Sukses

Kesaksian CEO TikTok Selama 5 Jam di Sidang Kongres Sia-Sia, Parlemen AS Serukan Pemblokiran Aplikasi

Anggota parlemen AS melemparkan pertanyaan bertubi-tubi kepala CEO TikTok Shou Zi Chew tentang potensi pengaruh China atas platform tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Anggota parlemen AS melemparkan pertanyaan bertubi-tubi kepala eksekutif TikTok tentang potensi pengaruh China atas platform tersebut.

Mereka bahkan menilai banyak video pendek yang tersebar luas di TikTok merusak kesehatan mental anak-anak, menimbulkan kekhawatiran bipartisan atas pengaruh aplikasi tersebut atas orang Amerika.

Mengutip Reuters, Jumat (24/3/2023), kesaksian CEO TikTok Shou Zi Chew alias Shou Chew di depan Kongres tidak bisa meredakan kekhawatiran AS atas perusahaan induk TikTok yang berbasis di China, ByteDance.

Kesaksian Shou Chew malah membuat anggota parlemen kian menyerukan larangan (pemblokiran) platform tersebut secara nasional.

Lebih dari lima jam kesaksiannya, Shou Chew berulang kali menyangkal bahwa aplikasi tersebut membagikan data atau memiliki koneksi dengan Partai Komunis China. Ia bahkan menegaskan, TikTok melakukan segala upaya untuk memastikan keamanan bagi 150 juta penggunanya di AS.

Chew mengatakan TikTok selama lebih dari dua tahun telah membangun firewall untuk menutup data pengguna AS yang dilindungi dari akses asing yang tidak sah.

"Intinya adalah data Amerika disimpan di tanah Amerika, oleh perusahaan Amerika, diawasi oleh personel Amerika," kata Chew, meyakinkan anggota parlemen dalam sidang kongres.

Namun, tidak ada satu pun anggota parlemen yang mendukung TikTok atau simpati atas jaminan Chew, karena mereka menganggap kekuatan yang dimiliki aplikasi tersebut sangat berpengaruh terhadap anak-anak AS.

Anggota parlemen AS lain menuduh TikTok mempromosikan konten yang mendorong gangguan makan di kalangan anak-anak, penjualan obat-obatan terlarang, dan eksploitasi seksual.

"TikTok dapat dirancang untuk meminimalkan bahaya bagi anak-anak, tetapi keputusan dibuat untuk membuat anak-anak kecanduan secara agresif demi keuntungan," kata Kathy Castor, seorang Demokrat, pada sidang komite Energi dan Perdagangan Dewan Perwakilan Rakyat AS.

Chew menanggapi banyak pertanyaan tajam dengan mengatakan bahwa masalahnya "rumit" dan tidak unik untuk aplikasi TikTok.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Upaya Keamanan Data TikTok Bernilai Rp 22,6 Triliun

Perusahaan mengatakan telah menghabiskan lebih dari US$ 1,5 miliar (sekitar Rp 22,6 triliun) untuk upaya keamanan data yang disebut sebagai "Project Texas".

Inisiatif tersebut memiliki hampir 1.500 karyawan tetap dan dikontrak dengan Oracle Corp untuk menyimpan data pengguna TikTok di AS.

Akan tetapi, kritik terus mengalir dalam sidang karena perusahaan tidak memberikan upaya baru untuk menjaga privasi pengguna.

Chew kemudian meyakinkan para anggota parlemen bahwa perusahaan tidak mempromosikan atau menghapus konten atas permintaan pemerintah China.

"Ini adalah komitmen kami kepada komite dan semua pengguna bahwa kami akan menjaga (TikTok) bebas dari manipulasi apa pun oleh pemerintah mana pun. TikTok secara ketat menyaring konten yang dapat membahayakan anak-anak," ujarnya menjelaskan.

3 dari 5 halaman

TikTok Dituding Memata-matai Orang AS

Sekitar 20 senator AS (10 Demokrat dan 10 Republik) telah mendukung undang-undang bipartisan yang memberikan jalan bagi pemerintahan Presiden Joe Biden untuk melarang TikTok.

TikTok pekan lalu mengatakan pemerintahan Biden menuntut induk perusahaannya, Bytedance, melepaskan saham mereka ke perusahaan AS atau mereka akan menghadapi pemblokiran.

Bicara soal potensi divestasi, Chew mengatakan masalahnya bukan tentang kepemilikan dan berpendapat bahwa kekhawatiran AS pada TikTok dapat diatasi dengan memindahkan data ke pusat penyimpanan AS.

Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa memaksa penjualan TikTok akan sangat merusak kepercayaan investor dari seluruh dunia, termasuk China, untuk berinvestasi di Amerika Serikat.

Pada sidang DPR hari Kamis kemarin, anggota parlemen Neal Dunn bertanya pada Chew apakah ByteDance telah memata-matai orang AS atas permintaan Beijing? Chew menjawab, "Tidak."

Dunn dari Partai Republik kemudian bertanya tentang laporan media AS bahwa tim ByteDance yang berbasis di China berencana menggunakan TikTok untuk memantau lokasi warga AS tertentu, dan mengulangi pertanyaannya tentang apakah ByteDance memata-matai?

"Menurutku memata-matai bukanlah cara yang tepat untuk menggambarkannya," Chew menegaskan.

Dia melanjutkan dengan menggambarkan laporan tersebut sebagai penyelidikan internal, tetapi langsung dipotong oleh Dunn, yang menyebut penggunaan TikTok secara luas sebagai "kanker".

 

4 dari 5 halaman

Seruan Selamatkan Anak-Anak AS

Anggota parlemen Demokrat, Tony Cardenas, mengatakan Chew adalah "penari yang piawai dengan kata-kata" dan menuduhnya menghindari pertanyaan sulit dengan bukti bahwa aplikasi tersebut telah merusak kesehatan mental anak-anak.

Chew mengatakan perusahaan berinvestasi dalam moderasi konten dan kecerdasan buatan untuk membatasi konten semacam itu.

Lalu anggota parlemen Demokrat, Diana DeGette, mengatakan upaya TikTok untuk mencegah penyebaran informasi yang salah di platform tidak berhasil.

"Anda hanya memberi saya pernyataan umum bahwa Anda berinvestasi, bahwa Anda khawatir, bahwa Anda melakukan pekerjaan. Itu tidak cukup bagi saya. Itu tidak cukup bagi orangtua di Amerika," ujar DeGette.

Kemudian anggota parlemen lain, Gus Bilirakis, menunjukkan kepada panitia tentang kumpulan video pendek TikTok yang tampaknya membenarkan tindakan menyakiti diri sendiri dan bunuh diri, atau langsung menyuruh para pengguna untuk bunuh diri.

"Teknologi Anda benar-benar menyebabkan kematian. Kita harus menyelamatkan anak-anak dari perusahaan teknologi besar seperti milik Anda, yang terus menyalahgunakan dan memanipulasi mereka untuk keuntungan Anda sendiri," klaim Bilirakis.

Chew memberi tahu Bilirakis bahwa TikTok menangani masalah bunuh diri dan menyakiti diri "dengan sangat, sangat serius".

5 dari 5 halaman

Infografis Larangan Aplikasi TikTok di 10 Negara Plus Uni Eropa. (Liputan6.com/Trieyasni)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.