Sukses

IPO PGE Disebut Jadi Langkah Tepat Biayai Eksplorasi Panas Bumi

Jika merujuk target pemerintah yang berencana mengembangkan energi panas bumi sampai dengan 7 gigawatt pada 2030 maka paling tidak perlu ditambah 5 gigawatt lagi. Di mana cadangan panas bumi yang cukup besar itu saat ini ada di PGE.

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina Geothermal Energy Tbk atau PGE siap berinvestasi sebesar USD 1,6 miliar atau sekitar Rp 24,3 triliun (kurs 15.217 per dolar AS) dalam lima tahun ke depan. Perseroan menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada 2027.

Hal itu menjadi salah satu yang mendasari perseroan melakukan penghimpunan dana di pasar modal. Komisaris Pertamina Geothermal Energy, Samsul Hidayat menjelaskan, IPO PGE sudah direncanakan sejak dua tahun lalu. Salah satu tujuannya untuk diversifikasi pendanaan bagi kebutuhan belanja modal atau capital expenditure (capex) perseroan yang bergerak di bidang pengelolaan panas bumi.

“Investasi di panas bumi membutuhkan pembina yang cukup besar sehingga mungkin bagi Pertamina sebagai induk merasa bahwa mereka memberikan keleluasaan bagi perseroan untuk mencari pendanaan sendiri tanpa bergantung pada induk,” kata dia dalam siniar Polemik Trijaya bertajuk IPO Sektor Strategis, Apa Manfaatnya? Sabtu (18/2/2023).

Pada kesempatan yang sama, Pengamat Energi, Fabby Tumiwa menilai IPO PGE merupakan tindakan yang tepat, mengingat jumlah investasi pengembangan panas bumi yang dibutuhkan sangat besar.

Selain tenaga surya, Indonesia rupanya punya cadangan energi lain yang terbesar yaitu panas bumi dengan cadangans ekitar 24 gigawatt. Tapi itu adalah cadangan yang baru ditemukan, yang belum ditemukan itu masih banyak karena belum dieksplorasi.

“Beberapa tahun yang lalu juga ada ada sejumlah kajian yang menunjukkan potensi panas bumi Indonesia akan bisa mencapai 50-60 gigawatt. Apalagi kalau kita kalau kita menggunakan teknologi yang namanya enhanced geothermal system. Tapi intinya adalah panas bumi dengan potensi yang nomor satu di dunia yang sudah dikembangkan dari tahun 80-an itu perkembangannya lambat ya hari ini baru 2,2 gigawatt,” kata Fabby.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Target Kembangkan Panas Bumi

Jika merujuk target pemerintah yang berencana mengembangkan energi panas bumi sampai dengan 7 gigawatt pada 2030 maka paling tidak perlu ditambah 5 gigawatt lagi. Di mana cadangan panas bumi yang cukup besar itu saat ini ada di PGE.

Fabby menilai lambannya eksplorasi panas bumi lantaran biayanya yang mahal. Diperkirakan, sekali ngebor bisa mencapai USD 3–5 juta. Sehingga jika tidak memiliki permodalan yang kuat, akan sukar untuk mengembangkan cadangan hingga menjadi pembangkit listrik.

“Nah disini saya saya lihat bahwa IPO PGE itu bisa membantu PGE untuk mengembangkan cadangan tad. PGE jug abernacana dalam 5 tahun ke depan untuk mengembangkan sekitar 600 Megawatt Perhitungan saya, kebutuhan pendanaan kira-kira butuh USD 2,3—3,5 miliar kalau mau dikembangkan sampai jadi pembangkit listrik,” kata Fabby.

3 dari 3 halaman

Pertamina Geothermal Mulai Tawarkan Saham Senin 20 Februari 2023 Usai Kantongi Restu OJK

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, salah satu perusahaan panas bumi dengan kapasitas terpasang terbesar di dunia, telah mengantongi pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melaksanakan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia pada pekan depan alias 24 Februari 2023.

Seiring dengan pernyataan efektif dari OJK, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) akan segera melaksanakan penawaran umum perdana saham yang dijadwalkan berlangsung pada 20-22 Februari 2023.

Mengutip laman e-ipo, Jumat (17/2/2023), Pertamina Geothermal Energy menetapkan harga penawaran sebesar Rp 875 per saham. Dengan demikian, Perseroan akan meraup dana sebanyak Rp 9,05 triliun. Calon emiten berkode PGEO sebanyak-banyaknya 25 persen saham ke publik dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO atau maksimal 10,35 miliar saham.

Adapun, sovereign wealth fund Indonesia atau Indonesia Investment Authority (INA) telah menyatakan ketertarikannya dengan membawa sejumlah investor untuk ikut serta dalam penawaran umum perdana saham Pertamina Geothermal Energy.

Direktur Keuangan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Nelwin Aldriansyah menuturkan, pihaknya optimistis terhadap minat investor untuk ikut serta dalam IPO emiten berkode saham PGEO tersebut seiring dengan roadshow yang telah dilakukan perseroan.

"Kami menyisir berbagai alternatif pendanaan, diantaranya pelepasan saham perdana atau IPO (initial public offering) ini untuk mendukung rencana pengembangan kapasitas terpasang perseroan sebesar 600 MW hingga 2027 mendatang,” kata Nelwin dalam keterangan resmi, dikutip Junat (17/2/2023).

Dalam penawaran umum perdana saham, PGE menunjuk PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek. PGE juga menunjuk CLSA, Credit Suisse, dan HSBC sebagai international selling agents.

Melalui perolehan dana sebanyak-banyaknya Rp9,78 triliun, anak usaha PT Pertamina (Persero) di bawah Subholding Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) itu bakal mengalokasikan sebagian dana IPO untuk kebutuhan belanja modal (capital expenditure/capex).

Nelwin menuturkan, pada 2023, emiten berkode saham PGEO itu menganggarkan belanja modal untuk investasi baru sebesar USD 250 juta, dari belanja modal yang hanya sebesar USD 60 juta pada 2022.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini