Sukses

Siap-Siap Pulang Kampung, Ternyata Mudik Sudah Dilakukan Sejak Zaman Majapahit

Kini, mudik menjadi tradisi yang dilakukan banyak masyarakat menjelang Lebaran.

Liputan6.com, Yogyakarta - Mudik menjadi salah satu kegiatan menjelang Lebaran yang banyak dilakukan masyarakat Indonesia. Kebiasaan ini berkembang menjadi tradisi yang terus dilakukan setiap tahunnya.

Mengutip dari ugm.ac.id, mudik menjadi istilah umum untuk menggambarkan kegiatan seseorang pulang ke kampung halaman. Secara spesifik, tradisi ini dilakukan oleh umat muslim yang merayakan momen Lebaran atau Idulfitri di tanah kelahirannya.

Adapun kata mudik berasal dari kata udik. Dalam bahasa Melayu, udik artinya hulu atau ujung.

Pada masa lampau, masyarakat Melayu yang tinggal di hulu sering bepergian ke hilir sungai menggunakan perahu atau biduk. Setelah urusannya selesai, mereka kembali pulang ke hulu sore harinya.

Selanjutnya, istilah mudik mulai dikenal luas pada era 1970-an atau masa orde baru. Saat itu, banyak pembangunan pusat pertumbuhan di kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan.

Hal itu menyebabkan banyak orang melakukan urbanisasi pindah ke kota untuk menetap dan mencari pekerjaan. Mereka yang bekerja dan hidup di kota pun ingin melepas rindu bersama keluarga di kota kelahirannya, akhirnya berkembanglah tradisi ini.

Menurut beberapa sumber, tradisi mudik bahkan sudah ditemukan sejak 1390. Kata ini ditemukan dalam naskah kuno berbahasa Melayu.

Serupa dengan yang dijelaskan di KBBI, kata mudik dalam naskah ini juga mengandung arti pergi ke hulu sungai. Konon, tradisi mudik sudah dilakukan sejak sebelum zaman kerajaan Majapahit dan Mataram Islam.

Pada era itu, wilayah kekuasaan Majapahit membentang luas hingga ke Semenanjung Malaya dan Sri Lanka. Oleh karena itu, pihak kerajaan Majapahit menempatkan pejabatnya ke berbagai wilayah untuk menjaga daerah kekuasaannya.

Suatu ketika, pejabat akan kembali ke pusat kerajaan untuk menghadap Raja dan mengunjungi kampung halamannya. Kegiatan yang dilakukan para pejabat kerajaan inilah yang kemudian dikaitkan dengan fenomena mudik. Selain itu, fenomena mudik juga dilakukan oleh para petani Jawa kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram Islam.

Kini, mudik menjadi tradisi yang dilakukan banyak masyarakat menjelang Lebaran. Mereka memanfaatkan hari libur Idulfitri untuk berkumpul bersama keluarga besar di kampung halaman.

 

Penulis: Resla

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.