Sukses

Cerita Pria Asal Solo dalam Perjalanan Mudik Jalan Kaki dari Jakarta Selama 4 Hari

Seorang pengemudi bus pariwisata di Cibubur nekat pulang kampung ke Solo dengan jalan kaki selama 4 hari. Kini pengemudi bus itu dikarantina di Graha Wisata Niaga Solo selama 14 hari.

Liputan6.com, Solo - Pengemudi bus pariwisata bernama Maulana Arif Budi Satrio nekat pulang kampung dengan berjalan kaki selama empat hari. Ia rela berjalan kaki ratusan kilometer dari Cibubur, Jakarta Timur dengan tujuan kampung halamannya di Kota Solo.

Ia sebelumnya merupakan pengemudi bus pariwisata yang dimiliki sebuah perusahaan otobus pariwisata di Cibubur. Hanya saja sejak pandemi virus corona Covid-19, perusahaannya tak mampu lagi menutupi biaya operasional. Tak pelak, para karyawan dan kru bus terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Perusahaan mengumumkan bahwa karyawan dberhentikan semua. Terus untuk gaji juga belum ada, tidak ada THR. Insentif yang dijanjikan juga belum cair," kata pengemudi bus pariwisata yang akrab disapa Rio saat ditemui di Graha Wisata Niaga Solo, Selasa, 19 Mei 2020.

Dengan kondisi seperti itu, ia pun memutuskan untuk pulang kampung karena kesulitan memenuhi kebutuhan hidup di Jakarta. Apalagi bantuan sosial tunai yang dijanjikan Gubernur Anies Baswedan hanya diperuntukkan bagi warga yang ber-KTP DKI Jakarta.

"Di Jakarta kami tidak dapat BLT (BST). Kami bingung kan tidak dapat bantuan karena KTP daerah Solo," kata dia.

Sedangkan, kontrakan yang selama ini ditinggalinya telah dikasihkan kepada tetangganya yang lebih membutuhkan karena memiliki anak kecil. Sang tetangga itu sebelumnya mengontrak di depan kontrakannya, tetapi sudah habis masa sewa dan sempat diusir.

"Kontrakan saya itu sebenarnya habis Juni, tapi saya kasihan dengan mereka yang punya anak kecil sehingga kontrakannya saya serahkan ke mereka," ucapnya.

Simak Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pilihan Terakhir

Selanjutnya, ia pun memutuskan untuk pulang kampung ke Solo menggunakan angkutan bus. Ia rela merogoh kocek senilai Rp500 ribu untuk bisa mendapatkan satu tiket angkutan bus untuk pulang ke Solo. Namun sial, ternyata moda transportasi yang bakal mengangkut ke Solo bukan bus, melainkan mini bus.

"Sampai jam keberangkatan yang datang bukan bus, malah ELF. Saya enggak mau, akhirnya enggak jadi berangkat," ujarnya.

Lantas hari berikutnya mencoba cara lain dengan menggunakan mobil pribadi. Namun, ketika sampai di tol Cikarang oleh petugas kepolisian disuruh untuk balik lagi ke kota awal keberangkatan. Hal tersebut membuat dirinya kesal dan sempat ribut dengan petugas.

"Saya malah mau berantem di Tol Cikarang karena disuruh balik. Saya putus asa karena kembali gagal," ucapnya lirih.

Kemudian, Rio memutuskan jalan terakhir untuk bisa pulang kampung ke Solo dengan berjalan kaki. Ia sudah bertekad bulat untuk untuk mengambil keputusan tersebut. Pasalnya, kalau terus-terusan di Jakarta, rasanya sudah tak sanggup untuk bisa hidup memenuhi kebutuhan sehari-hari usai terkena PHK.

"Saya niatkan pulang dengan berjalan kaki karena Allah memberikan dua kaki," sebutnya.

 

3 dari 4 halaman

Bekal Dua Tas

Selanjutnya pada tanggal 11 Mei 2020, Rio memutuskan untuk berangkat mudik dengan jalan kaki usai salat Subuh. Dengan bekal satu tas gendong di belakang, satu tas selempang di depan serta plastik kresek berisi sepatu, ia melangkahkan kaki dengan tegap meninggalkan Cibubur, Jakarta Timur.

"Saya menikmati perjalanan pulang dengan berjalan kaki menyusuri jalur Pantura," kata dia.

Rio mengaku setiap harinya jarak yang ditempuh bisa mencapai sekitar 100 kilometer dengan durasi waktu berjalan antara 12 hingga 14 jam per harinya. Medan yang paling berat dilintasi yakni melalui jalur Karawang Timur sampai Tegal.

"Cuaca sangat panas sekali dari Klari, Karawang Timur sampai Tegal. Cuaca mulai berangsur-angsur agak adem setelah memasuki Brebes dan Pekalongan," kata Rio yang memutuskan menjadi mualaf sejak 2009 silam.

Lantas untuk istirahat, ia memanfaatkan waktu pada malam hari. Bahkan, Rio mulai berhenti berjalan ketika dini hari. SPBU maupun warung makan langganan para sopir truk akan menjadi tempat untuk menginap selama menempuh perjalanan jalan kaki tersebut.

"Saya kalau jalan kaki dan merasa lelah terus istirahat. Nanti kalau sudah pulih, melanjutkan jalan kakinya. Tapi kalau malam itu berhentinya ketika dini hari, setelah tidur nanti abis Subuh melanjutkan perjalanan lagi," jelas Rio.

4 dari 4 halaman

Dijemput

Setelah memasuki hari keempat perjalanan mudik dengan jalan kaki akhirnya harus dipungkasi lantaran aksi mudik nekat itu diketahui oleh sesama rekan pengemudi bus pariwisata yang tergabung dalam wadah Pengemudi Pariwisata Indonesia (Peparindo). Pengurus Wilayah Peparindo Jawa Tengah langsung menjemputnya begitu perjalanan Rio sampai Gringsing, Batang.

"Di Gringsing saat dijemput dimarah-marahi Pak Ketua karena tidak ngomong saat akan mudik dengan jalan kaki. Karena kalau saya ngomong pasti gagal pulang jalan kaki ini," akunya.

Setelah itu, Rio diminta untuk masuk ke mobil bersama pengurus Peparindo Jawa Tengah menuju Sekretariat Peparindo Jawa Tengah di Ungaran pada 14 Mei 2020. Saat di Semarang, ia sebenarnya juga ingin menemui Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo untuk menyampaikan keluhan terkait nasib para warga Jawa Tengah yang terkena PHK di Jakarta.

"Banyak warga Jawa Tengah di Jakarta yang terkena PHK dan tidak bisa pulang padahal mereka harus memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terus banyak travel yang ditahan Polda padahal mereka dari Jawa Tengah," ucapnya.

Setelah istirahat di Sekretariat Peparindo Jawa Tengah selesai, pada esok harinya Rio diantar oleh tiga rekannya dari sesama pengemudi bus pariwisata di Jawa Tengah menuju Solo. Hanya saja, ia tak langsung menuju rumahnya di kawasan belakang Pasar Gede Solo, melainkan menuju tempat karantina bagi pemudik di Graha Wisata Niaga di Solo.

"Saya sampai Solo tanggal 15 Mei 2020 pukul 08.00 WIB dan langsung masuk karantina. Awalnya saya ngeri juga membayangkannya ternyata malah asyik dan nyaman di tempat karantina ini," ucapnya.

Ia harus menjalani masa karantina selama 14 hari. Setelah itu, Rio baru diperbolehkan pulang ke kediamanya di Jalan Pasar Gede Wetan No 11, Kelurahan Sudiroprajan, Solo.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.