Sukses

Keluarga Korban Desak Polisi Usut Insiden Ambruknya Ponpes Al Khoziny: Harus Ada yang Bertanggung Jawab

Hamida Soetadji warga asal Sedati, Sidoarjo mengaku cucu keponakannya bernama Mochamad Muhfi Alfian menjadi korban insiden ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny.

Diterbitkan 07 Oktober 2025, 11:12 WIB
Share
Copy Link
Batalkan

Liputan6.com, Jakarta - Hamida Soetadji warga asal Sedati, Sidoarjo mengaku cucu keponakannya bernama Mochamad Muhfi Alfian menjadi korban insiden ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny.

"Korban yang masih berusia 16 tahun itu dan duduk di bangku kelas 1 SMA sedang menimba ilmu agama di Ponpes Al Khoziny. Anak sulung pasangan Jayanti Mandasari dan Andre Wilis ini hingga hari kesembilan tragedi ini diduga masih belum ditemukan oleh tim SAR gabungan atau belum teridentifikasi oleh tim DVI," ujarnya kepada liputan6.com di Surabaya, Selasa (7/10).

Wanita yang akrab disapa Mimied ini mengaku kecewa karena kiai ponpes Al Khoziny hingga hari ini tidak menemui wali santri. "Hanya pengurus ponpes yang pasang badan, bukak Pak kiainya. Mereka juga tidak melakukan pendataan maupun penyempurnaan data tambahan," ucapnya.

2 dari 5 halaman

Soroti Database Santri

Mimied mengungkapkan manifes data santri harusnya sudah ada di database pengurus sejak santri baru masuk ke ponpes. "Namum kami tidak dibantu untuk penyempurnaannya data," ujarnya.

Basarnas mencari sendiri data santri yang menjadi korban insiden Ponpes Al Khoziny. "Sementara data Basarnas yang diberikan kepada pengurus ponpes tidak sesuai atau tidak sinkron," ucapnya.

Mimied menceritakan, keluarganya termasuk korban sudah pindah tempat tinggal. Saat itu, korban masuk ke ponpes Al Khoziny itu sejak masih SMP.

"Kami sudah update data perpindahan alamat tempat tinggal dan sudah kita laporkan enam bulan yang lalu, tapi pengurus ponpes tidak pernah mengupdate data tersebut," ujarnya.

Makanya, lanjut Mimied, ada anggota Polsek yang datang ke alamat rumah lama yang berada di Jalan Mojo Surabaya, untuk mengkonfirmasi data yang belum terupdate itu.

"Padahal faktanya kami sudah pindah ke daerah Sedati, Sidoarjo. Dan update datanya sudah kita sampai kepada pengurus ponpes," ucapnya.

3 dari 5 halaman

Kiai Ponpes Al Khoziny Diduga Takut Bertemu Wali Santri

Mimied menyampaikan bahwa keluarganya berjuang sendiri termasuk mencari data. Ada beberapa wali santri yang merasakan itu tapi tidak berani bersuara.

"Hanya pengurus ponpes yang menghubungi bapak korban Muhfi, bukan kiai intinya. Bahkan pengurus ponpes langsung melakukan pendekatan kepada wali santri dan mendoktrin. Sedangkan Pak kiai Inti masih takut bertemu dengan wali santri," ujarnya.

Mimied menyebut, indikasi kiai ponpes Al Khoziny takut bertemu wali santri adalah mereka sudah keliru dan mengakui ketika ada pengerjaan bangunan musala.

"Masa di lantai atas masih pengecoran basah tapi di bawah digunakan untuk aktivitas salat," ucapnya.

"Pertanyaan seperti itu juga sudah pernah disampaikan orang tua korban Muhfi di grup WhatsApp wali santri dan tidak ada satu pun dari pengurus ponpes yang menjawab," imbuh Mimied.

4 dari 5 halaman

Ponpes Tak Ada Dampingi Wali Santri

Mimied mengatakan, pengurus ponpes dari awal sampai detik ini tidak ada yang mendampingi wali santri. Banyak dari wali santri yang mencari data tambahan untuk keperluan ante mortem dan post mortem.

"Data tambahan itu baru terjadi kemarin, harusnya hal tesebut dilakukan empat atau lima hari yang lalu. Data tambahan itu diperlukan untuk percepatan proses administrasi identifikasi," ujarnya.

"Korban Muhfi hingga hari kesembilan ini diduga belum ditemukan atau teridentifikasi oleh tim DVI. Hal itu apakah datanya kurang sehingga belum ditemukan kecocokan data di ante mortem dan post mortem," tambah Mimied.

5 dari 5 halaman

Desak Kasus Diusut Tuntas

Mimied menegaskan, keluarganya dari awal peristiwa sudah mempertanyakan terjadinya tragedi atau kekeliruan konstruksi bangunan musala Ponpes Al Khoziny.

"Keluarga berharap, mendorong dan mendesak pihak kepolisian khusunya Polda Jatim untuk melakukan pemeriksaan, karena tragedi ini sudah ada unsur pidananya," ucapnya.

"Dan tetap harus ada yang bertanggungjawab atas tragedi bencana non alam ini karena peristiwa ini tidak ambruk secara alami," pungkas Mimied.

 

Produksi Liputan6.com