Sukses

Adaro Energy Siapkan Belanja Modal hingga Rp 9,12 Triliun pada 2023, Buat Apa Saja?

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menganggarkan belanja modal setara Rp 9,12 triliun. Dana belanja modal itu belum termasuk dari ekspansi bisnis di Kalimantan Utara.

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga USD 600 juta atau setara Rp 9,12 triliun (kurs Rp 15.207,30 per USD) pada 2023.

Sekretaris Perusahaan Adaro Energy Indonesia Tbk, Mahardika Putranto mengatakan, belanja modal itu merupakan belanja modal rutin dan ekspansi, terutama untuk bisnis pertambangan, jasa pertambangan dan logistik.

"Belanja modal 2023 USD 500–600 juta.Belanja modal ini tidak termasuk belanja modal untuk proyek transformasi bisnis di Kaltara. Adaro memiliki beberapa proyek yang akan dilaksanakan di kawasan industri ini, termasuk smelter aluminium dan PLTU yang menjadi sumber energinya, serta PLTA,” ungkap Mahardika dalam keterangan resmi, Jumat (17/2/2023).

Untuk tahun ini, Adaro Energy Indonesia mengincar penjualan batu bara mencapai 62—64 juta ton. Terdiri dari 58–60 juta ton batu bara termal dan 3,8–4,3 juta ton batu bara metalurgi dari Adaro Minerals Indonesia (ADMR). Di sisi lain, volume ADMR terus bertumbuh karena permintaan yang kuat untuk batu baranya.

Volume dari Balangan Coal Companies dan PT Mustika Indah Permai juga diperkirakan akan meningkat. Angka ini tidak termasuk target tambang Kestrel yang ditetapkan 6 juta ton. Dari sisi nisbah kupas pada 2023 ditargetkan sebesar 4,2x. Target ini lebih tinggi daripada nisbah kupas aktual 2022 yang mencapai 3,75x karena pada semester pertama 2022 terjadi cuaca berhujan melebihi normal dan keterlambatan pengiriman alat berat.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Produksi Adaro Energy Indonesia

Sebelumnya, PT Adaro energy Tbk (ADRO) mengumumkan kinerja operasional sepanjang 2022. Pada periode tersebut, Adaro mencatat rekor tertinggi dengan produksi batu bara mencapai 62,88 juta ton atau naik 19 persen dibandingkan produksi pada 2021 sebesar 52,7 juta ton.

Raihan itu juga melampaui panduan yang ditetapkan sebesar 58–60 juta ton pada 2022. “Meningkatnya produksi pada 2022 berkat permintaan yang tinggi terhadap batu bara perusahaan serta kinerja operasional yang baik," kata Sekretaris Perusahaan Adaro Energy Indonesia Tbk, Mahardika Putranto dalam keterangan resmi, Jumat (17/2/2023).

Dari sisi volume penjualan batu bara sepanjang 2022 tercatat 61,34 juta ton, atau naik 19 persen dari 51,58 juta ton pada 2021. Pertumbuhan penjualan terutama didorong oleh produk batu bara termal CV menengah (4700 ke atas) yang meningkat 22 persen menjadi 44,91 juta ton pada 2022 dibandingkan 36,77 juta ton pada 2021. 

Produk batu bara termal CV menengah meliputi 73 persen total penjualan 2022. Penjualan batu bara metalurgi ADMR juga mencatat lonjakan yang tinggi sebesar 39 persen menjadi 3,20 juta ton pada 2022 dari 2,30 juta ton pada 2021.

Volume pengupasan lapisan penutup pada 2022 mencapai 235,68 juta bank cubic meter (Mbcm), atau naik 8 persen dari 218,90 Mbcm pada 2021. Didorong oleh kenaikan volume pengupasan lapisan penutup dari Balangan Coal Companies (BCC), PT Mustika Indah Permai (MIP), dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).

Pengupasan lapisan penutup di PT Adaro Indonesia (AI) sedikit menurun atau turun 1 persen menjadi 191,83 Mbcm dari 194,37 Mbcm pada 2021. Nisbah kupas ADRO pada 2022 tercatat 3,75x, atau lebih rendah daripada 4,15x pada 2021 karena volume produksi naik lebih tinggi dibandingkan kenaikan volume pengupasan lapisan penutup.

Kinerja nisbah kupas Adaro pada 2022 di bawah panduan yang ditetapkan sebesar 4,1x karena cuaca berhujan yang melebihi normal pada 1H22 dan waktu pengiriman yang lebih lama untuk alat berat. Perusahaan tetap selaras dengan nisbah kupas life-of-mine.

3 dari 4 halaman

Adaro Energy Buyback Saham Jumbo Rp 4 Triliun

Sebelumnya, emiten batu bara milik pengusaha Garibaldi Thohir alias Boy Thohir, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) berencana melakukan pembelian kembali (buyback) saham maksimal Rp 4 triliun. Aksi korporasi tersebut ditopang oleh kas internal Perseroan.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Rabu (15/2/2023), pembelian kembali saham akan dilakukan sesuai ketentuan yang diatur dalam POJK No. 2/2013 dan SEOJK No. 3/2020, di mana jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20 persen dari modal disetor, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5 persen dari modal disetor Perseroan. 

Kemudian, buyback saham akan dilakukan secara bertahap dalam periode tiga bulan terhitung sejak 15 Februari 2023. Untuk itu, periode buyback saham dimulai dari 15 Februari 2023 sampai dengan 15 Mei 2023.

Jika dana yang dialokasikan untuk pembelian kembali saham Perseroan telah habis dan atau jumlah saham yang akan dibeli kembali telah terpenuhi, Perseroan akan melakukan keterbukaan informasi terkait dengan penghentian pelaksanaan pembelian kembali saham.

"Perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan pembelian kembali saham tidak akan memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja dan pendapatan Perseroan karena saldo laba dan arus kas Perseroan yang tersedia saat ini sangat mencukupi untuk kebutuhan dana pelaksanaan pembelian kembali saham," tulis Manajemen Perseroan, ditulis Rabu (15/2/2023).

Dengan posisi dan kinerja keuangan Perseroan yang solid saat ini, Perseroan berkeyakinan bahwa buyback saham tidak memberikan dampak buruk terhadap kegiatan usaha dan pertumbuhan Perseroan di masa mendatang.

"Jika Perseroan menggunakan seluruh anggaran yang dicadangkan untuk pembelian kembali sahamtersebut sebesar jumlah maksimum, maka jumlah aset dan 3kuitas Perseroan akan berkurang sebanyak‐banyaknya Rp4 triliun," tulisnya.

4 dari 4 halaman

Buyback Pakai Kas Internal

Adapun, buyback saham akan menggunakan dana dari kas internal karena saat ini Adaro Energy Indonesia memiliki permodalan dan arus kas yang baik dan cukup untuk membiayai seluruh kegiatan usaha dan operasional, belanja modal Perseroan serta buybacj saham Perseroan.

Perseroan berharap dengan dilaksanakannya aksi korporasi ini akan memberikan tingkat pengembalian yang baik bagi pemegang saham serta meningkatkan kepercayaan investor sehingga harga saham Perseroan dapat mencerminkan kondisi fundamental Perseroan yang sebenarnya.

"Perseroan akan melakukan pengalihan saham atas hasil pembelian kembali saham dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang‐undangan yang berlaku, khususnya POJK No. 2/2013," tulisnya.

Sebagai catatan, pada 2022, Perseroan telah melakukan buyback saham dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan berdasarkan POJK 2/2013. Periode pembelian kembali saham tersebut dilakukan dalam 4 kali masa perpanjangan dengan periode yang terakhir adalah 16 September 2022-16 Desember 2022. 

Pada periode sebagaimana dimaksud, Perseroan telah melakukan pembelian kembali saham sebesar 1.000.000.000 atau 1 miliar lembar saham atau 3,13 persen dari seluruh modal yang ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.