Sukses

Adi Sarana Armada Kantongi Pinjaman Rp 750 Miliar dari BNI, Buat Apa?

PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) mengantongi pinjaman dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) senilai Rp 750 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) menandatangani perjanjian kredit dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) senilai Rp 750 miliar. 

Sekretaris Perusahaan Adi Sarana Armada Jerry Fandy Tunjungan mengatakan, pihaknya mendapatkan tambahan fasilitas kredit dari bank berupa kredit investasi dengan total Rp 750 miliar. 

“Fasilitas kredit yang diterima dari bank akan digunakan untuk pembiayaan operasional Perseroan,” kata Jerry dalam keterbukaan informasi, Selasa (12/9/2023). 

Adapun pembiayaan operasional yang dimaksud adalah untuk pembelian unit kendaraan untuk disewakan kepada pelanggan Perseroan.

Dengan demikian, ia berharap pendapatan Perseroan akan meningkat sehingga kegiatan usaha Perseroan pun turut berkembang.

Mengutip data RTI, saham ASSA dibuka naik ke posisi Rp 1.135 per saham dari harga awal Rp 1.130. Harga saham ASSA terkoreksi 10,18 persen ke level Rp 1.015 per saham pada penutupan perdagangan Selasa, 12 September 2023.

Saham ASSA berada di level tertinggi Rp 1.140 dan terendah Rp 1.000 per saham. Total frekuensi perdagangan 9.911 kali dengan volume perdagangan 40,02 uta saham. Nilai transaksi harian Rp 41,70 miliar.

IFC Resmi Jadi Pemegang Saham Adi Sarana Armada ASSA

Sebelumnya, The International Finance Corporation (IFC), institusi keuangan internasional anggota dari Bank Dunia itu telah resmi menjadi pemegang saham PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), melalui konversi obligasi konversi menjadi saham.

Dengan lewatnya masa konversi obligasi konversi menjadi saham pada 27 Juli 2023, IFC menggunakan haknya untuk mengubah obligasi konversi tersebut menjadi 97.443.900 lembar, atau setara dengan 2,64 persendari total saham ASSA.

Investasi IFC kepada ASSA bermula dari tujuan strategis mereka di Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan sektor logistik dan konektivitas dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

IFC Suntikkan Pinjaman

Pada pertengahan 2021, IFC telah menyuntikkan pinjaman kepada ASSA melalui obligasi konversi yang bisa dikonversi menjadi kepemilikan saham senilai USD 31 juta.

"Kami yakin masuknya IFC yang merupakan anggota dari Bank Dunia ini sebagai pemegang saham Perseroan akan memperkuat citra ASSA sebagai perusahaan yang kredibel baik di mata para mitra bisnis maupun investor publik,” kata Direktur Utama ASSA, Prodjo Sunarjanto dalam keterangan resmi, Selasa (1/8/2023).

ASSA sendiri saat ini memiliki tiga pilar bisnis utama. Yaitu bisnis mobilitas (rental kendaraan, jasa pengemudi, Jasa Logistik car sharing), bisnis jual-beli kendaraan (Lelang-JBA dan Online-to-Offline used car dealers-Caroline), serta end-to-end logistic (logistik dan kurir ekspress Anteraja)

Ke depannya, perseroan optimis akan dapat meraih peningkatan laba dua digit pada akhir tahun ini dibandingkan laba tahun 2022.

Pada Semester 1 2023 ini, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2,39 triliun, turun 24,7 persen YoY dari Rp 3,17 trilliun pada periode yang sama tahun 2022, sejalan dengan penurunan pendapatan dari segmen express delivery akibat dari normalisasi permintaan pengiriman parcel dari ecommerce.

Beban pokok penjualan juga tercatat Rp 1,82 triliun, turun 28,6 persen YoY, dari Rp 2,55 triliun. Pada periode ini, ASSA mencatatkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp 39,24 miliar, lebih tinggi dibandingkan perolehan laba bersih pada akhir tahun 2022 sebesar Rp 3,70 miliar.

 

3 dari 4 halaman

Adi Sarana Armada Kantongi Laba Rp 103,02 Miliar pada 2022

Sebelumnya, PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) mengumumkan kinerja perseroan untuk tahun buku 2022 yang berakhir pada 31 Desember 2022.

Pada periode tersebut pendapatan perseroan naik 15 persen menjadi Rp 5,87 triliun dari RP 5,08 triliun pada tahun sebelumnya.

Melansir laporan keuangan perseroan, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 4,79 triliun dari RP 4,03 triliun pada 2021. Alhasil, perseroan membukukan laba bruto Rp 1,08 triliun, naik tipis dibandingkan tahun sebelumnya Rp 1,06 triliun.

”Harus diakui tahun 2022 memang tahun yang penuh tantangan. Namun demikian, kita bersyukur karena Perseroan berhasil mencatatkan kinerja cukup baik, serta mampu menjaga keberlanjutan bisnis,” kata Direktur Utama PT Adi Sarana Armada Tbk, Prodjo Sunarjanto dalam keterangan resmi, sabtu (1/4/2023).

Sepanjang 2022, beban penjualan tercatat sebesar Rp 36,29 miliar, beban umum dan administrasi Rp 812,4 miliar, pendapatan operasi lainnya Rp 36, miliar, rugi pelepasan aset tetap Rp 1,76 miliar, serta laba selisih kurs Rp 388,41 juta. Dari rincian tersebut, diperoleh laba operasi sebesar Rp 267,79 miliar atau turun 42,56 persen yoy.

Pada periode yang sama, bagian rugi dari entitas asosiasi tercatat sebesar Rp 21,5 miliar, pendapatan keuangan Rp 30,66 miliar, pajak final Rl 5,42 miliar, dna beban keuangan RP 264,31 miliar.

 

 

4 dari 4 halaman

Kinerja Laba

Setelah dikurangi beban pajak, perseroan membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 103,02 miliar.

Laba ini susut 27,77 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 142,63 miliar. Sehingga laba per saham dasar juga turun menjadi Rp 28,89 dari sebelumnya Rp 41,21.

Perseroan yang memiliki tiga bisnis utama, yaitu bisnis mobilitas (rental kendaraan, jasa pengemudi, Jasa Logistik car sharing), bisnis jual-beli kendaraan (Lelang-JBA dan Online-to-Offline used car dealers-Caroline), serta end-to-end logistic (logistik dan kurir ekspress Anteraja) ini, pada akhir 2022 mencatatkan total aset lancar Rp 1,55 triliun, meningkat dibandingkan posisi 31 Desember 2021 yang sebesar Rp 1,06 triliun.

Total liabilitas jangka pendek tercatat sebesar Rp 1,79 triliun dibandingkan Rp 1,18 triliun pada akhir tahun sebelumnya. Adapun total ekuitas tercatat sebesar Rp 2,47 triliun, meningkat dari Rp 1,77 triliun pada tahun sebelumnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini