Sukses

Menelisik Sektor Saham yang Cuan dan Boncos dari Kenaikan Suku Bunga Acuan

Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin pada pertemuan minggu ketiga November 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 1,75 persen dalam empat bulan terakhir. Kenaikan suku bunga BI ini diperkirakan masih terus berlanjut sampai tahun depan.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, yang perlu diperhatikan dari kenaikan suku bunga acuan ini adalah imbasnya pada sektor riil. Sebab bank disebut akan melakukan penyesuaian suku bunga pinjaman.

“Kenaikan suku bunga yang perlu diperhatikan efeknya ke sektor riil karena bank akan melakukan penyesuaian suku bunga pinjaman lebih cepat, bahkan sebelum 2023 suku bunga akan berlomba lakukan kenaikan. Ini akan berpengaruh ke permintaan kredit dan kesiapan pelaku usaha,” kata Bhima kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu, (19/11/2022).

Menurut dia, tidak semua perusahaan memiliki kesiapan di tengah kondisi saat ini. Di mana terjadi kenaikan harga bahan baku akibat inflasi, bersamaan dengan daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih. Akibatnya, perusahaan kemungkinan akan menunda ekspansi demi melakukan efisiensi biaya.

Dari sisi perbankan, kenaikan suku bunga berpotensi menekan permintaan pembiayaan. Termasuk pembiayaan atau kredit untuk konsumsi seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor.

“Kalau suku bunga naik, risiko kredit meningkat. maka bank akan lebih selektif memilih kreditur. 2023 suku bunga masih akan naik 2-3 kali lagi tren kenaikannya,” kata Bhima.

 

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sektor Saham yang Terdampak

Di sisi lain, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora mengatakan sektor perbankan menjadi yang paling untung dari situasi ini.

Menurut dia, naiknya suku bunga membuat instrumen investasi di bank seperti deposito dan tabungan ikut tumbuh. Sehingga masyarakat akan menjadi tertarik untuk menabung di bank dan DPK perbankan menjadi besar, ujung-ujungnya penyaluran kredit masih bisa bertumbuh.

"Dengan naiknya suku bunga membuat margin keuntungan perbankan menjadi lebih besar, sehingga laba bersih bisa semakin bertumbuh,” kata dia.

Kenaikan suku bunga juga disebut jadi sentimen positif untuk bank digital. Secara bisnisnya bank, bank digital disebut juga akan mencicipi berikan naiknya suku bunga seperti bank konvensional.

 

3 dari 4 halaman

Imbas terhadap Sektor Properti

Menariknya, saham bank digital saat ini memiliki harga yang lebih murah, sehingga ini bisa jadi kesempatan untuk mulai melirik saham bank digital.

"Kenaikan suku bunga akan baik ke bank digital karena terkena sentimen positif. Selain itu bank digital juga harganya masih murah dibandingkan big bank,” kata Andhika.

Sementara, salah satu sektor yang terdampak adalah properti. Pernyataan ini senada dengan Bhima, di mana permintaan KPR kemungkinan akan mengalami penurunan, seiring kenaikan suku bunga KPR. Selain properti, sektor lain yang terdampak yakni konstruksi.

Lantaran sektor ini termasuk yang beban utangnya tinggi. Sehingga berpotensi menekan laba bersih perusahaan.

"Karena suku bunga naik, maka bunga KPR naik. Ini membuat masyarakat menahan pembelian rumah dan marketing sales emiten properti turun," imbuh Andhika.

Adapun untuk rekomendasi saham dan strategi pilihan, Andhika jagokan untuk buy ARTO pada support 5.900 dengan target penguatan pada posisi 7.000. Kemudian buy untuk AGRO dengan support 465 dan target penguatan 800.

 

4 dari 4 halaman

BI Kerek Suku Bunga Acuan

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 November 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,5 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 6 persen.

“Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 November 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan November 2022, Kamis (17/11/2022).

Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah lanjutan secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi.

Selain itu, untuk memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023, serta memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat semakin kuatnya mata uang dolar AS, dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.