Sukses

Bak Kubangan, Warga Uji Nyali Lintasi Jalan Desa di Pandeglang

Warga Desa Pasir Gadung, Kecamatan Patia, Kabupaten Pandeglang, Banten, belum pernah melihat dan merasakan jalan aspal di kampungnya. Setidaknya itu dirasakan langsung oleh Hamid (20), pemuda setempat.

Liputan6.com, Pandeglang - Warga Desa Pasir Gadung, Kecamatan Patia, Kabupaten Pandeglang, Banten, belum pernah melihat dan merasakan jalan aspal di kampungnya. Setidaknya itu yang dirasakan langsung oleh Hamid (20), pemuda setempat.

Terlebih saat musim hujan tiba, jalanan di kampung Hamid berubah seperti kubangan dan berlumpur. Karena kesal sejak lahir tak pernah merasakan jalan yang mulus, dia bersama beberapa temannya melepaskan ikan ke jalan yang menjadi kubangan.

Ikan itu kemudian dipancing dan ditangkap kembali dengan tangan kosong. Aksi itu sebagai bentuk protes tidak adanya rencana pembangunan di kampungnya.

"Sekitar 10 kiloan lele yang dilepas. Bentuk kekecewaan kami kepada jalan ini, jalannya ya seperti ini, enggak pantas dilewati kendaraan. (Rusak sudah) Sekitar puluhan tahun, dari saya kecil," kata Hamid (20), ditemui di lokasi, Rabu (02/12/2020).

Dia berharap aspal atau betonisasi bisa masuk ke jalan desanya, sehingga tidak ada lagi warga yang jatuh terpeleset karena jalanan yang licin. Para siswa bisa berangkat sekolah tanpa harus mengotori seragamnya karena berbecek-becekkan.

"Sering ada yang jatuh, banyak yang sekolah, anak jatuh. Harapan kami cepat diperbaiki jalan ini," terangnya.

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sepeda Motor Pun Susah Melintas

Keluhan kondisi jalan juga dilontarkan oleh Hadi (50), warga Pasir Gadung. Menurut dia, kendaraan roda dua maupun roda empat susah melalui jalanan berlumpur dan berbatu itu. Guncangan sangat terasa, membuat perut mual dan lelah bagi yang baru melewatinya.

Bagi masyarakat yang baru melintasi jalanan tersebut, harus ekstra sabar dan memiliki ketahanan fisik yang bagus. Jika tak pandai berkendara, maka bisa tergelincir, bahkan kendaraan pun bisa mengalami kerusakan.

"Jangan kan roda empat, roda dua saja susah (lewat) jalur Cimoyan ini. Harapan kami segeralah anggarannya di prioritaskan jalan Cimoyan ini. Sudah lama yah, sebelum tahun 2000 juga mungkin udah begini (kondisi jalannya). Roda empat bingung lewat mana sini. Bisa mah bisa, cuma dipaksakan, kalau dipaksakan risiko kendaraan kita," kata Hadi (50), warga Pasir Gadung, ditemui di lokasi jalan rusak, Rabu (02/12/2020).

Kondisi jalan penghubung antara Desa Babakan Keusik, Cimoyan dan Pasir Gadung juga dikeluhkan oleh para pelajar yang setiap hari melewatinya menuju sekolah. Seperti yang diceritakan oleh Ilham (13), siswa kelas VIII, Hendi (12) dan Aldi (12) siswa Kelas VII di SMPN 1 Patia.

Motor yang mereka naiki mogok, lantaran sebagian mesinnya terendam air kubangan di jalan tersebut. Kemudian motor itu didorong dan diperbaiki bersama-sama, agar dapat melanjutkan perjalanan.

"Tiap hari lewat sini. Becek, (sekolah) enggak pakai sepatu. Kalau hujan bisa lewat sih, tapi sering jatuh, licin, kepeleset. (Perjalanan menuju sekolah) Lebih dari 30 menit, jauh. Penginnya (jalanan) bagus, biar enak," kata Hendi (7), pelajar SMPN 1 Patia, Rabu (2/12/2020).

3 dari 3 halaman

Tanggapan Kecamatan

Pihak Kecamatan Patia mengaku sudah mengajukan perbaikan jalan ke Pemkab Pandeglang untuk tahun 2020 ini, tetapi semua batal karena terkena refocusing anggaran untuk covid-19. Setidaknya, ada sekitar 10 kilometer jalan milik kabuapaten di Kecamatan Patia yang masih rusak.

Tobri, Kasie Trantib yang juga menjabat sebagai Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Camat (Sekmat) Patia mengaku jalanan di wilayahnya memang belum mulus semuanya. Sebagian besar baru diuruk menggunakan batu, belum pernah dibeton ataupun diaspal, sehingga tidak nyaman untuk dilewati kendaraan.

"Sudah kami ajukan, bahkan dari camat sebelumnya, jalan Cimoyan itu, karena itu akses infrastruktur kami serahkan ke kabupaten, karena tidak mungkin di desa dan kecamatan (yang membangun), dari tahun 2019 sudah diukur dan disurvei," kata PLt Sekmat Patia, Tobri, ditemui di kantornya, Rabu (02/12/2020).

Dia mengakui sejak awal tahun 2000, kondisi jalanan memang rusak, belum pernah alami betonisasi dan aspal. Kondisi tanahnya pun labil, sehingga mudah menjadi lumpur dan ambles jika tergenang air saat musim penghujan.

"Kalau total semua jalan kabupaten yang belum (diaspal dan beton) sekitar 10 kilometer, itu pun ada yang bagus, ada yang jelek. Jalan itu sering tergenang air, kalau musim hujan air sungai meluap ke sana. Status jalannya yang saya tahu jalan kabupaten. Belum itu mah (belum dicor dan aspal)," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.