Sukses

Investor Asing Lepas Saham Rp 419,9 Miliar, IHSG Tergelincir 0,51% Hari Ini 7 November 2023

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level tertinggi 6.887,02 dan terendah 6.806,88 pada Selasa, 7 November 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah hingga penutupan perdagangan saham Selasa (7/11/2023). Koreksi IHSG terjadi di tengah aksi jual saham oleh investor asing.

Berdasarkan data RTI, IHSG merosot 0,51 persen ke posisi 6.843,79. Indeks LQ45 terpangkas 0,59 persen ke posisi 913,43. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.887,02 dan terendah 6.806,88. Sebanyak 340 saham tertekan sehingga menekan IHSG. 193 saham menguat dan 226 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.152.898 kali dengan volume perdagangan 26,3 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 29,9 triliun. Investor asing melakukan aksi jual saham Rp 419,99 miliar. Sepanjang 2023, investor asing melakukan aksi jual saham Rp 14,29 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.648.

Mayoritas sektor saham (IDX-IC) tertekan kecuali sektor saham nonsiklikal naik 0,28 persen, sektor saham properti mendaki 0,38 persen, dan sektor saham infrastruktur bertambah 0,40 persen.

Sementara itu, sektor saham energi susut 1,35 persen, sektor saham basic merosot 0,94 persen, sektor saham industri terpangkas 0,65 persen.

Selanjutnya sektor siklikal terbenam 1,73 persen, dan catat penurunan terbesar. Sektor saham kesehatan susut 0,52 persen, sektor saham keuangan terperosok 0,89 persen. Kemudian sektor saham teknologi terpangkas 0,07 persen dan sektor saham transportasi melemah 0,69 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Top Gainers-Losers

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

  • Saham KLAS melonjak 25,97 persen
  • Saham FMII melonjak 25 persen
  • Saham HADE melonjak 25 persen
  • Saham GOLD melonjak 24,65 persen
  • Saham SEMA melonjak 15 persen

 

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

  • Saham MKNT merosot 33,33 persen
  • Saham GULA merosot 24,85 persen
  • Saham DEWA merosot 16,28 persen
  • Saham NATO merosot 15,29 persen
  • Saham MDRN merosot 14,29 persen

 

Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:

  • Saham BBRI senilai Rp 717 miliar
  • Saham BBCA senilai Rp 543,3 miliar
  • Saham TLKM senilai Rp 370,1 miliar
  • Saham GOTO senilai Rp 340,5 miliar
  • Saham DEWA senilai Rp 330,2 miliar

 

Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:

  • Saham GTRA tercatat 61.201 kali
  • Saham WIRG tercatat 45.623 kali
  • Saham DEWA tercatat 37.984 kali
  • Saham KPIG tercatat 32.885 kali
  • Saham STRK tercatat 35.206 kali
3 dari 4 halaman

Bursa Saham Asia Pasifik

Bursa saham Korea Selatan turun 2 persen, memimpin koreksi di kawasan Asia Pasifik seiring investor analisis data perdagangan yang rilis dari China dan kenaikan suku bunga oleh Reserve Bank of Australia (RBA).

Dikutip dari CNBC, indeks Kospi Korea Selatan merosot 2,33 persen ke posisi 2.443,96. Koreksi indeks Kospi kurangi kenaikan indeks saham pada Senin, 6 November 2023. Pada awal pekan, bursa saham Korea Selatan catat kinerja terbaik seiring negara tersebut memberlakukan larangan short-selling.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 tergelincir 1,34 persen ke posisi 32.271,82. Indeks ASX 200 merosot 0,29 persen ke posisi 6.977,1 setelah bank sentral Australia menaikkan suku bunga.

Indeks Hang Seng Hong Kong merosot 1,53 persen dan indeks CSI 300 tergelincir 0,35 persen ke posisi 3.619,76.

4 dari 4 halaman

Sentimen yang Pengaruhi IHSG

Berdasarkan riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas, koreksi IHSG terjadi di tengah bursa saham Asia yang kompak melemah setelah alami penguatan selama tiga hari karena antusiasme investor mengenai puncak suku bunga global mulai melemah.

Imbal hasil obligasi 10 tahun berada di 4,63 persen atau sekitar 10 basis poin di atas penutupan pada Jumat pekan lalu, tetapi jauh di bawah 5 persen yang dicapai akhir Oktober.

“Sehingga pasar mungkin khawatir bahwa imbal hasil yang lebih rendah akan memaksa the Fed untuk kembali memikirkan perpanjangan jeda,”

Selain itu, data pada perdagangan Selasa menunjukkan impor China secara tak tertuga tumbuh pada Oktober, sedangkan ekspor berkontraksi lebih cepat dari perkiraan. Hal ini menunjukkan pemulihan di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu masih belum mereta.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini