Sukses

Jubir Sumsel Prediksi Siklus Covid-19 di Indonesia Berakhir di Awal Mei 2020

Siklus Corona Covid-19 diprediksi akan selesai dalam 3 bulan sejak awal penularannya di Indonesia, termasuk di Provinsi Sumsel.

Liputan6.com, Palembang - Bertambahnya jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan pasien positif Corona Covid-19 di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), membuat warga Sumsel merasa cemas dengan penularan Covid-19.

Namun Juri Bicara Gugus Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 Sumsel Prof Yuwono mengatakan, Corona Covid-19 mempunyai siklus khusus.

Seperti kasus Covid-19 di Tiongkok, yang wabahnya mencuat pada bulan Desember 2019 lalu. Di tanggal 19 Januari 2020, penularan Corona Covid-19 mencapai puncaknya.

“Tapi sekarang, di tanggal 19 Maret 2020, kasus Corona Covid-19 sudah nol. Itu sekitar 3 bulan sejak muncul. Kita sekitar tanggal 1 Maret 2020, harapan kita setidaknya pada tanggal 1 Mei 2020 melewati puncak dan semoga bisa sampai di angka nol di posisi tersebut,” katanya, saat menggelar Pers Conference di ODP Center Covid-19 Sumsel, Minggu (29/3/2020).

Menurutnya, ada empat langkah yang sangat efektif untuk mencegah penularan Covid-19 yang bisa dilakukan warga Sumsel. Terutama untuk memperkuat imunitas tubuh manusia.

Empat langkah tersebut yaitu cukup tidur, cukup makan, cukup gerak walau sekarang terbatas dan selalu berpikiran positif.

“Dalam ilmu kedokteran, manusia yang berpikir jernih akan berkontribusi sebanyak 75 persen peningkatan daya tahan tubuh,” ucapnya.

Dia juga terus menghimbau ke masyarakat Sumsel, untuk terus menjaga kesehatan dan kebersihan di lingkungan tempat tinggal.

Untuk pelayanan fasilitas kesehatan, saat ini hanya 10 persen penanganan pandemi Corona Covid-19. Sedangkan 20 persen yang berkontribusi yaitu tentang sanitasi dan menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan, termasuk penyemprotan disinfektan.

“Ada 20 persen lagi yang berkontribusi, yaitu faktor genetik. Karena secara umum, kita punya imun yang dibawa sejak lahir. Sedangkan 50 persen itu adalah perilaku masyarakat sendiri,” ungkapnya.

Prof Yuwono menegaskan, fasilitas kesehatan di rumah sakit adalah bagian kecil dari pelayanan kesehatan. Karena virus Covid-19 ini, termasuk dalam 20 jenis virus yang ada dalam RMA, inti dari Corona Covid-19.

Jubir Covid-19 Sumsel ini juga membahas tentang Rapid Test, yang ternyata akurasinya tidak lebih dari 60 persen. Rapid Test sendiri ada dua jenis, yaitu antibodi dan antigen.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jenis Kontak Covid-19

Rapid Test antibodi sendiri digunakan untuk pasien yang pernah terpapar virus. Bisa dinyatakan positif, jika terpapar virus setelah 6 hari atau lebih.

“Jika kurang dari 6 hari dinyatakan tidak positif. Kalau negatif, belum tentu asli negatif. Kalau positif, belum tentu positif Corona Covid-19. Karena virus ini ada 20 spesies, salah satu Corona Covid-19,” katanya.

Ada juga Rapid Test Antigen, yaitu ada tidaknya bagian dari virus tersebut yang bisa dideteksi. Jenis Rapid Test inilah yang digunakan di Indonesia.

Juri Bicara Gugus Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang Zen Ahmad menuturkan, setiap orang yang kontak erat dengan pasien positif Covid-19 disebut kontak erat resiko rendah dan resiko tinggi.

“Perlakukan pada PDP, tetap kontak erat resiko rendah yaitu mereka melaporkan gejala bila ada keluhan. Jika keluar hasil laboratorium negatif PDP, kontak erat gugur dan tidak perlu lagi dimonitoring lagi,” katanya.

Jika hasil laboratorium positif Corona Covid-19, masuk dalam daftar kontak erat resiko tinggi dan perlakuannya berbeda.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.