Sukses

Lomba Kampung Sehat Nurut Tatanan Baru Jadi Cambuk Terapkan Protokol Kesehatan

Kini hanya tinggal 13 kelurahan yang berstatus zona merah.

Liputan6.com, Mataram - Lomba Kampung Sehat Nurut Tatanan Baru (NTB) perlahan tapi pasti berdampak di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kelurahan-kelurahan yang semula berstatus zona merah Corona Covid-19, kini berangsur turun level menjadi zona kuning, oranye, dan hijau.

"Memang secara umum di NTB ini Mataram termasuk yang paling tinggi. Untuk di Mataram sendiri, berdasarkan persentase sistem luasan zona ini merah cukup dominan sekali. Kalau sekarang, kalau saya lihat merah tetap ada, masih di beberapa wilayah, cuma tidak seperti sebelumnya," kata Kapolresta Mataram, Kombes Guntur Herditrianto, Minggu (26 Juli 2020).

Kombes Guntur menggambarkan, sebelumnya dari 50 kelurahan, ada 50 persen yang berstatus zona merah. Kini hanya tinggal 13 kelurahan yang berstatus zona merah. Kabar baik itu seiring dengan satu bulan Lomba Kampung Sehat Nurut Tatanan Baru dilaunching oleh Bapak Kapolda.

"Ada penurunan ke zona orange dan kuning. Sekarang di Mataram sudah ada yang zona hijau, lumayan jumlahnya. Jadi Lomba Kampung Sehat ini mudah-mudahan warga semakin terpacu berupaya memenangkan lomba ini. Sekarang 13 wilayah zona merah, sisanya ke orange, kuning bahkan ada 3 wilayah ditetapkan sudah zona hijau," tutur Kombes Guntur.

Kombes Guntur juga menceritakan keseriusan para tokoh masyarakat untuk menyehatkan masing-masing lingkungannya. Para tokoh masyarakat, kata Guntur, meminta musyawarah pimpinan kecamatan (muspika) untuk mengakomodir deklarasi melawan COVID-19.

"Antusiasme besar sekali, bagaimana menjadi terbaik dalam meningkatkan protokol kesehatan. Jadi kecamatan masing-masing berupaya menghijaukan wilayahnya bersama masyarakat dan tokoh. Terutama di wilayah Ampenan, Gunung Sari, dan Cakra. Tokoh masyarakat menginginkan bagaimana kita merubah grade zona merah ke bawah. Ini diakomodir muspika hingga terbit deklarasi," jelas Kombes Guntur.

Pihaknya bersama TNI dan Pemkot Mataram melakukan pemantauan dan pengawasan ketat terhadap masyarakat agar menerapkan protokol kesehatan saat beraktivitas.

Kombes Guntur mengatakan hal sederhana yang kerap kali disepelakan masyarakat adalah penggunaan masker. Dalam hal ini Bhabinkamtibmas serta Babinsa diperintahkan terus memberikan pemahaman pentingnya memakai masker. Bagi yang tak taat, Kombes Guntur menuturkan mereka diberi sanksi sosial.

"Kita di Polres turun ke wilayah yang merah. Kita berikan pemahaman. Contoh penggunaan masker. Pendisplinan soal penggunaan masker di Mataram kita lihat sudah 80 persen warga kalau aktivitas pakai masker. Kita berikan sanksi push up, jalan bebek atau jalan jongkok. Kita harapkan masyarakat memaklumi, kapok, dan menyadari pentingnya protokol kesehatan," jelas Kombes Guntur.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Aturan Jam Malam dan Peniadaan CFD

Kombes Guntur juga menjelaskan TNI-Polri serta Pemkot Mataram, dibantu unsur masyarakat lainnya, juga menerapkan aturan jam malam, di mana seluruh usaha masyarakat wajib tutup pukul 22.00 WITA.

Kegiatan mingguan seperti hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) atau car free day (CFD) juga dihentikan sementara waktu hingga dinyatakan aman untuk kembali diadakan.

"Kita secara masif bersama unsur lainnya melakukan pendisiplinan masyarakat pada malam hari dengan memberlakukan jam malam, pukul 22.00 WITA semua harus close. Di Mataram ada zona kegiatan hari libur CFD, kita tutup. Pagi sampai pukul 10.0 WITA tak ada CFD. Ada pantai yang biasanya ramai, kita tutup semua," tegas Kombes Guntur.

Kombes Guntur menerangkan mulanya masih banyak masyarakat yang tak paham dengan istilah new normal, di mana mereka akhirnya abai dengan protokol kesehatan. Masyarakat Kota Mataram sempat bereuforia. Saat itu TNI-Polri dan Pemkot Mataram langsung mengambil sikap memperketat pengawasan, alhasil laju kenaikan kasus melandai per minggunya.

"Jadi ini sebagai dampak dari media sosial soal new normal. Masyarakat tak memahami soal new normal life. Itu kan ada ketentuannya dan Mataram belum bisa mengarah ke sana. Masyarakat tapi terlanjur euforia ke new normal life. Ketika itu langsung pemkot dan instansi lain mengambil kebijakan dengan harapan mudah-mudahan masyarakat bisa sadar atau paling tidak menekan penyebaran. Per minggu tak tajam naiknya agak landai," sebut Kombes Guntur.

Kombes Guntur kemudian menyampaikan saat ini pihaknya bersama para staleholders tengah fokus mengamati kegiatan perkantoran, terutama yang bergerak di sektor usaha swasta. Kombes Guntur menjelaskan kekuatan jajarannya dan TNI didorong maksimal untuk menekan pertambahan angka Corona di Mataram.

"Sekarang kita antisipasi pegawai, terutama swasta kita monitor. Kita dorong untuk rapid dan swab mandiri. Masifnya back up kekuatan Polda NTB dan Korem 162/WB pada penanggulangan COVID-19 di Mataran dan wanti-wanti Pak Kapolda yang setiap waktu mengecek kami di lapangan membuat kami terus bergerak mengawasi perilaku masyarakat. Intinya kami di Kota Mataram dikeroyoklah, tapi saya selaku Kapolresta merasa terbantu," sambung dia.

Terakhir, Kombes Guntur menyampaikan komentar para warga tentang Lomba Kampung Sehat, yang dinilai sangat berpengaruh dalam rangka upaya menekan laju pertambahan kasus positif Corona di Mataram. "Kami lihat program Pak Kapolda ini, kalau orang pasar bilang ngepek banget (efektif sekali). Boleh datang ke Mataram, ke kampung di sini, pasti dilakukan pemeriksaan suhu tubuh, cuci tangan bahkan pendatang dari luar wilayah kita, di desa atau kelurahan, ada kesadaran bagaimana yang baru datang nggak langsung bergaul," kata Kombes Guntur.

"Jadi masing-masing mereka punya ruang isolasi mandiri bagi masyarakat yang datang dan terpapar. Belum tentu di kota besar punya ruang isolasi mandiri di tiap lingkungannya, tapi di sini punya karena mereka termotivasi dengan adanya Lomba Kampung Sehat. Lomba itu stimulan untuk lebih baik dalam penanganan COVID-19." pungkas Kombes Guntur.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.