Sukses

Wall Street Bervariasi Selama Sepekan, Indeks Nasdaq Cetak Rekor

Indeks Nasdaq naik 1,14 persen pada perdagangan Jumat, 1 Maret 2024 waktu setempat, Indeks acuan tersebut sentuh rekor tertinggi di wall street pada pekan ini.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi selama sepekan. Indeks Nasdaq mencatat penguatan terbesar pada 26 Februari-1 Maret 2024.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (2/3/2024), indeks Nasdaq melesat 1,74 persen. Sedangkan indeks S&P 500 menguat 0,95 persen. Dua indeks acuan itu mencatat kinerja positif selama tujuh minggu di wall street. Sementara itu, indeks Dow Jones melemah 0,11 persen.

Sektor saham teknologi naik 2,4 persen pada pekan ini dan masuk sektor yang catat kinerja terbaik di S&P 500. Diikuti sektor saham konsumsi. Sedangkan selama sepekan, saham perawatan kesehatan turun 1,1 persen dan catat penurunan terbesar.

Pada perdagangan Jumat, 1 Maret 2024, indeks Nasdaq menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa, dan melampaui rekor 2021. Hal ini seiring investor bertaruh kalau saham teknologi kapitalisasi besar memainkan peran dalam memperlambat inflasi dan ledakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence yang akan datang.

Indeks Nasdaq naik 1,14 persen ke posisi 16.274,94 dan sentuh rekor tertinggi baru 16.302,24 saat sesi perdagangan. Sebelumnya indeks sentuh rekor tertinggi sejak Novemebr 2021. Indeks S&P 500 menguat 0,80 persen ke posisi 5.137,08. Indeks Dow Jones bertambah 90,99 poin atau 0,23 persen ke posisi 39.087,38.

Raksasa pembuat chip Nvidia yang memimpin reli teknologi melonjak lebih dari 260 bulan selama 12 bulan terakhir, kembali naik 4 persen pada Jumat pekan ini. Saham Meta bertambah lebih dari 2 persen.

Indeks Nasdaq menjadi indeks saham utama Amerika Serikat yang mencapai rekor penutupan pada 2024, yang terjadi pada Kamis pekan ini.

Antusiasme terhadap AI telah mengangkat saham teknologi kapitalisasi besar sepanjang 2023 dan memasuki 2024. Perlambatan inflasi dan langkah the Federal Reserve (the Fed) menuju penurunan suku bunga yang diperkirkaan terjadi pada 2024 juga berkontribusi pada pemulihan indeks Nasdaq pada 2022.

“Kami melihat peningkatan besar dalam bidang teknologi karena ada penekanan besar-besaran. Ada begitu banyak penekanan pada AI dan redux besar-besaran yang terjadi pada akhir 90-an,” ujar Managing Partner Harris Financial Group, Jamie Cox.

Saham menguat bahkan ketika bank regional New York Community Bancorp sedang bermasalah. Saham bank tersebut turun 25,9 persen setelah pemberi pinjaman mengumumkan perubahan kepemimpinan dan mengungkapkan masalah dengan pengendalian internalnya.

Saham bank itu sudah turun lebih dari 65 persen pada 2024, dengan investor khawatir ini adalah tanda guncangan real estate yang lebih luas ke depan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pasar Saham AS Disebut Berada pada Posisi Berbahaya

Sebelumnya, CEO Smead Capital Management, Cole Smead mengatakan pasar saham Amerika Serikat (AS) berada dalam posisi yang sangat berbahaya karena tingginya angka lapangan kerja dan pertumbuhan upah.

Menurut Smead ini menunjukkan kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS tidak memberikan dampak yang diinginkan. Nonfarm payrolls tumbuh sebesar 353.000 pada Januari, data baru menunjukkan minggu lalu, jauh melampaui perkiraan Dow Jones sebesar 185.000. 

Sementara pendapatan rata-rata per jam meningkat 0,6% pada basis bulanan, dua kali lipat perkiraan konsensus. Pengangguran tetap stabil pada level terendah dalam sejarah yaitu 3,7%.

Angka tersebut muncul setelah Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bank sentral kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga pada Maret, seperti yang telah diantisipasi oleh beberapa pelaku pasar.

Smead, yang sejauh ini telah memperkirakan dengan tepat ketahanan konsumen Amerika Serikat dalam menghadapi kebijakan moneter yang lebih ketat. 

Smead menuturkan, risiko sebenarnya selama ini adalah seberapa kuat perekonomian meskipun terjadi kenaikan suku bunga sebesar 500 basis poin. Satu basis poin sama dengan 0,01% 

"Kami tahu The Fed telah menaikkan suku bunganya, kami tahu hal itu menyebabkan bank bangkrut pada musim semi lalu dan kami tahu hal itu merusak pasar,” kata Smead, dikutip dari CNBC, Selasa (6/2/2024).

Inflasi telah melambat secara signifikan dari puncak era pandemi pada Juni 2022 sebesar 9,1%, namun indeks harga konsumen AS meningkat sebesar 0,3% bulan ke bulan pada Desember sehingga menjadikan tingkat inflasi tahunan menjadi 3,4%, juga di atas perkiraan konsensus dan lebih tinggi dari perkiraan The Fed 2 % sasaran.

 

3 dari 3 halaman

Penurunan Suku Bunga Kurang Mendesak

Beberapa ahli strategi menunjukkan keuntungan dari data terbaru berarti upaya The Fed untuk merekayasa “soft landing” bagi perekonomian mulai membuahkan hasil, dan resesi tampaknya tidak akan terjadi lagi, sehingga dapat membatasi pertumbuhan ekonomi. Namun, sisi buruknya bagi pasar yang lebih luas.

Direktur pelaksana di Charles Schwab UK. Richard Flynn pada Jumat mencatat hingga saat ini, laporan pekerjaan yang kuat akan menimbulkan peringatan di pasar.

“Dan walaupun suku bunga yang lebih rendah pasti akan disambut baik, menjadi semakin jelas bahwa pasar dan perekonomian mampu mengatasi dengan baik kondisi suku bunga yang tinggi, sehingga investor mungkin merasa bahwa kebutuhan akan pelonggaran kebijakan moneter tidak terlalu mendesak,” ujarnya dalam sebuah catatan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.