Sukses

Idap Penyakit Misterius, Remaja Asal Konawe Terlihat Tak Menua

Remaja asal Konawe ini mengalami pembesaran perut. Dia juga tidak mengalami perubahan wajah sejak delapan tahun lalu.

Liputan6.com, Konawe - Delapan tahun lalu, bocah asal Desa Mataiwoi, Kecamatan Amonggedo, Kabupaten Konawe, Adi Ardiansyah tak pernah menyangka akan mengalami musibah yang akan memengaruhi masa depannya. Ketika itu, Adi berusia 8 tahun. Dia terjatuh dari atas pohon mangga, saat bermain bersama sejumlah rekannya.

Saat terjatuh, bagian perut Adi lebih dulu membentur tanah. Sejak itu, Adi harus menahan sakit hingga hari ini. Perutnya semakin hari, semakin membesar, dengan ukuran yang tidak normal. Perubahan ini, membuat bagian tubuh lainnya juga berubah bentuk, termasuk pusar dan alat vitalnya.

Tidak hanya itu, Adi tidak mengalami perubahan wajah sejak delapan tahun lalu. Dia tetap berwajah seperti bocah pada umumnya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Tinggi badannya pun, masih seperti anak usia sekolah dasar, tak berubah seperti saat dia terjatuh dahulu. Pertama kali melihat wajah Adi Ardiansyah, banyak orang tak menyangka dia sudah berusia belasan tahun.

Kedua orangtuanya yang merupakan transmigran asal Jawa Barat, sudah menghabiskan jutaan rupiah untuk pengobatan anak kesayangan mereka. Barang-barang berharga seperti perhiasan, termasuk motor, dan sapi sudah ludes terjual.

"Isi rumah juga sudah kami jual. Tapi, kasihan, belum ada perubahan berarti," ujar Surohim (33), ayah Adi Ardiansyah, Rabu, 3 April 2019, saat ditemui di rumahnya.

Surohim mengungkapkan, belum ada bantuan dari pemerintah Kabupaten Konawe sejak anaknya mengidap penyakit misterius itu dan mulai bolak-balik rumah sakit. Dia mengakui, harus pontang-panting mencari biaya sendiri agar anaknya bisa pulih kembali.

"Saya sudah 3 kali masuk rumah sakit. Berobat ke orang pintar juga sudah banyak kali," ujar Surohim.

Ibu Adi Ardiansyah, Rokayah (33) mengatakan dokter di Sulawesi Tenggara belum mampu mendiagnosis penyakit misterius yang diidap putranya. Dokter hanya menyarankan agar anaknya dibawa berobat ke Makassar, Sulawesi Selatan.

"Di sana katanya alatnya canggih. Tapi kami hanya bisa dengar-dengar saja saran dokter, sebab tak ada biaya," ujar Rokayah.

Perut Adi Ardiansyah, sempat bisa mengecil jika diberi obat yang harganya dirasakan mahal bagi kedua orangtuanya. Namun, saat obat habis, perutnya kembali membesar sehingga menyebabkan putranya menjadi malu saat bermain bersama rekan-rekannya.

"Saya malu, main-main sama teman saya," ujar Adi Ardiansyah singkat saat diminta keluar rumah oleh orangtuanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bantuan Warga Sekitar

Hingga saat ini, kedua orangtua Adi mengandalkan bantuan dari warga. Warga beberapa kali memberi bantuan berupa uang dari hasil patungan.

"Membantu kami membeli obat, tapi belum maksimal untuk menyembuhkan anak kami," ujar Surohim.

Dia mengungkapkan, bantuan juga didapat dari Kementerian Sosial RI sejak 2017. Selama dua tahun, kedua orangtua Adi dibantu Rp 500 ribu setiap tiga bulan. Hal ini disampaikan petugas PKH di Kecamatan Amonggedo, Yunita. Dia mengatakan, bantuan pada 2019 ditambah menjadi Rp 700 ribu.

"Kami dampingi mereka, memang keluarga ini termasuk keluarga tidak mampu," ujarnya.

Sejauh ini, Pemda Konawe belum mengetahui kabar remaja yang mengalami pembengkakan perut ini. Sehingga, belum ada bantuan langsung atau usaha Pemda membantu mengobati Adi dengan fasilitas kesehatan yang bisa membuatnya kembali seperti remaja normal lainnya.

Padahal, Adi Ardiansyah ingin sekali kembali bersekolah hingga ke perguruan tinggi. Namun, penyakit tersebut membuat dirinya hanya bisa mengecap pendidikan hingga kelas 3 Sekolah Dasar. Hal ini lantaran dia sering merasa kesakitan.

"Saya ingin sekolah, tapi malu karena sering dengar diledek perut saya besar. Kaki saya juga sering sakit," ujar Adi Ardiansyah.

Jika bersekolah, Adi harusnya sudah menginjak bangku kelas 1 Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, karena perutnya yang membesar membuatnya sakit-sakitan dan memutuskan berhenti sekolah.

"Kakinya sering sakit, kami kadang hanya bisa pijet-pijit kalau tak ada uang beli obat," ujar Rokayah.

Dokter Belum Mampu Diagnosa

Ketika terjatuh dari atas pohon, Adi langsung dilarikan ke rumah sakit. Kedua orangtuanya mengingat, Adi dibawa mobil ambulans dari Kabupaten Konawe menuju Kota Kendari pada malam hari.

"Kami mendengar dokter bilang ada indikasi ginjal, katanya juga jantung bocor," ujar Surohim.

Surohim juga memperlihatkan hasil X-ray RSUD Provinsi Sultra. Menurut dokter, ada penumpukan cairan di dalam perut Adi sehingga membuat perutnya di luar batas normal.

"Ada beberapa kali difoto perutnya. Tapi, dokter menyarankan ke Makassar agar bisa berobat," ujar Surohim.

Namun, dari hasil penelusuran di internet, gejala yang dialami Adi Ardiansyah mendekati penyakit asites. Asites merupakan kondisi terdapat cairan pada rongga perut, tepatnya antara dinding perut bagian dalam dengan organ dalam perut. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh beberapa penyakit, seperti penyakit liver, kanker, gagal ginjal, atau gagal jantung.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.