Sukses

BJ Habibie dan Kisah Museum yang Belum Terwujud

BJ Habibie pernah melontarkan ide agar rumah sang kakek dijadikan museum keluarga besar Habibie.

Liputan6.com, Gorontalo - "Di sini tempat tinggal Papi, Rudy. Di sini asal Papi yang sudah lama Papi tinggalkan. Butuh tiga hari, tiga malam dengan kapal untuk sampai ke Gorontalo dari Pare Pare," kata Alwi Abdul Jalil Habibie kepada Rudy Habibie atau sosok BJ Habibie.

Ketika itu Habibie kecil bertanya kepada ayahnya apakah sang ayah bahagia hidup kembali ke kampung di Gorontalo. Dialog dengan sentuhan emosi tinggi itu bisa dilihat dalam film Habibie dan Ainun, besutan sutradara Hanung Bramantyo.

Dalam sejarah hidupnya, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, presiden ketiga Indonesia ini sempat pulang ke Gorontalo dan tinggal beberapa hari di rumah kakeknya. Ketika itu Habibie bocah dikhitan secara adat Gorontalo.

Rumah yang digunakan Habibie khitan terletak di Jalan Sultan Botutihe Kelurahan Tamalate, Kecamatan Kota Timur, Provinsi Gorontalo. Berada di depan jalan utama menuju Kabupaten Bone Bolango membuat rumah ini mudah ditemukan.

Rumah berwarna kuning gading itu memiliki pondasi tinggi dan memiliki anak tangga pada bagian kiri dan kanan untuk naik ke rumah. Terdapat dua jendela kayu yang mengapit sebuah pintu masuk ke ruang tamu. Di dinding ruang tamu berjejer foto keluarga Alwi Abdul Jalil Habibie, termasuk BJ Habibie dan istrinya, almarhum Hasri Ainun Besari.

Hana, sosok yang dipercaya keluarga kakek BJ Habibie merawat rumah itu menyebutkan bahwa kondisi rumah tak ada yang berubah.

"Kecuali lantainya," kata Hana, yang telah 20 tahun dipercaya menjaga rumah milik kakek BJ Habibie.

Hana kemudian menunjukkan beberapa buah foto hitam putih yang menunjukkan aktivitas keluarga besar Habibie. Di dalam foto terlihat BJ Habibie kecil tengah berkumpul dengan keluarganya.

Lepas dari ruang tamu terdapat sebuah lorong yang menuju ke bagian belakang rumah. Lorong itu diapit oleh dua buah kamar. Hana penjaga rumah itu menunjukkan kamar di bagian kiri yang terkunci.

"Itu kamarnya Pak BJ Habibie. Dikunci karena tidak sembarang orang bisa dan boleh masuk," kata Hana.

Simak video pilihan berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kenangan Sambal Ikan Kering

Ada hal yang sangat diingat Hana tentang sosok Habibie. Sejak masih bocah Habibie sangat menggemari sambal ikan kering. Ia bahkan selalu minta dibuatkan sagela (sambal ikan kering) setiap akan meninggalkan Gorontalo. Sagela inilah menu favorit Habibie. Menu lokal Gorontalo.

"Dulu bahkan pernah bawa sampai 10 toples. Sagela itu bahkan dibilang mau dibawa ke Jerman," kata Hana.

Rusli Habibie, sepupu BJ Habibie memberi izin khusus untuk melihat-lihat ke dalam rumah. Ayah Rusli memang bersaudara kandung dengan ayah BJ Habibie, Alwi Abdul Jalil Habibie.

"Meski sepupu, saya memanggilnya Om Rudy, karena perbedaan umur kami cukup jauh," kata Rusli.

Rusli bercerita bahwa meski BJ Habibie lahir di Pare Pare, Sulawesi Selatan, tetapi ayahnya, Alwi Abdul Jalil Habibie memang berasal dari Gorontalo. Pada zaman Belanda, Alwi Habibie merantau dan bersekolah di Institut Pertanian Bogor. Setelah lulus, Alwi Habibie ditugaskan ke Pare Pare dan menikah dengan Tuti Marini Puspowardojo asal Yogyakarta.

"Mereka dikaruniai delapan orang anak, salah satunya Om Rudy atau BJ Habibie," kata Rusli Habibie.

Saat BJ Habibie masih kecil, ia dibawa ke pulang ke Gorontalo oleh orangtuanya dengan menumpang kapal laut dan turun di Pelabuhan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara.

"Di rumah kakek kami itulah beliau khitan," kata Rusli.

Bagi Rusli, keluarga BJ Habibie sangat menghormati adat istiadat Gorontalo. Hal itu ditunjukkan dengan keputusan ibunda BJ Habibie, Tuti Marini Puspowardojo, yang selalu memilih adat dari daerah asal suaminya, Alwi Habibie, saat menikahkan anak-anaknya.

"Pak Habibie menikah pun memakai adat Gorontalo, termasuk anaknya Ilham dan Thareq," kata Rusli Habibie.

BJ Habibie sendiri pernah menyampaikan ide bahwa rumah kakek mereka hendak dijadikan museum. Sejumlah koleksi pribadi dari keluarga besar Habibie tentu harus dijadikan koleksi untuk dipajang di dalam rumah yang sudah berumur 150-an tahun itu.

BJ Habibie meninggal pada pukul 18.03 WIB di RSPAD, Jakarta. Ayahandanya wafat karena menderita gagal jantung dan menua.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.