriah. Tapi penyebab harga beras mahal karena pasokan (beras). Semakin sulit masuk, semakin tinggi harganya," kata Direktur Pengadaan Bulog, Wahyu di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (13/1/2016).

Sementara itu, Wahyu mengaku, kenaikan harga beras di Indonesia masih dalam kategori wajar. Seperti diketahui, harga beras medium di pasar sekitar Rp 9.000 sampai Rp 10.000 per Kg. Harga tersebut mengalami kenaikan sekitar Rp 500 beberapa waktu lalu.


"Masih wajar, belum ada perintah apa-apa, berarti masih wajar," tegas dia.

Saat ini, kata Wahyu, pemerintah terus menambah stok beras di gudang Bulog. Dia menuturkan, realisasi beras impor asal Vietnam yang sudah masuk ke gudang sampai dengan sekarang 900 ribu ton dari total impor 1,5 juta ton.

"Jadi tinggal sisanya 600 ribu ton yang akan didatangkan sampai Maret 2016," tambahnya.

Sedangkan rencana impor beras dari Pakistan, Wahyu bilang, masih sebatas perjanjian kerjasama (MoU). Namun jika dilihat, sambungnya, Pakistan tercatat surplus beras sebanyak 4-6 juta ton.

"Tapi belum ada komitmen (impor dari Pakistan). Kita tunggu perintahnya saja," ujar dia.

Pemerintah dan Bulog, kata Wahyu, berencana menggelar rapat koordinasi terbatas (rakortas) Kamis 14 Januari 2016 pada pukul 13.30 WIB. Untuk itu, Bulog mendatangi kantor Kemenko Bidang Perekonomian pada hari ini.

"Tadi persiapan Rakortas besok tentang pangan, seperti beras, jagung, kedelai dan lainnya. Besok saja ya," ucap dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, penduduk di Kota Madaya di Suriah yang letaknya hanya selemparan batu jauhnya dari ibu Kota Damaskus mengatakan, mereka nyaris mati kelaparan.

Kondisi itu tercipta akibat kota tersebut dikepung oleh para tentara yang loyal kepada pemerintah Bashar al-Assad sejak Juli 2015. Mereka dikelilingi ranjau darat yang siap meledak jika mereka ingin keluar dari kota itu.

Banyak keluarga harus makan daun, rumput, dan air yang diberi bumbu. Para pedagang menjual beras dalam hitungan gram, sebab harga per kilogram senilai US$ 250 atau sekitar Rp 3,5 juta! Beberapa di antaranya terpaksa membunuh dan memakan binatang piaraan mereka.

"Orang-orang mati perlahan," kata Louay, seorang pekerja sosial kepada The Guardian.

"Kami punya tumbuhan yang tumbuh di pot. Kemarin, kami memutuskan untuk memakan kelopaknya. Rasanya pahit, tidak enak," ujar Louay.

Dalam suasana gencatan senjata Oktober 2015 lalu, tim bantuan internasional diperbolehkan masuk, meski bantuan dibatasi. Akibatnya simpanan makanan kini menipis.

"Saya bersumpah sama Tuhan, mungkin kalian tak percaya karena ini terdengar fantastis, hari ini aku mencoba membeli makanan. Namun, sekilo beras 100 ribu pounds Suriah," kata Louay lagi dengan histeris.

"Sekilo nasi, bulgur, lentil, gula, semua 100 ribu! Itu yang bisa kau temukan di pasar," bebernya.

Di pasar gelap, 100.000 pounds itu sekitar US$ 250 atau Rp 3,5 juta. (Fik/Ahm)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya