Dikunjungi Jokowi, Penjaga Curhat Kekurangan Pulau Komodo

Dia bercerita mengenai kondisi lingkungan taman nasional yang dikelola, keadaan masyarakat sekitar, dan lain sebagainya.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 27 Des 2015, 17:30 WIB
Presiden Jokowi saat mengunjungi Pulau Komodo, NTT. (@jokowi)

Liputan6.com, Jakarta - Usai meresmikan Terminal Penumpang Bandara Komodo, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Presiden Joko Widodo melanjutkan perjalanannya ke Pulau Komodo, tempat bagi berkembang biaknya 2 ribu ekor komodo.‎ Kunjungan ini dimanfaatkan Jokowi untuk mempelajari kendala dan kekurangan yang dirasakan pengelola Taman Wisata Nasional Komodo. 

‎Sesampainya di lokasi, Presiden dan Ibu Negara Iriana Widodo beserta rombongan diberi pengarahan oleh Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Helmi. Dia bercerita mengenai kondisi lingkungan taman nasional yang dikelola, keadaan masyarakat sekitar, dan lain sebagainya.

Ia menjelaskan bahwa pengunjung melonjak setelah Taman Nasional Komodo masuk dalam New Seven Wonders. Keindahan alam Pulau Komodo, baik di darat maupun laut, telah menjadi daya pikat dunia.

"Pengunjung masih didominasi wisatawan Nusantara. Menurut saya perlu diberdayakan pemandunya karena wisatawan yang datang biasanya di kepalanya sudah memiliki muatan (pengetahuan) banyak," ujar Helmi kepada Jokowi, Minggu, (27/12/2015).

Helmi mengungkapkan bahwa air menjadi hambatan utama yang dihadapinya dalam pengembangan Taman Nasional Komodo. Selama ini, air yang mengaliri taman diambil dari hutan melalui pipa.

"Kami menyedot air dengan pipa dari hutan-hutan sebelah," kata Helmi.

Selain itu, sarana medis seperti rumah sakit atau puskesmas juga dirasa sangat kurang. Fasilitas itu diperlukan untuk menjadi tempat rujukan pertama saat pengunjung mengalami kecelakaan.

‎"Kendalanya adalah pengobatan cepat karena wisatawan semakin banyak," ujar dia.

Namun demikian, Helmi meyakinkan bahwa selama ini belum pernah ada wisatawan yang digigit komodo. Kecelakaan hanya terjadi pada petugas lokal yang sehari-harinya menjaga taman nasional dan tinggal di kawasan itu.‎

"Komodo kalau menggigit, giginya tertinggal, seperti buaya. Ini yang harus kita korek keluar supaya tidak panas dingin berkelanjutan," Helmi menjelaskan.

Untuk pengembangan kepariwisataan, Helmi berpendapat bahwa taman nasional yang dikelolanya masih perlu menampilkan atraksi dan mengembangkan area wilayah. Sebab, di sekitar Taman Nasional Komodo ada beberapa atraksi yang bisa ditawarkan, seperti wisata bawah laut, pemandangan sekitar, wisata kapal pesiar (cruise).

"Itu ada pelabuhan cruise, tapi belum optimal. Menurut saya, perlu diperpanjang," ujar dia sambil menunjuk letak pelabuhan kapal pesiar yang terlihat dari kejauhan.

Saat Jokowi meminta penjelasan lebih mengenai permintaan perpanjangan pelabuhan kapal pesiar, Helmi memaparkan, "Jadi memang untuk efisien waktu, ini masih dalam kerangka manajemen. Kebanyakan wisatawan memakai kapal-kapal pinisi dan bermalam di tengah laut. Itu dikelola operator masyarakat."

Dalam kunjungan tersebut, Jokowi dan Ibu Negara Iriana didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya. Tampak hadir pula kedua anak sang kepala negara, Kahiyang Ayu dan Kaesang Pangarep.‎**

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya